Pasal 13
Dikenali dari Tingkah Laku Kita
KITA hidup dalam suatu era manakala standar-standar moral yang telah lama dihormati, diabaikan oleh sebagian besar umat manusia. Kebanyakan agama dari Susunan Kristen melakukan hal yang sama, baik atas nama toleransi atau dengan argumen bahwa zaman telah berubah dan apa yang dianggap tabu oleh generasi-generasi sebelumnya tidak berlaku lagi. Sebagai hasilnya, Samuel Miller, seorang dekan Sekolah Tinggi Teologia Harvard, mengatakan, ”Gereja sama sekali tidak mendapat tempat terkemuka di kalangan masyarakat. Gereja tidak memimpin. Gereja telah mengambil kebudayaan masa kita dan menyerapnya.” Pengaruhnya terhadap kehidupan orang-orang yang mencari bimbingan kepada gereja-gereja semacam itu telah menghancurkan.
Sebagai kontras, ketika membahas tentang Saksi-Saksi Yehuwa, L’Eglise de Montréal, buletin mingguan dari keuskupan agung Katolik di Montreal, Kanada, mengatakan, ”Mereka memiliki nilai-nilai moral yang luar biasa.” Sejumlah besar guru sekolah, majikan, dan petugas pemerintahan setuju dengan itu. Apa yang menyebabkan reputasi ini?
Menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa mencakup lebih banyak daripada menganut suatu kerangka kepercayaan tentang doktrin-doktrin dan memberi kesaksian kepada orang-orang lain tentang kepercayaan ini. Kekristenan masa awal dikenal sebagai ”Jalan Itu”, dan Saksi-Saksi Yehuwa menyadari bahwa agama yang benar dewasa ini harus menjadi jalan hidup. (Kis. 9:2, NW) Akan tetapi, sebagaimana juga demikian dalam hal-hal lain, Saksi-Saksi zaman modern tidak langsung mencapai penghargaan yang seimbang tentang apa yang tercakup dalam hal ini.
”Karakter Atau Perjanjian—Yang Mana?”
Walaupun mereka mulai dengan nasihat yang berdasarkan Alkitab tentang perlunya menjadi sama seperti Kristus, penandasan yang diberikan oleh beberapa dari Siswa-Siswa Alkitab masa permulaan terhadap ”perkembangan karakter”, demikian mereka menyebutnya, cenderung memperkecil aspek-aspek tertentu dari kekristenan yang sejati. Beberapa dari mereka tampak berpikir bahwa bersikap sopan—selalu kelihatan ramah dan baik, berbicara lembut, menghindari segala bentuk kemarahan apa pun, membaca Alkitab setiap hari—akan menjamin masuknya mereka ke surga. Namun, orang-orang ini lalai akan fakta bahwa Kristus telah memberikan kepada para pengikutnya suatu pekerjaan untuk mereka laksanakan.
Problem ini dengan tegas dibahas dalam artikel ”Karakter Atau Perjanjian—Yang Mana?” dalam terbitan majalah The Watch Tower 1 Mei 1926.a Artikel ini memperlihatkan bahwa upaya untuk memperkembangkan ”kepribadian yang sempurna” selama dalam keadaan jasmani menyebabkan beberapa orang menyerah karena putus asa, tetapi pada waktu yang sama, pada diri orang-orang lain hal itu menghasilkan sikap merasa diri lebih benar dan cenderung menyebabkan mereka lupa akan manfaat korban Kristus. Setelah menandaskan iman akan darah Kristus yang dicurahkan, artikel tersebut menonjolkan pentingnya ’melakukan perkara-perkara’ dalam pelayanan yang aktif kepada Allah untuk memberikan bukti bahwa seseorang sedang mengejar haluan yang menyenangkan Allah. (2 Ptr. 1:5-10) Pada waktu itu, selagi banyak dari Susunan Kristen masih berpura-pura memegang standar moral Alkitab, ditandaskannya aktivitas ini makin memperjelas perbedaan antara Saksi-Saksi Yehuwa dan Susunan Kristen. Perbedaan menjadi semakin nyata seraya masalah moral yang menjadi umum harus dihadapi oleh semua yang mengaku orang Kristen.
”Menjauhi Percabulan”
Standar Kristen mengenai moralitas seksual telah diuraikan sejak dulu dengan bahasa yang terus terang dalam Alkitab. ”Inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan . . . Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah.” (1 Tes. 4:3-8) ”Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.” (Ibr. 13:4) ”Tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, . . . orang berzinah, banci, orang pemburit . . . tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”—1 Kor. 6:9, 10.
Dalam Watch Tower, perhatian orang-orang Kristen sejati ditarik kepada standar ini sudah sejak bulan November 1879. Namun hal ini tidak dibahas berulang-ulang atau secara terperinci seolah-olah hal ini merupakan problem utama di antara Siswa-Siswa Alkitab masa permulaan. Akan tetapi, seraya sikap dunia makin menjadi serba boleh, perhatian yang ditingkatkan telah diarahkan kepada kebutuhan ini, khususnya pada tahun-tahun sekitar Perang Dunia II. Hal ini diperlukan sebab beberapa di antara Saksi-Saksi Yehuwa menerima pandangan bahwa asalkan mereka sibuk memberi kesaksian, sedikit longgar dalam moralitas seksual hanyalah soal pribadi. Memang benar bahwa The Watchtower 1 Maret 1935 dengan jelas telah menyatakan bahwa partisipasi dalam dinas pengabaran tidak memberikan kebebasan bagi tingkah laku yang amoral. Namun tidak semua mencamkannya dalam hati. Maka, dalam terbitannya tanggal 15 Mei 1941, The Watchtower sekali lagi membahas soal ini, dan secara cukup terperinci, dalam artikel yang berjudul ”Zaman Nuh”. Artikel itu menunjukkan bahwa kebejatan seksual pada zaman Nuh adalah satu alasan mengapa Allah membinasakan dunia dari zaman itu, dan ini memperlihatkan bahwa apa yang telah Allah lakukan ketika itu menjadi pola untuk apa yang akan Allah lakukan pada zaman kita. Dalam bahasa yang sederhana artikel itu memperingatkan bahwa seorang hamba Allah yang memelihara integritas tidak dapat membaktikan sebagian dari harinya untuk melakukan kehendak Tuhan dan kemudian, setelah jam-jam tersebut, turut serta dalam ”perbuatan daging”. (Gal. 5:17-21) Pembahasan ini dilanjutkan dalam The Watchtower 1 Juli 1942, dengan artikel lain yang mengutuk tingkah laku yang tidak selaras dengan standar moral Alkitab bagi orang-orang yang lajang dan bagi yang sudah menikah. Tidak seorang pun boleh menyimpulkan bahwa keikutsertaan dalam pengabaran berita Kerajaan kepada umum sebagai salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa memberikan kebebasan untuk hidup tanpa kendali. (1 Kor. 9:27) Pada waktunya, bahkan tindakan-tindakan yang lebih ketat diambil untuk menjaga kebersihan moral dalam organisasi.
Beberapa orang yang ketika itu menyatakan keinginan untuk menjadi Saksi-Saksi Yehuwa, telah dibesarkan dalam lingkungan yang menerima kawin percobaan, yang mentoleransi hubungan seksual di antara orang-orang yang bertunangan, atau yang menganggap normal hubungan yang disetujui bersama antara orang-orang yang tidak menikah secara sah. Beberapa pasangan yang sudah menikah berupaya untuk tidak melaksanakan kewajiban dalam perkawinan (selibat). Orang-orang lain, walaupun tidak bercerai, secara tidak bijaksana hidup terpisah dari pasangannya. Dalam menyediakan bimbingan yang diperlukan, The Watchtower, selama tahun 1950-an, mempertimbangkan semua situasi ini, membahas tanggung jawab perkawinan, menandaskan larangan Alkitab mengenai percabulan, dan menjelaskan apa percabulan itu, sehingga tidak ada salah pengertian.b—Kis. 15:19, 20; 1 Kor. 6:18.
Di tempat-tempat di mana orang-orang yang mulai bergabung dengan organisasi Yehuwa tidak memandang serius standar moral Alkitab, perhatian khusus diberikan. Karena itu, pada tahun 1945, ketika N. H. Knorr, presiden ketiga Lembaga Menara Pengawal sedang berada di Kosta Rika, dalam khotbah yang ia sampaikan tentang moralitas Kristen ia berkata, ”Semua yang hadir di sini malam ini, yang hidup bersama dengan seorang wanita tetapi belum meresmikan perkawinan saudara secara sah, saya ingin memberikan saudara beberapa saran. Pergilah ke Gereja Katolik dan daftarkan nama saudara sebagai anggota, karena di sana saudara dapat mempraktekkan hal-hal ini. Namun, ini adalah organisasi Allah, dan saudara tidak dapat mempraktekkan hal-hal ini di sini.”
Dimulai pada tahun 1960-an, ketika kaum homoseksual menjadi semakin terang-terangan dalam praktek-praktek mereka, banyak gereja memperdebatkan masalah ini, kemudian menerima mereka sebagai anggota. Ada gereja-gereja yang sekarang bahkan melantik orang-orang homoseksual menjadi pemimpin agama. Agar dapat membantu orang-orang tulus yang mempunyai pertanyaan tentang soal-soal ini, publikasi Saksi-Saksi Yehuwa juga membahas masalah ini. Namun di antara Saksi-Saksi, tidak pernah dipertanyakan bagaimana homoseksualitas harus dipandang. Mengapa tidak? Karena mereka tidak memandang tuntutan Alkitab seolah-olah hanyalah pendapat manusia dari zaman yang berbeda. (1 Tes. 2:13) Mereka dengan senang hati memimpin pengajaran Alkitab dengan orang-orang homoseksual supaya mereka dapat mempelajari tuntutan-tuntutan Yehuwa, dan orang-orang demikian dapat menghadiri perhimpunan Saksi-Saksi untuk mendengarkan, tetapi tidak seorang pun yang terus mempraktekkan homoseksualitas dapat menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa.—1 Kor. 6:9-11; Yud. 7.
Pada tahun-tahun belakangan ini, keterlibatan seksual orang-orang muda yang tidak menikah menjadi hal yang umum di dunia. Orang-orang muda dalam banyak keluarga Saksi-Saksi Yehuwa merasakan tekanan ini, dan beberapa mulai menerima cara-cara dunia yang ada di sekitar mereka. Bagaimana organisasi mengatasi situasi ini? Artikel-artikel yang dirancang untuk membantu para orang-tua dan orang-orang muda untuk memandang perkara-perkara ini berdasarkan Alkitab diterbitkan dalam majalah-majalah The Watch Tower dan Awake! Drama-drama dari kisah sejati dipertunjukkan dalam kebaktian-kebaktian untuk membantu semua agar menyadari akibat dari menolak standar moral Alkitab dan manfaat dari menaati perintah Allah. Salah satu yang pertama dari drama-drama ini, dipertunjukkan pada tahun 1969, berjudul ”Banyak Duri dan Jebakan Pada Jalan Orang yang Independen”. Buku-buku khusus dipersiapkan untuk membantu kaum muda menghargai hikmat dari nasihat Alkitab. Buku-buku ini misalnya Masa Remaja—Manfaatkanlah Sebaik-baiknya (diterbitkan pada tahun 1976 dalam bahasa Inggris) dan Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis (diterbitkan pada tahun 1989). Para penatua setempat memberikan bantuan rohani kepada pribadi-pribadi dan keluarga-keluarga. Sidang-sidang Saksi-Saksi Yehuwa juga dilindungi dengan mengeluarkan orang-orang bersalah yang tidak bertobat.
Kemerosotan dunia dalam hal moral tidak menimbulkan pandangan yang lebih serba boleh di antara Saksi-Saksi Yehuwa. Sebaliknya, Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa lebih menandaskan perlunya menghindari bukan saja perbuatan seks gelap tetapi juga pengaruh-pengaruh dan keadaan-keadaan yang mengikis nilai-nilai moral. Selama tiga dekade terakhir ini, Badan Pimpinan telah menyediakan petunjuk-petunjuk untuk membentengi pribadi-pribadi melawan ”dosa tersembunyi” misalnya masturbasi dan membuat mereka waspada akan bahaya pornografi, opera sabun, dan musik yang mempunyai pengaruh merendahkan moral. Maka, seraya kecenderungan moral dunia merosot, moral Saksi-Saksi Yehuwa meningkat.
Kehidupan Keluarga yang Dibimbing Oleh Standar Ilahi
Berpegang teguh pada standar Alkitab mengenai moralitas seksual telah banyak memberikan manfaat kepada kehidupan keluarga Saksi-Saksi Yehuwa. Namun menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa bukanlah jaminan bahwa seseorang tidak akan mendapat problem-problem dalam keluarga. Meskipun demikian, Saksi-Saksi percaya bahwa Firman Allah memberikan nasihat yang paling baik dalam cara mengatasi problem-problem demikian. Mereka memiliki banyak perlengkapan yang disediakan oleh organisasi untuk membantu mereka menerapkan nasihat itu; dan jika mereka terus mengikutinya, hasilnya akan benar-benar membawa manfaat.
Bahkan sejak tahun 1904, jilid keenam dari Studies in the Scriptures menyediakan pembahasan terperinci tentang tanggung jawab perkawinan dan kewajiban orang-tua. Sejak saat itu, ratusan artikel diterbitkan dan berbagai khotbah disampaikan di setiap sidang Saksi-Saksi Yehuwa untuk membantu setiap anggota keluarga menghargai peranan yang diberikan Allah. Pendidikan dalam seluruh kehidupan keluarga ini bukan hanya diberikan bagi para pengantin baru tetapi merupakan suatu program yang terus-menerus berjalan yang mencakup seluruh sidang.—Ef. 5:22–6:4; Kol. 3:18-21.
Apakah Poligami Akan Diterima?
Walaupun kebiasaan-kebiasaan yang mempengaruhi perkawinan dan kehidupan keluarga berbeda dari satu negeri ke negeri lain, Saksi-Saksi Yehuwa mengakui bahwa standar yang ditetapkan dalam Alkitab berlaku di mana-mana. Seraya pekerjaan mereka mulai dilaksanakan di Afrika pada abad ke-20 ini, Saksi-Saksi di sana mengajarkan, sebagaimana mereka lakukan di tempat-tempat lain, bahwa perkawinan Kristen hanya mengizinkan satu teman hidup. (Mat. 19:4, 5; 1 Kor. 7:2; 1 Tim. 3:2) Meskipun demikian, ada ratusan orang yang menerima penyingkapan Alkitab tentang penyembahan berhala dan dengan senang hati mempercayai apa yang Saksi-Saksi Yehuwa ajarkan berkenaan Kerajaan Allah, namun dibaptis tanpa meninggalkan poligami. Guna memperbaiki keadaan ini, The Watchtower 15 Januari 1947, menekankan bahwa kekristenan tidak mengizinkan poligami, tidak soal kebiasaan setempat. Sebuah surat dikirim ke sidang-sidang memberitahukan bahwa siapa pun yang mengaku diri Saksi-Saksi Yehuwa tetapi masih mempraktekkan poligami, diberi waktu enam bulan untuk menyelaraskan urusan-urusan perkawinan mereka dengan standar Alkitab. Hal ini diperkuat oleh sebuah ceramah yang diberikan oleh Saudara Knorr selama kunjungannya ke Afrika pada tahun yang sama.
Di Nigeria, tidak sedikit orang dunia meramalkan bahwa upaya menghapuskan poligami dari barisan Saksi-Saksi Yehuwa akan berarti menghapuskan barisan itu. Dan memang benar bahwa tidak semua pelaku poligami yang telah dibaptis sebelumnya sebagai Saksi, membuat perubahan-perubahan yang dituntut bahkan sampai tahun 1947. Sebagai contoh, Asuquo Akpabio, seorang pengawas keliling, menceritakan bahwa seorang Saksi yang menyediakan tempat menginap baginya di Ifiayong membangunkannya pada tengah malam dan menuntut agar ia mengubah apa yang telah ia umumkan mengenai syarat monogami. Karena ia menolak untuk melakukannya, tuan rumah mengusirnya ke luar di tengah-tengah hujan lebat pada malam itu.
Akan tetapi, kasih akan Yehuwa telah memberikan kepada orang-orang lain kekuatan yang diperlukan untuk menaati perintah-perintah-Nya. Berikut ini hanya beberapa contoh di antaranya. Di Zaire seorang pria yang tadinya beragama Katolik dan seorang yang berpoligami, menceraikan dua istrinya agar dapat menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa, sekalipun menyuruh pergi istri yang paling dikasihinya karena ia bukan ’istri masa mudanya’ merupakan ujian berat atas imannya. (Ams. 5:18) Di Dahomey (sekarang Benin) seorang bekas penganut Metodis yang masih mempunyai lima istri mengatasi halangan-halangan hukum yang sangat sulit untuk dapat memperoleh perceraian yang diperlukan agar ia dapat memenuhi syarat untuk dibaptis. Walaupun demikian, ia terus menunjang kehidupan bekas istri-istri dan anak-anaknya, sebagaimana dilakukan juga oleh orang-orang lain yang menceraikan istri-istri tambahan. Warigbani Whittington, seorang Nigeria, adalah istri kedua dari antara dua istri suaminya. Ketika ia memutuskan bahwa menyenangkan Yehuwa, Allah yang benar adalah perkara yang paling penting baginya, ia menghadapi kemurkaan suaminya dan kemudian keluarganya sendiri. Suaminya membiarkan dia pergi bersama kedua anaknya, tetapi tanpa bantuan keuangan—bahkan tanpa uang untuk transportasi. Namun, ia berkata, ’Keuntungan materi apa pun yang saya tinggalkan, tidak ada yang dapat dibandingkan dengan menyenangkan Yehuwa.’
Bagaimana Dengan Perceraian?
Di negeri-negeri Barat, poligami tidak dipraktekkan secara luas, tetapi sikap lain yang bertentangan dengan Alkitab sedang digemari. Salah satunya adalah gagasan bahwa perceraian lebih baik daripada perkawinan yang tidak bahagia. Pada tahun-tahun belakangan ini, beberapa Saksi-Saksi Yehuwa mulai meniru semangat ini, menuntut perceraian atas dasar seperti ”ketidakcocokan”. Bagaimana Saksi-Saksi mengatasi hal ini? Suatu kampanye pendidikan yang gencar tentang pandangan Yehuwa mengenai perceraian secara tetap tentu diadakan oleh organisasi untuk memberikan manfaat bagi mereka yang telah lama menjadi Saksi-Saksi dan juga ratusan ribu orang yang terus ditambahkan ke dalam barisan mereka setiap tahun.
Kepada petunjuk Alkitab yang mana The Watchtower telah menarik perhatian orang-orang? Antara lain, yang berikut: Dalam catatan Alkitab tentang perkawinan manusia yang pertama, kesatuan dari suami dan istri ditekankan; catatan itu mengatakan, ’Laki-laki harus berpaut kepada istrinya, dan mereka harus menjadi satu daging.’ (Kej. 2:24, NW) Belakangan, di Israel, hukum Taurat melarang perzinaan dan hukuman mati dijatuhkan atas siapa pun yang melakukannya. (Ul. 22:22-24) Perceraian selain atas dasar perzinaan diperbolehkan, tetapi hanya ’karena ketegaran hati mereka’, sebagaimana Yesus jelaskan. (Mat. 19:7, 8) Apa pandangan Yehuwa mengenai praktek menyingkirkan pasangan hidup seseorang agar dapat mengawini yang lain? Maleakhi 2:16 menyatakan, ’Allah membenci perceraian.’ Namun, Ia telah mengizinkan mereka yang bercerai untuk tetap berada dalam sidang jemaat Israel. Di sana, jika mereka menerima disiplin Yehuwa untuk umat-Nya, hati mereka yang membatu mungkin saja diganti dengan hati yang lebih lembut, hati yang dapat memperlihatkan kasih yang tulus terhadap jalan-jalan-Nya.—Bandingkan Yehezkiel 11:19, 20.
The Watchtower telah sering menyatakan bahwa ketika Yesus membahas tentang perceraian sebagaimana dipraktekkan di Israel purba, ia memperlihatkan bahwa suatu standar yang lebih tinggi harus ditegakkan di antara para pengikutnya. Yesus berkata bahwa siapa pun yang menceraikan istrinya kecuali atas dasar percabulan (por·neiʹa, ”hubungan seksual yang tidak sah”) dan mengawini orang lain, orang tersebut berzina; dan bahkan jika ia tidak menikah lagi, ia akan menjadikan istrinya subjek untuk perzinaan. (Mat. 5:32; 19:9) Jadi, The Watchtower telah menunjukkan bahwa bagi umat Kristen perceraian apa pun merupakan persoalan yang lebih serius daripada halnya dulu di Israel. Walaupun Alkitab tidak menunjukkan bahwa setiap orang yang bercerai akan dikeluarkan dari sidang, mereka yang juga mempraktekkan perzinaan dan tidak bertobat akan dipecat dari sidang Saksi-Saksi Yehuwa.—1 Kor. 6:9, 10.
Perubahan-perubahan yang revolusioner telah terjadi pada tahun-tahun belakangan ini atas sikap dunia berkenaan perkawinan dan kehidupan keluarga. Walaupun begitu, Saksi-Saksi Yehuwa terus berpaut pada standar-standar yang disediakan Allah, Pemula dari perkawinan, sebagaimana telah diuraikan dalam Alkitab. Dengan menggunakan petunjuk-petunjuk itu, mereka berupaya membantu orang-orang berhati jujur untuk mengatasi keadaan-keadaan sulit yang dihadapi banyak orang.
Sebagai hasilnya, perubahan-perubahan yang dramatis telah dibuat dalam kehidupan banyak orang yang menerima petunjuk Alkitab dari Saksi-Saksi Yehuwa. Pria-pria yang tadinya sering memukuli istrinya, pria-pria yang tidak memikul tanggung jawab mereka, pria-pria yang menyediakan kebutuhan secara materi tetapi tidak secara emosi dan rohani—ribuan orang demikian telah menjadi suami dan ayah yang pengasih yang memelihara rumah tangganya dengan baik. Wanita-wanita yang ingin bebas secara membabi buta, wanita-wanita yang tidak mempedulikan anak-anak atau tidak mengurus diri dan rumah mereka—banyak dari mereka ini telah menjadi istri yang menaruh respek atas kekepalaan dan mengejar haluan yang dapat membuat mereka sangat dikasihi oleh suami dan anak-anak mereka. Remaja-remaja yang secara kurang ajar tidak mematuhi orang-tua mereka dan memberontak terhadap masyarakat pada umumnya, remaja-remaja yang menghancurkan kehidupan mereka sendiri dengan hal-hal yang mereka lakukan dan dengan demikian menghancurkan hati orang-tua mereka—tidak sedikit dari mereka ini akhirnya mempunyai tujuan ilahi dalam kehidupan dan hal ini membantu mereka mengubah kepribadian mereka.
Tentu saja, suatu faktor penting dalam keluarga adalah kejujuran terhadap satu sama lain. Kejujuran juga penting dalam hubungan-hubungan lainnya.
Seberapa Jauh Jangkauan dari Tuntutan Kejujuran?
Saksi-Saksi Yehuwa mengakui bahwa kejujuran dituntut dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Sebagai dasar pandangan mereka, mereka menunjuk kepada ayat-ayat seperti berikut: Yehuwa sendiri adalah ”Allah kebenaran”. (Mzm. 31:5, NW) Sebaliknya, seperti Yesus katakan, si Iblis adalah ”bapa segala dusta”. (Yoh. 8:44) Maka, dapat dimengerti bahwa di antara hal-hal yang Yehuwa benci adalah ”lidah dusta”. (Ams. 6:16, 17) Firman-Nya memberi tahu kita, ”Buanglah dusta dan berkatalah benar.” (Ef. 4:25) Selain itu, orang-orang Kristen bukan saja harus mengatakan kebenaran, tetapi, seperti rasul Paulus, mereka harus ’bertingkah laku jujur dalam segala hal’. (Ibr. 13:18, NW) Dalam bidang kehidupan apa pun Saksi-Saksi Yehuwa tidak dapat secara sah menerapkan aturan nilai-nilai yang lain.
Ketika Yesus mengunjungi rumah pemungut cukai Zakheus, orang itu mengakui bahwa praktek bisnisnya selama itu tidaklah benar, dan ia mengambil langkah untuk memperbaiki tindakan-tindakannya yang suka memeras di masa lalu. (Luk. 19:8) Pada tahun-tahun belakangan ini, agar dapat memperoleh hati nurani yang bersih di hadapan Allah, beberapa orang yang mulai bergabung dengan Saksi-Saksi Yehuwa mengambil tindakan yang serupa. Sebagai contoh, di Spanyol, seorang yang pekerjaannya mencuri mulai belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Segera hati nuraninya mulai mengganggunya; maka ia mengembalikan barang-barang yang dicurinya kepada bekas majikannya dan kepada tetangga-tetangganya, kemudian membawa barang-barang lainnya kepada polisi. Ia diharuskan membayar denda dan mendekam di penjara untuk waktu singkat, tetapi kini ia memiliki hati nurani yang bersih. Di Inggris, hanya setelah dua bulan belajar Alkitab dengan seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa, seorang bekas pencuri berlian menyerahkan diri kepada polisi, yang tentunya sangat heran; mereka telah mencarinya selama enam bulan. Selama dua setengah tahun yang ia lalui setelah itu di penjara, ia dengan rajin mempelajari Alkitab dan belajar membagikan kebenaran Alkitab kepada orang-orang lain. Setelah dibebaskan, ia mempersembahkan dirinya untuk dibaptis sebagai salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa.—Ef. 4:28.
Reputasi Saksi-Saksi Yehuwa sehubungan kejujuran diketahui banyak orang. Para majikan telah mengetahui bahwa Saksi-Saksi bukan saja tidak akan mencuri dari mereka tetapi juga tidak akan berbohong atau memalsukan laporan atas perintah majikan mereka—tidak, tidak bahkan jika diancam akan kehilangan pekerjaan. Bagi Saksi-Saksi Yehuwa, hubungan yang baik dengan Allah jauh lebih penting daripada perkenan manusia mana pun. Juga mereka menyadari bahwa, tidak soal di mana mereka berada dan apa yang mereka lakukan, ”segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab”.—Ibr. 4:13; Ams. 15:3.
Di Italia, surat kabar La Stampa mengatakan mengenai Saksi-Saksi Yehuwa, ”Mereka mempraktekkan apa yang mereka kabarkan . . . Standar yang tinggi dalam hal moral yaitu kasih akan sesama, tidak haus kekuasaan, tidak menggunakan kekerasan dan kejujuran pribadi (yang bagi kebanyakan orang Kristen hanyalah ’peraturan hari Minggu’, yang hanya bagus untuk diberitakan dari mimbar) merupakan jalan hidup mereka ’sehari-hari’.” Dan di Amerika Serikat, Louis Cassels, redaktur agama untuk United Press International, Washington, DC, menulis, ”Saksi-Saksi berpaut pada kepercayaan mereka dengan kesetiaan yang besar, walaupun dalam melakukannya berarti pengorbanan yang besar.”
Mengapa Berjudi Tidak Pernah Menjadi Masalah di Antara Mereka
Pada masa-masa yang silam, kejujuran biasanya dihubungkan dengan kemauan untuk bekerja keras. Berjudi, yaitu mengambil risiko mempertaruhkan sejumlah uang atas hasil suatu permainan atau kejadian lain, dianggap rendah oleh masyarakat pada umumnya. Akan tetapi, seraya semangat mementingkan diri dan ingin cepat kaya mulai meliputi abad ke-20 ini, perjudian—sah dan tidak sah—mulai meluas. Hal itu bukan saja disponsori oleh dunia penjahat tetapi sering kali juga oleh gereja-gereja dan pemerintahan duniawi dengan tujuan mengumpulkan uang. Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa berurusan dengan perubahan sikap ini dalam masyarakat? Berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab.
Sebagaimana telah ditunjukkan dalam publikasi-publikasi mereka, tidak ada perintah yang spesifik dalam Alkitab yang mengatakan, Jangan berjudi. Namun buah-buah perjudian selalu buruk, dan buah-buah busuk ini telah dibeberkan oleh majalah The Watchtower dan Awake! selama setengah abad. Lebih jauh, majalah-majalah ini telah memperlihatkan bahwa berjudi dalam bentuk apa pun berkaitan dengan sikap yang Alkitab peringatkan untuk dijauhi. Misalnya, cinta akan uang, ”Akar segala kejahatan ialah cinta uang.” (1 Tim. 6:10) Serta pementingan diri, ”Jangan [secara mementingkan diri, NW] menghasratkan . . . apapun yang dipunyai sesamamu.” (Ul. 5:21; bandingkan 1 Korintus 10:24.) Juga ketamakan, ”Jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang . . . kikir [”tamak”, NW].” (1 Kor. 5:11) Selain itu, Alkitab memperingatkan untuk melawan daya tarik ”Keberuntungan” seolah-olah itu adalah semacam kekuatan supernatural yang dapat melimpahkan kebaikan. (Yes. 65:11, NW) Karena mereka mencamkan peringatan-peringatan Alkitab ini dalam hati, Saksi-Saksi Yehuwa dengan tegas menjauhkan perjudian. Dan sejak tahun 1976 mereka mengerahkan upaya khusus untuk menghindari masuknya orang-orang yang pekerjaan duniawinya dengan jelas menunjukkan bahwa mereka itu adalah bagian dari suatu perusahaan perjudian.
Perjudian tidak pernah menjadi masalah yang nyata di antara Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka mengetahui bahwa sebaliknya daripada memupuk semangat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan orang lain, Alkitab menganjurkan mereka bekerja dengan tangan mereka, setia mengurus hal-hal yang dipercayakan kepada mereka, murah hati, suka memberi kepada orang-orang yang kekurangan. (Ef. 4:28; Luk. 16:10; Rm. 12:13; 1 Tim. 6:18) Apakah hal ini dapat dikenali dengan mudah oleh orang-orang lain yang berurusan dengan mereka? Ya, khususnya oleh orang-orang yang mengadakan hubungan bisnis dengan mereka. Bukanlah suatu hal yang aneh jika para majikan duniawi mencari Saksi-Saksi Yehuwa sebagai karyawan karena mengetahui sifat mereka yang bersungguh-sungguh dan dapat diandalkan. Mereka menyadari bahwa agama yang dianut Saksi-Saksi itulah yang membuat para Saksi menjadi orang-orang yang demikian.
Bagaimana Dengan Tembakau dan Penyalahgunaan Obat?
Alkitab tidak menyebutkan tembakau, juga tidak menyebutkan nama banyak obat yang disalahgunakan pada zaman kita sekarang. Akan tetapi, Alkitab memang menyediakan petunjuk-petunjuk yang telah membantu Saksi-Saksi Yehuwa untuk menentukan haluan tingkah laku apa yang akan menyenangkan Allah. Karena itu, bahkan sejak tahun 1895, ketika Watch Tower mengomentari tentang penggunaan tembakau, majalah itu menarik perhatian kepada 2 Korintus 7:1, yang mengatakan, ”Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.”
Selama bertahun-tahun, nasihat itu tampaknya sudah cukup. Namun, seraya perusahaan-perusahaan tembakau menggunakan iklan-iklan untuk menciptakan pesona merokok, dan kemudian penyalahgunaan obat-obat yang ”ilegal” semakin meluas, lebih banyak nasihat diperlukan. Prinsip-prinsip Alkitab lainnya kemudian ditonjolkan: respek akan Yehuwa, Pemberi kehidupan (Kis. 17:24, 25); kasih akan sesama (Yak. 2:8), dan fakta bahwa seseorang yang tidak mengasihi sesamanya manusia tidak sungguh-sungguh mengasihi Allah (1 Yoh. 4:20); juga ketaatan kepada penguasa duniawi (Tit. 3:1). Ditunjukkan bahwa kata Yunani phar·ma·kiʹa, yang pada dasarnya berarti ”obat-obatan”, digunakan oleh para penulis Alkitab untuk mengacu kepada ”praktek spiritisme” karena obat-obatan dipakai dalam praktek-praktek spiritisme.—Gal. 5:20, NW.
Kembali ke tahun 1946, majalah Consolation membeberkan bentuk curang yang sering terdapat pada pernyataan-pernyataan yang dibayar yang digunakan dalam iklan-iklan rokok. Seraya bukti-bukti ilmiah tersedia, penerus majalah Consolation, yaitu Awake!, juga memuat bukti bahwa penggunaan tembakau mengakibatkan kanker, penyakit jantung, cacat pada janin dari wanita yang mengandung, dan kerugian bagi bukan perokok yang dipaksa menghirup udara yang penuh asap, serta bukti bahwa nikotin dapat membuat ketagihan. Perhatian telah ditarik kepada pengaruh yang memabukkan dari mariyuana (ganja) dan bukti bahwa penggunaannya dapat mengakibatkan kerusakan pada otak. Demikian juga, bahaya-bahaya yang mengerikan dari obat-obat bius lain yang membuat ketagihan telah dibahas berulang kali demi manfaat para pembaca publikasi-publikasi Menara Pengawal.
Jauh sebelum wakil-wakil pemerintah setuju sampai pada tingkat bahwa mereka harus memperingatkan masyarakat akan bahaya penggunaan tembakau, The Watchtower, dalam terbitannya tanggal 1 Maret 1935, menjelaskan bahwa tidak seorang pun yang menggunakan tembakau dapat menjadi anggota staf kantor pusat dari Watch Tower Bible and Tract Society atau menjadi salah seorang dari wakil-wakilnya yang terlantik. Setelah semua hamba dalam sidang Saksi-Saksi Yehuwa dilantik oleh Lembaga (yang diatur mulai pada tahun 1938), The Watchtower 1 Juli 1942, menyatakan bahwa larangan atas penggunaan tembakau juga berlaku bagi semua hamba yang dilantik ini. Di beberapa daerah, diperlukan waktu beberapa tahun sebelum hal ini dilaksanakan sepenuhnya. Akan tetapi, kebanyakan Saksi-Saksi Yehuwa memberikan tanggapan yang baik atas nasihat Alkitab dan contoh bagus dari mereka yang mengambil pimpinan di antara mereka.
Sebagai langkah maju selanjutnya dalam menerapkan secara konsisten nasihat Alkitab itu, tidak seorang pun yang masih merokok dapat diterima untuk pembaptisan mulai tahun 1973 dan seterusnya. Selama bulan-bulan berikutnya, orang-orang yang masih aktif terlibat dalam pengolahan tembakau atau dalam memajukan penjualan tembakau, dibantu untuk menyadari bahwa mereka tidak dapat terus melakukannya dan diterima sebagai Saksi-Saksi Yehuwa. Nasihat dari Firman Allah harus diterapkan secara konsisten dalam setiap aspek kehidupan. Penerapan prinsip-prinsip Alkitab demikian mengenai penggunaan tembakau, mariyuana, dan apa yang disebut obat-obat keras telah melindungi Saksi-Saksi. Dengan menggunakan Alkitab, mereka juga dapat membantu ribuan orang yang kehidupannya sedang dirusak oleh penyalahgunaan obat.
Apakah Minuman Beralkohol Berbeda?
Publikasi-publikasi Menara Pengawal tidak menerima pandangan bahwa penggunaan minuman beralkohol sama dengan penyalahgunaan obat. Mengapa tidak? Mereka menjelaskan: Sang Pencipta mengetahui bagaimana kita dibuat, dan Firman-Nya mengizinkan penggunaan minuman beralkohol secara bersahaja. (Mzm. 104:15; 1 Tim. 5:23) Akan tetapi, Alkitab juga memperingatkan tentang ’minum terlalu banyak’, dan dengan tegas mengutuk pemabukan.—Ams. 23:20, NW, 21, 29, 30; 1 Kor. 6:9, 10; Ef. 5:18.
Karena pemakaian minuman yang memabukkan secara tidak bersahaja telah merusak kehidupan banyak orang, Charles Taze Russell sendiri memilih untuk berpantang secara total. Namun demikian, ia mengakui bahwa Yesus menggunakan anggur. Selama abad ke-19 dan bagian awal abad ke-20, ada banyak pergolakan masyarakat yang menuntut minuman keras dilarang secara resmi di Amerika Serikat. Watch Tower dengan bebas mengungkapkan simpati kepada mereka yang berupaya memerangi kerugian akibat minuman keras, tetapi tidak ikut serta dalam kampanye mereka yang menuntut agar undang-undang pelarangan disahkan. Akan tetapi, majalah ini memang menunjukkan dengan tegas kerugian akibat minum berlebihan dan sering menyatakan bahwa adalah lebih baik menghindari anggur dan semua minuman keras. Mereka yang merasa dapat menggunakan minuman keras dengan bersahaja dianjurkan untuk mempertimbangkan Roma 14:21, yang mengatakan, ”Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu.”
Akan tetapi, pada tahun 1930, ketika pemimpin Anti-Saloon League di Amerika Serikat bertindak jauh dengan mengaku kepada umum bahwa organisasinya ”dilahirkan dari Allah”, J. F. Rutherford, yang pada waktu itu adalah presiden Lembaga Menara Pengawal, menggunakan kesempatan tersebut untuk memberikan khotbah-khotbah di radio yang memperlihatkan bahwa pengakuan demikian sama saja dengan menghujah Allah. Mengapa? Karena Firman Allah tidak mengharamkan semua penggunaan anggur; karena undang-undang pelarangan tidak menghentikan pemabukan, yang memang dikutuk Allah, dan karena undang-undang pelarangan minuman keras itu sebaliknya menyebabkan reaksi yang tidak baik berupa pembuatan serta penyebaran minuman keras secara ilegal dan korupsi dalam pemerintahan.
Menggunakan minuman beralkohol atau menghindarinya dianggap sebagai hal yang bersifat pribadi di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa. Namun mereka berpaut pada tuntutan Alkitab bahwa para pengawas haruslah ”bersahaja dalam kebiasaan”. Istilah itu diterjemahkan dari kata Yunani ne·phaʹli·on, yang berarti, secara harfiah, ’sadar, berkepala dingin; berpantang anggur, secara keseluruhan atau paling tidak dari penggunaannya yang tidak bersahaja’. Para pelayan sidang juga, haruslah pria-pria yang ”tidak menyerahkan diri mereka kepada banyak anggur”. (1 Tim. 3:2, 3, 8, NW) Maka, peminum berat tidak memenuhi syarat untuk hak-hak istimewa dinas yang khusus. Fakta bahwa mereka yang ambil pimpinan di antara Saksi-Saksi Yehuwa memberi teladan yang bagus menyebabkan mereka memiliki kebebasan berbicara untuk membantu orang-orang lain yang cenderung bergantung pada minuman beralkohol dalam mengatasi tekanan atau bisa jadi, sebenarnya, perlu berpantang sama sekali untuk tetap sadar. Apa hasilnya?
Sebagai contoh, suatu laporan berita dari Afrika tengah bagian selatan menyatakan, ”Dari semua laporan, daerah-daerah yang Saksi-Saksi Yehuwa paling kuat di antara orang-orang Afrika, adalah daerah-daerah yang sekarang lebih bebas dari kekacauan dibanding daerah-daerah lain pada umumnya. Pasti mereka telah dengan aktif menentang pembuat kerusuhan, tukang-tukang sihir, pemabukan dan kekerasan dalam bentuk apa pun.”—The Northern News (Zambia).
Cara penting lain yang membedakan tingkah laku Saksi-Saksi Yehuwa dari dunia adalah sehubungan dengan—
Respek Akan Kehidupan
Respek demikian berakar dari pengakuan akan kenyataan bahwa kehidupan adalah suatu karunia dari Allah. (Mzm. 36:10; Kis. 17:24, 25) Hal ini mencakup kesadaran bahwa kehidupan dari bayi yang belum dilahirkan pun berharga di mata Allah. (Kel. 21:22-25; Mzm. 139:1, 16) Pertimbangkan juga bahwa ”setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.”—Rm. 14:12.
Selaras dengan prinsip-prinsip Alkitab ini, Saksi-Saksi Yehuwa telah dengan konsisten menjauhkan diri dari praktek aborsi. Untuk menyediakan bimbingan yang baik kepada para pembacanya, majalah Awake! telah membantu mereka menghargai bahwa kesucian adalah tuntutan ilahi; majalah tersebut telah membahas secara terperinci keajaiban proses reproduksi serta faktor-faktor psikologis dan fisiologis yang tersangkut dalam kelahiran bayi. Pada masa setelah Perang Dunia II, seraya aborsi menjadi semakin umum, The Watchtower memperlihatkan dengan jelas bahwa praktek ini bertentangan dengan Firman Allah. Dengan terang-terangan, terbitan 15 Desember 1969 mengatakan, ”Aborsi yang dimaksudkan hanya untuk menyingkirkan seorang anak yang tidak diinginkan adalah sama dengan mengakhiri kehidupan manusia secara sengaja.”
Mengapa Menolak Transfusi Darah
Respek akan kehidupan yang diperlihatkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa juga mempengaruhi sikap mereka terhadap transfusi darah. Ketika transfusi darah menjadi masalah yang harus mereka hadapi, The Watchtower 1 Juli 1945 menjelaskan secara terperinci pandangan Kristen mengenai kesucian darah.c Artikel itu memperlihatkan bahwa darah binatang dan manusia termasuk dalam larangan ilahi yang mengikat Nuh dan semua keturunannya. (Kej. 9:3-6) Artikel itu menunjukkan bahwa tuntutan ini ditandaskan kembali pada abad pertama dalam perintah agar umat Kristen ’menjauhkan diri dari darah’. (Kis. 15:28, 29) Artikel yang sama itu juga membuat jelas dari Alkitab bahwa satu-satunya penggunaan darah yang diperkenan Allah adalah untuk korban, dan bahwa karena korban-korban binatang yang dipersembahkan di bawah Hukum Musa menggambarkan korban Kristus, maka mengabaikan tuntutan agar umat Kristen ’menjauhkan diri dari darah’ merupakan bukti dari sikap yang tidak respek terhadap korban tebusan Yesus Kristus. (Im. 17:11, 12; Ibr. 9:11-14, 22) Selaras dengan pengertian akan perkara-perkara tersebut, maka mulai tahun 1961 siapa pun yang mengabaikan tuntutan ilahi ini, menerima transfusi darah, dan menunjukkan sikap yang tidak bertobat, dipecat dari sidang Saksi-Saksi Yehuwa.
Pada mulanya, akibat sampingan secara fisik dari tranfusi darah tidak dibahas dalam publikasi Menara Pengawal. Belakangan, ketika informasi demikian tersedia, hal itu pun diterbitkan—bukan sebagai alasan mengapa Saksi-Saksi Yehuwa menolak transfusi darah, tetapi untuk memperkuat penghargaan mereka akan larangan yang Allah sendiri berikan mengenai penggunaan darah. (Yes. 48:17) Untuk tujuan itu, pada tahun 1961 sebuah buku kecil yang didokumentasi dengan teliti berjudul Blood, Medicine and the Law of God (Darah, Obat dan Hukum Allah) diterbitkan. Pada tahun 1977, buku kecil lain dicetak. Buku kecil ini, yang berjudul Jehovah’s Witnesses and the Question of Blood (Saksi-Saksi Yehuwa dan Pertanyaan Tentang Darah), sekali lagi menandaskan fakta bahwa pendirian yang diambil oleh Saksi-Saksi Yehuwa adalah secara agama, berdasarkan apa yang Alkitab katakan, dan tidak berdasarkan faktor-faktor risiko medis. Penyesuaian lebih jauh mengenai pokok ini dipersembahkan pada tahun 1990 dalam brosur Bagaimana Darah Dapat Menyelamatkan Kehidupan Anda? Dengan menggunakan publikasi-publikasi ini, Saksi-Saksi Yehuwa telah mengupayakan banyak hal untuk mendapatkan kerja sama dari para dokter dan membantu mereka mengerti kedudukan Saksi-Saksi. Akan tetapi, penggunaan transfusi darah telah sangat dijunjung tinggi oleh kalangan medis.
Walaupun Saksi-Saksi Yehuwa telah memberi tahu para dokter bahwa mereka tidak mempunyai keberatan agama terhadap pengobatan alternatif, menolak transfusi darah bukanlah hal yang mudah. Sering kali, Saksi-Saksi dan keluarga ditekan dengan hebat untuk menyerah pada praktek medis yang biasa dilakukan. Di Puerto Riko, pada bulan November 1976, Ana Paz de Rosario yang berusia 45 tahun setuju untuk dioperasi dan menerima obat-obat yang diperlukan tetapi meminta agar jangan diberi transfusi darah dengan alasan keyakinan agamanya. Walaupun begitu, lima orang polisi dan tiga perawat, dilengkapi dengan surat perintah dari pengadilan, datang ke kamarnya di rumah sakit lewat tengah malam, mengikatnya ke tempat tidur dan memaksakan transfusi darah kepadanya, berlawanan dengan permintaannya dan permintaan suami dan anak-anaknya. Ia mengalami guncangan dan meninggal. Hal ini sama sekali bukan satu-satunya kasus yang terjadi, dan bukan saja di Puerto Riko kekejaman demikian terjadi.
Di Denmark, orang-tua Saksi diburu oleh polisi pada tahun 1975 karena mereka menolak untuk mengizinkan transfusi darah yang dipaksakan kepada putra mereka yang masih belia tetapi sebaliknya mencari pengobatan alternatif. Di Italia, pada tahun 1982, orang-tua yang telah dengan pengasih mencari bantuan medis ke empat negara untuk anak perempuannya yang menderita penyakit yang tak tersembuhkan, dijatuhi hukuman penjara 14 tahun atas tuduhan pembunuhan setelah anak perempuan tersebut meninggal saat diberi transfusi darah atas perintah pengadilan.
Sering kali, dalam upaya untuk memaksakan transfusi kepada anak-anak dari Saksi-Saksi Yehuwa, rasa permusuhan yang besar dari masyarakat telah dikobarkan oleh media massa. Dalam beberapa peristiwa, bahkan tanpa pemeriksaan resmi pada saat orang-tua dapat berbicara, hakim telah memerintahkan agar anak-anak mereka ditransfusi. Namun, dalam lebih dari 40 kasus di Kanada, anak-anak yang ditransfusi ini dikembalikan kepada orang-tua mereka dalam keadaan meninggal.
Tidak semua dokter dan hakim setuju dengan cara yang sewenang-wenang ini. Beberapa mulai mengupayakan sikap yang lebih membantu. Ada dokter-dokter yang menggunakan kecakapan mereka untuk menyediakan pengobatan tanpa darah. Dalam proses ini, mereka memperoleh banyak pengalaman dalam segala jenis pembedahan tanpa darah. Lama-kelamaan diperlihatkan bahwa semua jenis pembedahan dapat dilakukan dengan sukses, pada orang dewasa dan juga pada anak-anak, tanpa transfusi darah.d
Untuk menghindari konfrontasi yang tidak perlu dalam keadaan-keadaan darurat, pada awal tahun 1960-an, Saksi-Saksi Yehuwa mulai mengadakan kunjungan-kunjungan khusus kepada dokter-dokter untuk membahas sikap mereka dan memberikan lektur-lektur yang cocok. Belakangan mereka meminta agar sebuah pernyataan tertulis ditaruh dalam berkas medis pribadi mereka yang menyatakan bahwa transfusi darah tidak akan diberikan kepada mereka. Menjelang tahun 1970-an, mereka membuat kebiasaan umum untuk secara pribadi membawa sebuah kartu guna menarik perhatian staf medis akan kenyataan bahwa transfusi darah tidak boleh diberikan kepada mereka dalam keadaan apa pun juga. Setelah berkonsultasi dengan para dokter dan pengacara, bentuk kartu itu disesuaikan dengan tujuan menjadikannya sebuah dokumen resmi.
Untuk mendukung tekad Saksi-Saksi Yehuwa agar mereka tidak diberi transfusi darah, untuk menjernihkan kesalahpahaman di pihak para dokter dan rumah-rumah sakit, dan untuk membangun semangat kerja sama yang lebih besar antara lembaga medis dan pasien-pasien Saksi, Panitia-Panitia Penghubung Rumah Sakit telah dibentuk di bawah petunjuk Badan Pimpinan dari Saksi-Saksi Yehuwa. Dari hanya beberapa panitia seperti itu pada tahun 1979, jumlahnya telah bertambah menjadi lebih dari 800 di lebih dari 70 negeri. Penatua-penatua terpilih telah dilatih dan menyediakan pelayanan demikian di Amerika Utara, Timur Jauh, negeri-negeri besar di Pasifik Selatan, Eropa, dan Amerika Latin. Selain menjelaskan kedudukan Saksi-Saksi Yehuwa, penatua-penatua ini menarik perhatian staf rumah sakit kepada fakta bahwa ada alternatif yang sah selain menginfuskan darah. Dalam situasi darurat, para penatua ini membantu mengadakan konsultasi antara dokter-dokter utama dengan ahli-ahli bedah yang telah menangani kasus-kasus serupa bagi para Saksi tanpa darah. Jika perlu, panitia-panitia ini mengunjungi bukan saja staf rumah sakit, tetapi juga hakim-hakim yang tersangkut dalam kasus-kasus ketika rumah-rumah sakit mengupayakan surat perintah pengadilan untuk transfusi.
Jika respek untuk kepercayaan agama mereka berkenaan kesucian darah tidak dapat dijamin dengan cara lain, Saksi-Saksi Yehuwa juga, kadang-kadang, menggugat dokter-dokter dan rumah-rumah sakit ke pengadilan. Mereka biasanya hanya mengupayakan suatu perintah untuk menahan diri atau menahan suatu keputusan. Namun, pada tahun-tahun belakangan ini, mereka bahkan mengajukan gugatan ganti rugi terhadap dokter dan rumah sakit yag telah berlaku sewenang-wenang. Pada tahun 1990 Pengadilan Banding Ontario di Kanada, memenangkan gugatan ganti rugi semacam itu karena sang dokter tidak mempedulikan kartu yang ada di dompet sang pasien yang dengan jelas menyatakan bahwa Saksi itu tidak mau menerima transfusi darah dalam keadaan apa pun juga. Di Amerika Serikat, sejak tahun 1985, setidaknya sepuluh gugatan ganti rugi telah diberikan di berbagai bagian negeri itu, dan adakalanya mereka yang digugat itu memutuskan untuk menyelesaikan persoalan di luar pengadilan dengan suatu jumlah uang yang ditetapkan sebaliknya daripada menghadapi sekelompok juri yang mungkin akan meminta ganti rugi yang lebih besar lagi. Saksi-Saksi Yehuwa benar-benar bertekad untuk menaati larangan ilahi mengenai penggunaan darah. Mereka sebenarnya tidak mau mengajukan dokter-dokter ke pengadilan, tetapi mereka akan melakukannya jika perlu agar para dokter berhenti memaksakan pengobatan yang secara moral menjijikkan bagi Saksi-Saksi.
Masyarakat makin lama makin menyadari bahaya yang berasal dari transfusi darah. Hal ini, sebagian, adalah karena ketakutan akan AIDS. Namun Saksi-Saksi dimotivasi oleh keinginan yang tulus untuk menyenangkan Allah. Pada tahun 1987 sebuah surat kabar medis Perancis Le Quotidien du Médecin menyatakan, ”Mungkin Saksi-Saksi Yehuwa benar dalam menolak penggunaan produk-produk darah, karena memang ada sejumlah unsur penyakit yang dapat ditularkan melalui darah yang ditransfusikan.”
Pendirian yang diambil oleh Saksi-Saksi Yehuwa tidak didasarkan atas pengetahuan medis yang lebih hebat yang berasal dari mereka. Mereka semata-mata percaya bahwa jalan Yehuwa adalah benar dan bahwa ”Ia tidak menahan kebaikan” dari hamba-hamba-Nya yang loyal. (Mzm. 19:8, 12; 84:12) Bahkan jika seorang Saksi harus meninggal sebagai akibat kehilangan darah—dan hal ini kadang-kadang terjadi—Saksi-Saksi Yehuwa memiliki kepercayaan penuh bahwa Allah tidak melupakan hamba-hamba-Nya yang setia tetapi akan menghidupkan mereka kembali melalui kebangkitan.—Kis. 24:15.
Jika Pribadi-Pribadi Memilih untuk Mengabaikan Standar Alkitab
Jutaan orang telah belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa, tetapi tidak semua menjadi Saksi-Saksi. Ketika beberapa orang mempelajari standar-standar tinggi yang berlaku, mereka memutuskan bahwa bukan kehidupan macam inilah yang mereka inginkan. Semua yang dibaptis pertama-tama diberi instruksi yang saksama mengenai ajaran-ajaran dasar Alkitab, dan setelah itu (khususnya sejak tahun 1967) penatua-penatua dalam sidang akan meninjau kembali ajaran-ajaran tersebut bersama setiap calon pembaptisan. Segala upaya dikerahkan untuk memastikan bahwa mereka yang dibaptis mengerti dengan jelas bukan hanya doktrin-doktrin tetapi juga tingkah laku Kristen yang terlibat. Akan tetapi, bagaimana jika ada di antara orang-orang ini belakangan membiarkan kasih akan dunia menggoda mereka untuk melakukan perbuatan salah yang serius?
Bahkan sejak tahun 1904, dalam buku The New Creation, perhatian diberikan kepada kebutuhan untuk mengambil tindakan yang perlu sehingga tidak mengizinkan kemerosotan moral sidang. Pengertian yang pada saat itu dimiliki oleh Siswa-Siswa Alkitab tentang prosedur untuk berurusan dengan para pelaku kejahatan sebagaimana dicantumkan dalam Matius 18:15-17 dibahas. Selaras dengan hal ini, ada juga, walaupun jarang, ’pengadilan gereja’, dan pada saat itu bukti-bukti perbuatan salah dalam kasus-kasus yang serius ditunjukkan kepada seluruh sidang. Bertahun-tahun kemudian, The Watchtower dalam terbitannya tanggal 15 Mei 1944 meninjau kembali perkara ini dalam terang dari seluruh Alkitab dan memperlihatkan bahwa perkara-perkara demikian yang mempengaruhi sidang harus ditangani oleh saudara-saudara yang bertugas mengawasi sidang. (1 Kor. 5:1-13; bandingkan Ulangan 21:18-21.) Hal ini dilanjutkan, dalam The Watchtower 1 Maret 1952, dengan artikel-artikel yang menandaskan bukan hanya prosedur yang patut tetapi juga perlunya mengambil tindakan untuk menjaga organisasi tetap bersih. Berkali-kali setelah itu, pokok ini telah diberi perhatian. Namun tujuannya selalu sama: (1) untuk menjaga organisasi tetap bersih dan (2) untuk mengesankan pada diri pelaku kejahatan perlunya pertobatan yang tulus, dengan tujuan untuk memulihkan dia.
Pada abad pertama, ada beberapa orang yang meninggalkan iman demi kehidupan bebas. Yang lain berpaling dari iman karena doktrin-doktrin yang murtad. (1 Yoh. 2:19) Hal yang sama terus terjadi di antara Saksi-Saksi Yehuwa pada abad ke-20 ini. Menyedihkan sekali, belakangan ini puluhan ribu pelaku kesalahan yang tidak bertobat perlu dipecat setiap tahun. Di antara mereka terdapat penatua-penatua yang menonjol. Tuntutan Alkitab yang sama berlaku untuk semua. (Yak. 3:17) Saksi-Saksi Yehuwa menyadari bahwa memelihara organisasi tetap bersih secara moral penting sekali untuk tetap mendapatkan perkenan Yehuwa.
Mengenakan Kepribadian Baru
Yesus mendesak orang-orang untuk bersih tidak hanya di bagian luar tetapi juga di bagian dalam. (Luk. 11:38-41) Dia memperlihatkan bahwa perkara-perkara yang kita katakan dan lakukan adalah cermin dari apa yang ada dalam hati kita. (Mat. 15:18, 19) Seperti rasul Paulus jelaskan, jika kita benar-benar diajar oleh Kristus, kita akan ”dibaharui di dalam tenaga yang menggerakkan pikiran” dan akan ”mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam keadilbenaran dan loyalitas yang sesungguhnya”. (Ef. 4:17-24, NW) Mereka yang diajar Kristus berupaya memperoleh ”sikap mental yang sama seperti yang Kristus Yesus miliki” sehingga mereka berpikir dan bertindak seperti dia. (Rm. 15:5, NW) Tingkah laku Saksi-Saksi Yehuwa sebagai individu-individu merupakan cermin sampai sejauh mana mereka telah benar-benar melakukan hal tersebut.
Saksi-Saksi Yehuwa tidak mengaku bahwa tingkah laku mereka sama sekali tak tercela. Namun, mereka sungguh-sungguh berupaya menjadi peniru-peniru Kristus seraya mereka menyesuaikan diri dengan standar tingkah laku Alkitab yang tinggi. Mereka tidak menyangkal bahwa ada pribadi-pribadi lain yang menerapkan standar moral yang tinggi dalam kehidupan mereka. Namun dalam hal Saksi-Saksi Yehuwa, bukan hanya sebagai pribadi-pribadi tetapi juga sebagai satu organisasi internasional, sehingga mereka dengan mudah dikenali karena tingkah laku yang sesuai dengan standar-standar Alkitab. Mereka dimotivasi oleh nasihat terliham yang tercatat di 1 Petrus 2:12, NW, ”Peliharalah tingkah lakumu baik di antara bangsa-bangsa agar . . . mereka dapat, sebagai hasil perbuatan-perbuatanmu yang baik yang tentangnya mereka adalah saksi mata, memuliakan Allah pada hari inspeksi[nya].”
[Catatan Kaki]
a Dalam The Watchtower 15 Oktober 1941, pokok ini dibahas lagi, dalam bentuk yang lebih pendek, di bawah judul ”Karakter Atau Integritas—Yang Mana?”
b The Watchtower 15 April 1951, mendefinisikan percabulan sebagai ”hubungan seksual yang tidak dipaksakan di pihak seorang yang belum menikah dengan orang dari lawan jenis”. Terbitan 1 Januari 1952, menambahkan bahwa berdasarkan Alkitab, istilah itu juga dapat diterapkan pada perbuatan seksual yang amoral di pihak seorang yang telah menikah.
c Pembahasan yang lebih awal tentang kesucian darah muncul dalam The Watch Tower 15 Desember 1927 dan juga The Watchtower 1 Desember 1944 yang dengan spesifik menyebutkan transfusi darah.
d Contemporary Surgery, Maret 1990, hlm. 45-9; The American Surgeon, Juni 1987, hlm. 350-6; Miami Medicine, Januari 1981, hlm. 25; New York State Journal of Medicine, 15 Oktober 1972, hlm. 2524-7; The Journal of the American Medical Association, 27 November 1981, hlm. 2471-2; Cardiovascular News, Februari 1984, hlm. 5; Circulation, September 1984.
[Blurb di hlm. 172]
”Mereka memiliki nilai-nilai moral yang luar biasa”
[Blurb di hlm. 174]
Apakah pernah dipertanyakan bagaimana homoseksualitas harus dipandang?
[Blurb di hlm. 175]
Kemerosotan moral dunia ini tidak mengakibatkan Saksi-Saksi menjadi bersikap lebih serba boleh
[Blurb di hlm. 176]
Beberapa orang mencoba menjadi Saksi-Saksi tanpa meninggalkan poligami
[Blurb di hlm. 177]
Suatu program yang gencar untuk mengajarkan pandangan Yehuwa mengenai perceraian
[Blurb di hlm. 178]
Perubahan-perubahan yang dramatis dalam kehidupan orang-orang
[Blurb di hlm. 181]
Tembakau—Tidak!
[Blurb di hlm. 182]
Minuman beralkohol—secara bersahaja, kalaupun ingin minum
[Blurb di hlm. 183]
Dengan teguh bertekad untuk tidak menerima darah
[Blurb di hlm. 187]
Pemecatan—untuk memelihara organisasi tetap bersih secara moral
[Kotak di hlm. 173]
’Perkembangan Karakter’—Buahnya Tidak Selalu Baik
Suatu laporan dari Denmark, ’Ada banyak, terutama dari teman-teman yang sudah lanjut usia, dalam upaya mereka yang tulus untuk mengenakan kepribadian Kristen, berjuang untuk menghindari apa pun yang bernoda duniawi bahkan yang paling sedikit pun dan dengan cara ini membuat mereka lebih layak untuk Kerajaan surgawi. Sering kali, dianggap sesuatu yang tidak pantas untuk tersenyum selama perhimpunan, dan banyak dari saudara-saudara yang tua hanya memakai jas hitam, sepatu hitam, dasi hitam. Mereka sering kali puas dengan hidup yang sederhana dan damai dalam Tuhan. Mereka percaya bahwa sudah cukup hanya mengadakan perhimpunan-perhimpunan dan membiarkan para kolportir yang mengabar.’
[Kotak di hlm. 179]
Apa yang Orang-Orang Lain Perhatikan dalam Diri Saksi-Saksi
◆ ”Münchner Merkur”, sebuah surat kabar Jerman, melaporkan tentang Saksi-Saksi Yehuwa, ”Mereka adalah pembayar pajak yang paling jujur dan paling tepat waktu di Republik Federal. Kepatuhan mereka kepada hukum dapat terlihat dari cara mereka mengemudi dan juga dari statistik kejahatan. . . . Mereka patuh kepada yang berwenang (orang-tua, guru, pemerintah). . . . Alkitab, dasar untuk semua tindakan mereka, adalah pendukung mereka.”
◆ Walikota Lens, Prancis, berkata kepada Saksi-Saksi setelah mereka menggunakan stadion setempat untuk salah satu kebaktian mereka, ”Apa yang saya sukai adalah bahwa kalian berpegang kepada janji-janji dan perjanjian kalian, di atas semuanya itu, kalian bersih, berdisiplin, dan terorganisasi. Saya suka masyarakat kalian. Saya menentang ketidaktertiban, dan saya tidak suka orang-orang yang berkeliling mengotori dan merusak barang-barang.”
◆ Buku ”Voices From the Holocaust” berisi riwayat hidup seorang Polandia yang selamat dari kamp konsentrasi Auschwitz dan Ravensbrück yang menulis, ”Saya melihat orang-orang yang menjadi sangat, sangat baik dan orang-orang yang menjadi benar-benar jahat. Kelompok yang paling menyenangkan adalah Saksi-Saksi Yehuwa. Saya mengangkat topi untuk orang-orang itu. . . . Mereka melakukan hal-hal yang luar biasa bagi orang-orang lain. Mereka menolong yang sakit, mereka membagi roti mereka, dan memberikan penghiburan rohani bagi siapa saja yang di dekat mereka. Orang-orang Jerman membenci mereka dan menaruh respek kepada mereka pada waktu yang sama. Orang-orang Jerman itu memberikan pekerjaan yang paling buruk tetapi mereka menerima dan mengerjakannya dengan penuh harkat diri.”