Siapa yang Akan Memuji Sang Raja?
”Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja, dan aku hendak memuji namaMu untuk seterusnya dan selamanya. Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan namaMu untuk seterusnya dan selamanya.”—Mzm. 145:1, 2.
1. Apakah yang Raja Daud katakan mengenai Yehuwa sebagai Rajanya? Mengapa begitu?
RAJA DAUD pernah menulis puji-pujian bagi Allah Yehuwa, Rajanya di surga. Mungkin ada yang heran mengapa seorang raja di bumi begitu membesarkan Raja lain, yang lebih tinggi dari padanya. Tetapi Raja Daud mempunyai alasan yang layak untuk itu. Pernyataan Daud didorong oleh penghargaan terhadap Yehuwa, Raja tersebut. Di hadapan Raja ini Daud benar-benar bersikap lembut, mencerminkan hikmat. (Yak. 3:13) Daud memang penyembah Yehuwa yang setia. Hubungannya akrab sekali dengan Dia ”Yang berkuasa atas segala raja.”—Dan. 2:47.
2, 3. (a) Sebutkan beberapa contoh mengenai penghargaan Raja Daud terhadap Yehuwa, seperti dicetuskannya dalam berbagai Mazmur. (b) Hal-hal apa yang dikemukakan oleh Daud di 1 Tawarikh mengenai Yehuwa dan kedaulatanNya sebagai Raja?
2 Dari pernyataan-pernyataan Daud yang banyak terdapat dalam Alkitab kita dapat memahami alasannya mengapa ia begitu menghargai Allah Yehuwa, Rajanya. Di Mazmur 19 Daud menunjukkan penghargaannya terhadap Yehuwa sebagai Pencipta, Pemberi Hukum dan Juruselamat. Mazmur 24 mengatakan bahwa Yehuwalah Yang empunya bumi ini dan Raja yang Maha mulia dan perkasa. Di Mazmur 103:19 Daud mengakui kedaulatan Yehuwa sebagai Raja. Ia berkata, ”TUHAN [Yehuwa, NW] sudah menegakkan takhtaNya di sorga dan kerajaanNya berkuasa atas segala sesuatu.” Setelah itu Daud berseru kepada semua malaikat dan manusia untuk memuji-muji Yehuwa. Sejauh mana penghargaan Daud terhadap Yehuwa, jelas terungkap dari nyanyian syukur yang tercatat di 1 Tawarikh 16:8-36.
3 Raja Daud tidak menyembunyikan bagaimana perasaannya sepanjang hidupnya. Maka tak lama sebelum pemerintahannya berakhir, ia berkata di depan seluruh rakyatnya, ”Terpujilah Engkau, ya TUHAN [Yehuwa, NW], Allahnya bapa kami Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Ya TUHAN, punyaMulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punyaMulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari padaMu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tanganMulah kekuatan dan kejayaan; dalam tanganMulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya. Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepadaMu dan memuji namaMu yang agung itu.”—1 Taw. 29:10-13.
PANTAS-TIDAKNYA ALLAH MEMERINTAH SEBAGAI RAJA
4. Bagaimana sampai bangsa Israel menghendaki manusia sebagai raja mereka di zaman Samuel? Bagaimana bangsa-bangsa kafir di sekeliling bangsa Israel menjadi sumber malapetaka bagi mereka?
4 Beberapa waktu sebelum kelahiran Daud, pemerintahan Yehuwa sebagai Raja mulai dipermasalahkan oleh bangsa Israel. Waktu itu masa kepemimpinan Samuel sebagai Hakim hampir berakhir. Sejarah ini dapat kita baca di 1 Samuel 8:4-20. Mengapa umat pilihan Yehuwa itu meminta supaya Samuel mengangkat seorang raja untuk memerintah mereka? Bukankah itu berarti penolakan terhadap Yehuwa? Mereka berkata kepada Samuel bahwa mereka ingin sama seperti semua bangsa lain di sekitar mereka. Melalui Samuel Yehuwa memperingatkan apa akibat-akibat yang harus mereka tanggung karena menginginkan agar seorang manusia dijadikan raja atas mereka. Sebenarnya kesejahteraan mereka akan jauh lebih terjamin bila Yehuwa tetap sebagai Raja mereka.—Lihat juga Ulangan 4:7.
5. Bagaimana kedudukan sebagai raja dipermasalahkan di zaman Hakim Gideon?
5 Masalah ini telah timbul sebelumnya, ketika bangsa Israel di bawah pimpinan Hakim Gideon baru saja berhasil memenangkan peperangan melawan bangsa Midian. ”Kemudian berkatalah orang Israel kepada Gideon: ’Biarlah engkau memerintah kami, baik engkau baik anakmu maupun cucumu, sebab engkaulah yang telah menyelamatkan kami dari tangan orang Midian.’ Jawab Gideon kepada mereka: ’Aku tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah kamu tetapi TUHAN [Yehuwa, NW] yang memerintah kamu.’” (Hak. 8:22, 23) Karena Gideon tetap setia kepada Yehuwa, ia menolak permintaan bangsa Israel. Ia tetap berpendirian bahwa Yehuwalah Raja mereka. Akan tetapi, tidak lama setelah Gideon meninggal, salah seorang putranya yang bernama Abimelekh mencoba mengangkat dirinya sebagai raja, setelah terlebih dahulu membunuh hampir semua saudara lelakinya. Namun pemerintahannya tidak berlangsung lama dan akhir hidupnya cukup mengerikan. (Hak. psl. 9) Sejarah ini tidak asing bagi bangsa Israel. Dan di sini nyata bahwa dari masa ke masa kedaulatan Yehuwa sebagai Raja sering dipersengketakan. Dan sepanjang masa setiap orang ada kesempatan untuk menentukan sikap, yakni tetap setia kepada Yehuwa sebagai Raja atau tidak.
6. Apa yang diperlihatkan oleh sejarah manusia sejak semula mengenai masalah kekuasaan di tangan seorang raja? Apa yang Yehuwa katakan akan terjadi pada akhirnya?
6 Menurut catatan Firman Allah, sudah sejak awal sejarah manusia bangsa-bangsa duniawi mempunyai sistem pemerintahan dengan raja-raja memerintah atas mereka. Tidak lama sesudah Air Bah, sejumlah kerajaan didirikan, masing-masing dengan seorang pemimpin manusia. Padahal ini bertentangan dengan kehendak Yehuwa, sebagaimana diperlihatkan di Kejadian 10:8-12. Ini terjadi karena pengaruh Setan si Iblis, yang mula-mula mempersoalkan pantas-tidaknya Yehuwa memerintah. Ia memberontak terhadap Yehuwa. Kemudian ia mencoba membujuk makhluk-makhluk lain supaya tidak lagi menyembah Yehuwa. Yehuwa memberi kesempatan kepada si jahat untuk membuktikan tantangannya. Dalam waktu itu Yehuwa juga menyingkapkan bagaimana akhir masalah ini kelak.—Kej. 3:15.
KEBESARAN YEHUWA MENGHASILKAN PUJIAN
7. (a) Bagaimana peranan roh Yehuwa dalam perjalanan hidup Raja Daud? (b) Di mana letaknya keistimewaan Mazmur 145?
7 Kemudian Yehuwa memerintahkan Samuel untuk mengurapi Daud sebagai raja. ”Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN [Yehuwa, NW] atas Daud.” (1 Sam. 16:12, 13) Pada diri Daud kita melihat suatu contoh baik bagaimana caranya roh Yehuwa bekerja atas hamba-hambaNya yang setia. Roh Allahlah yang menggerakkan Daud untuk menulis sekian banyak Mazmur, yang berisi puji-pujian bagi Yehuwa. (2 Sam. 23:2) Salah satu syair puji-pujian Daud yang paling indah ialah Mazmur 145. Mazmur ini memuji, membesarkan dan memuliakan sifat-sifat Yehuwa, seperti kebaikanNya, kebesaranNya, keperkasaanNya, keadilanNya, ketidak-terdugaanNya dan belas kasihanNya. Para cendekiawan bangsa Yahudi menghargai mazmur ini, sehingga dibacakan sampai tiga kali dalam upacara sembahyang mereka tiap hari. Dalam bahasa Ibrani kitab Mazmur disebut sebagai Tehil·limʹ, yang berarti ”Puji-pujian”. Mazmur 145 inilah, satu-satunya mazmur yang berjudul ”Sebuah pujian”. Di sini kata ”pujian” digunakan dalam bentuk tunggal.
8. Maksud apa yang terkandung dalam pernyataan tekad untuk memuji nama Yehuwa selama-lamanya?
8 Langsung mulai dari ayat-ayat pertama mazmur ini menyatakan suatu luapan kegembiraan dan perasaan syukur:
”Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja, dan aku hendak memuji namaMu untuk seterusnya dan selamanya. Setiap hari [Sepanjang hari, NW] aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan namaMu untuk seterusnya dan selamanya.” (Mzm. 145:1, 2)
Menurut kebanyakan penafsir Alkitab, ketika Daud mengatakan bahwa ia bertekad untuk memuji Allah ”untuk seterusnya dan selamanya”, yang dimaksudkan adalah sepanjang hidup Daud sendiri. Namun apakah tidak ada maksud lain dalam ucapan Daud tersebut? Untuk dapat memuji nama Allah selama-lamanya, orang harus hidup selama-lamanya. Bukankah Daud mengharapkan hidup kekal kelak di kemudian hari? Yang jelas, harapan kehidupan kekal demikian dimiliki oleh ”kumpulan besar orang” [”perhimpunan besar”, Bode] yang terdiri atas ”domba-domba lain”. Mereka berharap bahwa kelak mereka akan dapat memuji nama Yehuwa untuk selama-lamanya, karena tidak perlu mengalami kematian lagi di atas bumi ini.—Zef. 2:3; Yoh. 11:26; Why. 7:14-17; 21:4.
9. Jelaskan sampai di mana orang dapat memahami sepenuhnya kebesaran perbuatan-perbuatan Yehuwa?
9 Selanjutnya madah (hymne) pujian Raja Daud berbunyi,
”Besarlah TUHAN [Yehuwa, NW] dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga.” (Mzm. 145:3)
Bukti tentang kebesaran Yehuwa jelas terlihat oleh seluruh umat manusia sejak masa penciptaan. (Rm. 1:20) Keagungan Yehuwa dan segala sesuatu yang diciptakanNya ternyata bermanfaat sekali bagi manusia. Sayangnya, hanya sedikit orang yang benar-benar mau menjadi pemuji Yehuwa. Sesungguhnya, begitu tak terhingganya kebesaran Yehuwa dan segala karya ciptaanNya, sehingga sampai sekarang baru beberapa saja dari segala rahasia ciptaanNya yang mulai dipahami oleh manusia. Penghargaan datuk Ayub sama seperti Daud, karena ia menyebut Allah sebagai yang ”melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan yang tak terduga, serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya”. (Ayb. 5:9; 9:10; 26:14) Dan ketika rasul Paulus membahas mengenai kebesaran maksud tujuan Allah ia tergerak untuk berseru, ”O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!”—Rm. 11:33, 34.
10. Bagaimana bisa dikatakan bahwa satu ’generasi’ telah memberitakan keperkasaan Allah kepada ’generasi’ yang lain?
10 ”Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaanMu dan akan memberitakan keperkasaanMu.” (Mzm. 145:4)
Ya, generasi manusia berganti-gantian pergi dan datang, dan di antaranya ada yang telah memberitakan keperkasaan Yehuwa. Tetapi apakah hal ini juga dapat dihubungkan dengan kaum terurap? Tentu saja! Sebab sebagai ’generasi’ mereka telah memberitakan perbuatan-perbuatan Yehuwa kepada suatu ’generasi’ lain, yaitu ”kumpulan besar orang” yang terdiri atas ”domba-domba lain”, yang pada gilirannya juga dapat meneruskan berita mengenai keperkasaan Yehuwa kepada orang-orang lain lagi. Mereka rajin mempelajari Firman Allah. Maka baik ’generasi’ yang memiliki harapan surgawi maupun ’generasi’ yang memiliki harapan hidup kekal di bumi, semakin mengetahui perbuatan-perbuatan Yehuwa yang besar dan perkasa. Betapa besar hak kehormatan kita untuk menyampaikan berita ini kepada orang-orang lain! Perhatikan contoh dari Daud, bagaimana ia menyebut segala keperkasaan Yehuwa di Mazmur 68.
11. Cara bagaimana kita ’memperhatikan’ kemuliaan Yehuwa dan perbuatan-perbuatanNya yang ajaib itu?
11 ”Semarak kemuliaanMu yang agung dan perbuatan-perbuatanMu yang ajaib akan kunyanyikan.” (Mzm. 145:5)
Bila kita ingin menyenangkan Pencipta kita dengan puji-pujian yang berkenan kepadaNya, kita perlu merenungkan dan memperhatikan secara mendalam kepribadianNya yang agung dan segala perbuatanNya yang menakjubkan. (Mat. 12:34) Apakah saudara cukup berminat mengenai hal-hal tersebut? Apakah saudara secara pribadi menyisihkan waktu untuk mempelajari segala sesuatu yang Allah beritahukan di dalam FirmanNya? Seraya saudara belajar apakah saudara selalu merenungkan dan meresapkannya sampai ke hati agar meninggalkan kesan yang tak terhapuskan? Bagaimana mungkin untuk berbicara baik mengenai Yehuwa atau memuji Dia, kalau kita masih ragu-ragu atau belum benar-benar mencintai Yehuwa? Kita perlu mengerti sepenuhnya mengenai semarak dan kemuliaan Yehuwa. Sesudah itu akan mudah sekali untuk berbicara terus mengenai Raja yang Akbar ini, dengan penuh semangat, tekad bulat dan sikap yang positip.
12. Mengapa berfaedah untuk merenungkan dan membicarakan dengan orang lain perkara-perkara dahsyat yang pernah dilakukan oleh Yehuwa?
12 ”Kekuatan perbuatan-perbuatanMu yang dahsyat akan diumumkan mereka, dan kebesaranMu hendak kuceritakan.” (Mzm. 145:6)
Memang ada lebih banyak lagi yang dapat kita ceritakan. Melalui Alkitab disingkapkan banyak peristiwa dahsyat yang memperlihatkan bagaimana Yehuwa memakai kekuasaanNya untuk membantu hamba-hambaNya yang setia serta menggagalkan usaha dari orang-orang yang memusuhi Allah. Banyak peristiwa menakjubkan yang terjadi di masa lampau itu sekaligus merupakan pola nubuat mengenai apa yang akan terjadi di masa depan, sehingga menjadi bahan pelajaran yang perlu dikaji oleh generasi manusia yang sekarang. Ya, ”segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.” (Rm. 15:4) Apabila kita menyampaikan hal-hal ini kepada masyarakat di sekeliling kita, berarti kita melakukan suatu kebaikan terhadap mereka, dan menandakan kasih terhadap sesama. Dengan cara demikian mereka diperingatkan mengenai apa yang akan Yehuwa lakukan di waktu dekat ini. Sedangkan pihak yang rajin menyampaikan hal-hal ini juga menerima faedahnya, seperti si petugas di menara jaga yang digambarkan di Yehezkiel 3:17-19. ”Siksaan dahsyat” [”sengsara yang besar”, Bode] yang akan datang tak lama lagi, akan lebih jauh membuktikan kebesaran Yehuwa ketika kehendakNya terlaksana, tepat seperti difirmankanNya. Karena itu, marilah kita terus menyatakan kebesaran Yehuwa, selama Ia masih memberi kesempatan melakukannya sebelum orde lama ini berakhir. Kita dapat meniru contoh Yesus Kristus dalam menyampaikan peringatan Allah mengenai penghukuman.—Mat. 10:28-30; Luk. 19:41-44.
13, 14. (a) Mengapa kebaikan Yehuwa patut disebut-sebut? (b) Apa sebabnya hati kita bersorak-sorak gembira?
13 ”Peringatan kepada besarnya kebajikanMu akan dimasyhurkan mereka, dan tentang keadilanMu mereka akan bersorak-sorai.” (Mzm. 145:7)
Kepada dunia ini kita harus menyampaikan bukan saja mengenai kekuasaan Yehuwa yang dahsyat, tetapi juga mengenai kebaikan dan keadilanNya. Sepanjang zaman Allah Yehuwa selalu berbuat baik kepada hamba-hambaNya. Apabila mereka setia berbakti kepadaNya mereka menerima berkat yang berlimpah-limpah. Bahkan hingga detik ini kebaikan Yehuwa terhadap semua orang yang mencintaiNya benar-benar mengesankan sehingga hati mereka tergerak untuk menyatakan penghargaan, berderai-derai bagaikan sumber mata air yang bergejolak terus. Orang-orang lain yang mendengar bagaimana umatNya begitu memuji-muji Yehuwa, akhirnya tertarik untuk menikmati kebaikan Yehuwa yang tak terhingga. Dan semakin sering diulangi, semakin kita akan mengingatnya. Jadi puji-pujian itu sendiri mendatangkan suatu berkat, sebab kita sendiri tidak akan mudah melupakan segala kebaikan Yehuwa terhadap umatNya. Karena itu janganlah kita menjadi jemu untuk terus bercerita mengenai kebaikan Yehuwa kepada orang-orang lain.
14 Dan bagaimana kita bisa menahan sorak-sorai kegembiraan kita pada waktu ini? Tadinya kita semua berada di bawah kutukan maut, sebagai pedosa keturunan Adam. (Rm. 5:12) Tetapi kemudian dengan penuh kasih Yehuwa telah menyediakan jalan keluar untuk mengatasi kemelut maut manusia sekaligus demi kebenaran dan keadilanNya. Ini diwujudkan melalui korban tebusan Yesus Kristus. Dari Firman Yehuwa yang tertulis kita semakin mengerti keadilanNya dan mengapa Ia bertindak begini atau begitu terhadap anak-anakNya di bumi. Betapa bahagianya kita setelah mengerti bagaimana duduk perkara yang sebenarnya, sehingga kita sungguh-sungguh dapat bersorak-sorai gembira mengenai Yehuwa. Seperti Raja Daud, hati kita akan terdorong untuk berseru, ”Tetapi aku, kepada kasih setiaMu aku percaya, hatiku bersorak-sorai karena penyelamatanMu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN [Yehuwa, NW], karena Ia telah berbuat baik kepadaku.”—Mzm. 13:5, 6.
15. Berilah beberapa contoh yang memperlihatkan belas kasihan, kesabaran dan kasih sayang Yehuwa.
15 ”TUHAN [Yehuwa, NW] itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setiaNya [lambat marah dan besarlah kebaikan hatinya yang penuh kasih, NW] TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat [belas kasihannya, NW] terhadap segala yang dijadikannya.” (Mzm. 145:8, 9)
Sejak permulaan sejarah umat manusia sifat-sifat Yehuwa yang mengagumkan telah diperlihatkan terhadap keluarga manusia seraya secara bertahap melaksanakan kehendakNya untuk menyelamatkan sebagian dari umat manusia. Cara Yehuwa melakukan kehendakNya terlihat pada masa Air Bah. (1 Ptr. 3:20) Daud telah merasakan sendiri bagaimana belas kasihan Yehuwa. Maka cukup alasan bagi dia untuk memuji Yehuwa. Mengenai cinta kasih Yehuwa ini, betapa bagusnya Yesus melukiskannya dengan kata-kata yang terdapat di Yohanes 3:16, 17! Bila kita menyadari itu, hati kita tergerak untuk berbicara memuji Yehuwa dan sekaligus untuk mengasihi orang-orang lain. Rasul Yohanes menguraikannya sebagai berikut, ”Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup olehNya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.”—1 Yoh. 4:9-11.
16-18. (a) Apa yang patut kita lakukan pada waktu sekarang ini, selama masih ada waktu? (b) Belas kasihan Yehuwa berarti apa bagi kita? (c) Kita sebaiknya menunjukkan penghargaan yang bagaimana seperti dimiliki oleh rasul Paulus?
16 Tak dapat disangkal bahwa Yehuwa memang bersifat panjang sabar [lambat marah, NW]. Kita melihat sendiri sikap dan tingkah laku umat manusia terhadap Yehuwa di masa sekarang, demikian juga sejarah manusia sepanjang masa yang penuh kejahatan dan kekerasan. Maka sepatutnya kita berterima kasih bahwa kita masih hidup sampai sekarang, manakala kesabaran Yehuwa belum habis! Dan pasti kita tergerak oleh belas kasihan dan kasih sayang Yehuwa yang besar, apabila kita juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh rasul Petrus di 2 Petrus 3:9 dan 15, ”[Yehuwa] . . . sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat.”
17 Kita tahu bahwa sistem masyarakat yang berada dalam kekuasaan Setan pasti akan dibinasakan. Karena itu kita ingin mendesak semua orang supaya secepat mungkin mulai berpikir mengenai kesabaran Allah, supaya mereka segera mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan diri, sebelum terlambat. (Zef. 2:3; Why. 18:4) Alangkah senang dan leganya kita sekarang karena kita sendiri telah mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan diri! Namun, sebagai keturunan darah daging dari Adam kita masih belum luput dari kelemahan-kelemahan jasmani, dan melakukan kesalahan-kesalahan, seperti juga Daud dan hamba-hamba Allah yang lain. Karena itu Yesus mengajar kita berdoa, ”Ampunilah kami akan kesalahan-kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.”—Mat. 6:12, 13.
18 Persediaan Yehuwa melalui Yesus Kristus begitu besar artinya bagi kita. Maka kita harus senantiasa menaruh penghargaan akan belas kasihan dan kasih sayang Yehuwa, serta segala sesuatu yang telah Ia lakukan bagi kita. Rasul Paulus juga menaruh penghargaan demikian, karena ia berkata, ”Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku . . . Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ’Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaranNya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepadaNya dan mendapat hidup yang kekal. Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.” (1 Tim. 1:12, 15-17) Bila kita memiliki rasa syukur demikian, sudah tentu kita akan semakin memuji-muji Yehuwa, dengan terus-menerus berbicara mengenai kedaulatanNya sebagai Raja.