Alkitab—Diilhamkan Allah?
1, 2. Mengapa banyak orang menaruh respek kepada Alkitab, dan apa yang diakui para penulisnya?
THE New Encyclopædia Britannica menyebut Alkitab sebagai ”koleksi buku yang mungkin paling berpengaruh dalam sejarah manusia”. Alkitab dijunjung tinggi oleh banyak orang karena usianya yang tua—ada bagian-bagian yang ditulis 3.500 tahun yang lalu. Namun, nasihatnya yang praktis dan up-to-date merupakan salah satu alasan mengapa lebih dari tiga miliar eksemplar Alkitab telah didistribusikan dan mengapa Alkitab telah diterjemahkan, seluruhnya atau sebagian, ke dalam hampir dua ribu bahasa, sehingga menjadi buku terlaris sepanjang masa.
2 Selain faktor-faktor ini, yang semuanya menimbulkan respek terhadap Alkitab, masih ada corak lain yang membuatnya sangat berpengaruh dan menarik selama berabad-abad—pengakuannya sebagai wahyu yang diilhamkan Allah Yang Mahakuasa. Musa, yang menyusun Taurat (lima kitab pertama dari Alkitab) ”menuliskan” semua yang diperintahkan Allah kepadanya, termasuk kisah penciptaan, catatan Air Bah pada zaman Nuh, dan sejarah mengenai Abraham dan cara Musa sendiri berurusan dengan Allah. (Keluaran 24:3, 4) Raja Daud berkata, ”Roh TUHAN berbicara dengan perantaraanku, firmanNya ada di lidahku.” (2 Samuel 23:2) Penulis-penulis lain dari Alkitab membuat pengakuan serupa mengenai bimbingan ilahi. Semua tulisan ini secara terpadu memuat penjelasan Allah sendiri berkenaan sejarah—arti yang sesungguhnya, penafsirannya, dan hasil akhirnya. Penulis-penulis Alkitab yang berbeda—raja, buruh upahan, imam, dan yang lain-lain—semuanya bertindak sebagai sekretaris dalam mencatat pikiran Allah, Pengarang Alkitab dan Penjamin janji-janji yang terdapat di dalamnya.
3. Apa yang menunjukkan bahwa kepercayaan kepada Allah dan kepada ilmu pengetahuan tidak bertentangan?
3 Karena Alkitab mengaku bersumber dari Allah, barangkali bagi banyak orang pertanyaan utama justru menyangkut keberadaan Pengarangnya. Banyak orang sama sekali menyangkal keberadaan Allah. Orang-orang lain, dipengaruhi kesan bahwa semua cendekiawan telah menolak gagasan tentang Allah dan kepercayaan akan Alkitab, bertanya, ”Mengapa para ilmuwan tidak percaya kepada Allah?” Apakah kesan ini benar? Sebuah artikel dalam majalah New Scientist berkata bahwa, ”pandangan yang biasanya mengira bahwa para ilmuwan adalah orang-orang tidak percaya . . . adalah pandangan yang sama sekali salah”.2 Artikel yang sama melaporkan bahwa survei secara acak di berbagai universitas, lembaga riset, dan laboratorium industri menunjukkan bahwa ”sebanyak delapan dari setiap sepuluh ilmuwan mempunyai iman religius atau menyetujui prinsip-prinsip ’non-ilmiah’.” Maka, tidaklah tepat bila dikatakan bahwa iman tidak cocok dengan ilmu pengetahuan atau para ilmuwan. (Lihat kotak, halaman 4-5.)
Apakah Ada Bukti Pengilhaman?
4. Kebenaran-kebenaran ilmiah apa disebutkan ribuan tahun yang lalu dalam Alkitab?
4 Sewaktu seseorang sampai pada kesimpulan bahwa ada bukti yang meyakinkan mengenai keberadaan Pencipta, masih ada pertanyaan tentang apakah Ia telah mengilhami manusia untuk mencatat pikiran serta maksud-tujuan-Nya dalam Alkitab. Ada banyak alasan mengapa kita dapat yakin bahwa memang demikianlah halnya, salah satu di antaranya adalah kesaksamaannya secara ilmiah. (Lihat kotak, halaman 6.) Misalnya, lebih dari 3.000 tahun yang lalu, Ayub mengatakan bahwa Allah ”menggantungkan bumi pada kehampaan”. (Ayub 26:7) Kira-kira 2.700 tahun yang lalu, nabi Yesaya menyatakan bahwa Allah ”bertakhta di atas bulatan bumi”. (Yesaya 40:22) Nah, bagaimana Ayub atau Yesaya dapat mengetahui kebenaran-kebenaran ilmiah yang mendasar ini bahwa bumi tergantung di ruang angkasa dan berbentuk bulat? Hal tersebut mungkin dikenal baik dewasa ini, tetapi pernyataan-pernyataan ini telah dibuat pada waktu ide-ide seperti itu belum pernah terdengar. Bukankah wahyu ilahi merupakan penjelasan yang paling masuk akal?
5, 6. Penggenapan-penggenapan apa atas nubuat memberikan bukti bahwa para penulis Alkitab diilhamkan Allah?
5 Nubuat, yang sebenarnya adalah sejarah yang ditulis sebelum itu terjadi, agaknya merupakan unsur utama Alkitab yang meneguhkan pernyataannya sebagai yang diilhamkan Allah. Misalnya, nabi Yesaya menubuatkan bukan hanya bahwa Yerusalem akan dibinasakan oleh Babilon dan bahwa seluruh bangsa Yahudi akan ditawan, tetapi juga bahwa pada waktunya, Jenderal Kores dari Persia akan mengalahkan Babilon dan membebaskan orang-orang Yahudi dari penawanan. (Yesaya 13:17-19; 44:27–45:1) Dapatkah saudara memikirkan suatu sarana, selain pengilhaman ilahi, sehingga 200 tahun sebelumnya, Yesaya dapat dengan jitu meramalkan kelahiran Kores, namanya, dan tepatnya apa yang akan ia lakukan? (Lihat kotak, halaman 7.)
6 Beberapa nubuat yang terkenal dicatat oleh Daniel, nabi yang hidup pada abad keenam SM. Ia tidak hanya menubuatkan kejatuhan Babilon ke tangan orang-orang Media dan Persia, tetapi juga meramalkan peristiwa-peristiwa jauh melampaui zamannya, jauh ke masa depan. Misalnya, nubuat Daniel meramalkan bangkitnya Yunani sebagai kuasa dunia di bawah Iskandar Agung (336-323 SM), terbaginya imperium Iskandar di antara keempat jenderalnya setelah ia meninggal pada usia muda, dan bangkitnya Kekaisaran Romawi, dengan kekuatan militer yang ditakuti (abad pertama SM). (Daniel 7:6; 8:21, 22) Semua peristiwa tersebut kini merupakan fakta sejarah yang tidak dapat disangkal.
7, 8. (a) Tuduhan apa diajukan beberapa orang mengenai nubuat-nubuat Alkitab? (b) Apa yang membuktikan bahwa tuduhan mengenai adanya kecurangan tidak ada dasarnya?
7 Karena nubuat-nubuat Alkitab begitu tepat, para pengkritik mencapnya sebagai penipuan, yaitu, sejarah yang ditulis setelah terjadinya fakta dan disamarkan sebagai nubuat. Namun bagaimana seseorang secara masuk akal dapat menyatakan bahwa imam-imam Yahudi akan berani merancang suatu nubuat? Dan untuk apa mereka merancang nubuat-nubuat yang memuat kecaman paling tajam terhadap diri mereka sendiri? (Yesaya 56:10, 11; Yeremia 8:10; Zefanya 3:4) Lagi pula, bagaimana seluruh bangsa yang melek huruf, yang dilatih dan dididik dengan Alkitab sebagai kitab suci, dapat dikelabui oleh olok-olok semacam itu?—Ulangan 6:4-9.
8 Bagaimana mungkin ada kecurangan sehubungan dengan lenyapnya seluruh peradaban, seperti Edom dan Babilon, padahal peristiwa-peristiwa ini terjadi berabad-abad setelah Kitab-Kitab Ibrani selesai ditulis? (Yesaya 13:20-22; Yeremia 49:17, 18) Bahkan jika seseorang berkeras bahwa nubuat-nubuat ini tidak ditulis pada zaman nabi-nabi itu sendiri, nubuat-nubuat tersebut tetap dicatat sebelum abad ketiga SM, karena pada waktu itu nubuat-nubuat tersebut sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dalam Septuagint. Juga, Gulungan Laut Mati (yang memuat bagian-bagian dari semua buku yang bersifat nubuat dalam Alkitab) tertanggal abad kedua dan pertama SM. Sebagaimana dicatat, banyak nubuat justru digenapi setelah tanggal-tanggal ini.
Apakah Alkitab Penuh Pertentangan?
9-12. (a) Mengapa ada orang yang mengatakan bahwa isi Alkitab saling bertentangan? (b) Bagaimana beberapa ”pertentangan” dijelaskan?
9 Namun ada yang mengajukan keberatan, ’Alkitab penuh pertentangan dan ketidakcocokan.’ Sering kali, mereka yang membuat pernyataan ini belum pernah menyelidiki hal tersebut secara pribadi melainkan hanya mendengar satu atau dua contoh dugaan dari orang-orang lain. Nyatanya, kebanyakan dari yang dianggap ketidakcocokan dengan mudah dipecahkan jika mengingat bahwa penulis-penulis Alkitab sering kali memadatkan berita mereka dalam beberapa kata. Contoh tentang hal ini didapati pada catatan penciptaan. Sewaktu membandingkan Kejadian 1:1, 3 dengan Kejadian 1:14-16, banyak orang bertanya bagaimana mungkin Allah ”membuat” (NW) benda-benda penerang pada hari penciptaan keempat, padahal terang—yang tentunya berasal dari benda-benda penerang yang sama ini—dapat sampai ke bumi pada hari penciptaan pertama. Untuk menjelaskannya, tidak dibutuhkan uraian panjang-lebar karena penulis Ibrani telah memilih kata-kata dengan saksama. Perhatikan bahwa ayat 14-16 berbicara mengenai ”menjadikan” sebagai kontras dari ”menciptakan” dalam Kejadian 1:1, dan ”kedua benda penerang” sebagai kontras dari ”terang” dalam Kejadian 1:3. Hal ini menunjukkan bahwa pada hari penciptaan keempat, matahari dan bulan, yang sudah ada, mulai tampak jelas melalui atmosfer bumi yang tebal.a
10 Daftar silsilah juga telah menimbulkan beberapa kebingungan. Misalnya, Ezra mendaftarkan 23 nama dalam silsilah keimamannya di 1 Tawarikh 6:3-14, tetapi hanya mendaftarkan 16 nama untuk jangka waktu yang sama sewaktu memberikan silsilahnya sendiri di Ezra 7:1-5. Hal ini bukan ketidakcocokan, tetapi hanya suatu ringkasan. Selain itu, berdasarkan maksud penulis dalam mencatat sesuatu kejadian, ia menonjolkan, memperkecil, memasukkan, atau menghilangkan perincian-perincian yang oleh penulis Alkitab lain diungkapkan dengan cara yang berbeda ketika mencatat kejadian yang sama. Hal demikian bukanlah pertentangan melainkan perbedaan penyampaian yang mencerminkan sudut pandangan para penulis dan pembaca yang ditujunya.b
11 Sering kali, apa yang tampaknya tidak konsisten dapat dijelaskan jika kita melihat konteksnya. Misalnya, ”Dari mana Kain mendapat istri?” merupakan pertanyaan yang sering diajukan, yang menonjolkan keyakinan bahwa inilah ketidakcocokan dalam catatan Alkitab. Dugaannya adalah bahwa Adam dan Hawa hanya mempunyai dua anak laki-laki, Kain dan Habel. Kesulitan ini dapat dipecahkan dengan mudah kalau kita membaca kelanjutannya. Kejadian 5:4 mengatakan, ”Umur Adam, setelah memperanakkan Set, delapan ratus tahun, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.” Jadi, Kain menikahi salah satu adik perempuannya atau mungkin keponakannya, dan ini selaras sepenuhnya dengan maksud Allah yang semula untuk memperbanyak keturunan manusia.—Kejadian 1:28.
12 Jelaslah bahwa banyak perincian dari sejarah manusia tidak dicatat sebagai bagian dari Catatan Ilahi. Namun setiap perincian yang perlu, bagi orang-orang yang pertama-tama membacanya maupun bagi kita dewasa ini, telah dicantumkan dengan tidak membuatnya sulit dan tidak mungkin dibaca.
Untuk Dimengerti Hanya oleh Para Sarjana?
13-15. (a) Mengapa ada orang yang berpendapat bahwa Alkitab terlalu sulit untuk dimengerti? (b) Bagaimana kita tahu bahwa Allah bermaksud agar Firman-Nya dimengerti?
13 Pernahkah saudara bertanya, ”Mengapa ada begitu banyak penafsiran yang saling bertentangan mengenai Alkitab?” Setelah mendengar para ahli agama berbantah satu sama lain, ada orang-orang tulus yang menjadi bingung dan tawar hati. Kesimpulan yang diambil banyak orang adalah bahwa Alkitab tidak jelas dan saling bertentangan. Akibatnya, banyak yang sama sekali menolak Alkitab, percaya bahwa Alkitab terlalu sulit untuk dibaca dan dimengerti. Orang-orang lain, sewaktu terbentur dengan sederetan panjang penafsiran agama ini, merasa enggan menyelidiki Alkitab dengan serius. Ada yang mengatakan, ”Orang-orang terpelajar sudah mendalaminya selama bertahun-tahun di seminari-seminari agama. Bagaimana mungkin saya mempunyai dasar untuk mempertanyakan apa yang mereka ajarkan?” Namun, inikah cara Allah memandang perkara-perkara tersebut?
14 Pada waktu Allah memberikan Hukum kepada bangsa Israel, Ia tidak menunjukkan bahwa Ia memberi mereka suatu sistem ibadat yang tidak dapat mereka mengerti, yang harus diserahkan kepada para guru teologi atau ”sarjana”. Melalui Musa di Ulangan 30:11, 14, Allah menyatakan, ”Perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh. Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan.” Seluruh bangsa, bukan hanya para pemimpinnya, diperintahkan, ”Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6:6, 7) Perintah-perintah Allah, semua yang ditulis, cukup jelas untuk diikuti seluruh bangsa, orang-tua maupun anak-anak.c
15 Pada zaman Yesaya, para pemimpin agama telah menimpakan ke atas diri mereka kutukan Allah karena dengan lancang menambahkan dan menafsirkan hukum-hukum Allah. Nabi Yesaya menulis, ”Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari padaKu, dan ibadahnya kepadaKu hanyalah perintah manusia yang dihafalkan.” (Yesaya 29:13) Ibadat mereka telah menjadi perintah manusia, bukan perintah Allah. (Ulangan 4:2) ’Perintah-perintah manusia’ inilah, penafsiran dan penjelasan mereka sendiri, yang bertentangan. Firman Allah tidaklah demikian. Halnya sama dewasa ini.
Adakah Dasar Alkitab untuk Taurat Lisan?
16, 17. (a) Apa yang dipercaya oleh beberapa orang mengenai hukum lisan? (b) Apa yang ditunjukkan Alkitab sehubungan dengan suatu hukum lisan?
16 Beberapa orang yang percaya bahwa Musa menerima ”Taurat Lisan” sebagai tambahan kepada ”Taurat Tertulis”. Menurut kepercayaan ini, Allah memerintahkan agar perintah-perintah tertentu tidak ditulis melainkan disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi, sehingga dipelihara hanya oleh tradisi lisan. (Lihat kotak, halaman 10.) Akan tetapi, catatan Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa Musa tidak pernah diperintahkan untuk menyampaikan suatu hukum lisan. Keluaran 24:3, 4 memberi tahu kita, ”Datanglah Musa dan memberitahukan kepada bangsa itu segala firman TUHAN dan segala peraturan itu, maka seluruh bangsa itu menjawab serentak: ’Segala firman yang telah diucapkan TUHAN itu, akan kami lakukan.’” Kemudian Musa ”menuliskan segala firman TUHAN itu”. Selanjutnya, di Keluaran 34:27 kita diberi tahu, ”Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ’Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel.’” Hukum lisan yang tidak tertulis tidak mendapat tempat dalam perjanjian yang Allah buat dengan bangsa Israel. (Lihat kotak, halaman 8.) Dalam Alkitab sama sekali tidak disebutkan tentang hukum lisan.d Lebih penting lagi, ajaran-ajaran lisan bertentangan dengan Alkitab, menambah kesan yang salah bahwa Alkitab saling bertentangan. (Lihat kotak, halaman 22.) Akan tetapi manusialah, dan bukan Allah, yang bertanggung jawab atas kebingungan ini.—Yesaya 29:13. (Lihat kotak, halaman 20-1.)
17 Sebagai kontras dari banyak penafsiran manusia yang saling bertentangan, Alkitab itu sendiri jelas dan dapat dipercaya. Allah telah menyediakan sangat banyak bukti dalam Firman-Nya bahwa dunia yang aman dan damai yang dilukiskan di Yesaya 2:2-4 bukan impian belaka melainkan kenyataan yang akan datang. Tidak seorang pun selain Allah sendiri, Allah dari nubuat, Allah dari Alkitab, yang akan mewujudkannya.
[Catatan Kaki]
a Perlu diperhatikan bahwa enam ”hari” penciptaan tidak termasuk pernyataan dalam Kejadian 1:1, yang memaksudkan penciptaan benda-benda angkasa. Lagi pula, kata Ibrani yang diterjemahkan ”hari” mengandung arti bahwa peristiwa-peristiwa yang digambarkan di Kejadian 1:3-31 terjadi selama enam ’masa’ yang bisa jadi berarti ribuan tahun lamanya.—Bandingkan Kejadian 2:4.
b Misalnya, lihat buku Alkitab—Firman dari Allah atau dari Manusia? pasal 7, ”Apakah Isi Alkitab Saling Bertentangan?”, diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.
c Pertanyaan-pertanyaan sulit untuk kasus pengadilan ditangani melalui penyelenggaraan pengadilan yang digariskan dengan jelas. (Ulangan 17:8-11) Dalam perkara-perkara penting lain yang tampaknya kurang jelas, untuk menerima jawaban dari Allah, bangsa itu dibimbing, bukan kepada hukum lisan, melainkan kepada Urim dan Tumim di tangan para imam.—Keluaran 28:30; Imamat 8:8; Bilangan 27:18-21; Ulangan 33:8-10.
d Beberapa orang yang membaca ayat-ayat di Ulangan 17:8-11 mendapat kesan adanya tradisi lisan yang terilham. Namun, sebagaimana disebutkan di catatan kaki dari paragraf 14, ayat-ayat tersebut hanya membicarakan prosedur peradilan dan kasus-kasus hukum. Perhatikan bahwa persoalannya bukan apakah berbagai kebiasaan atau tradisi diturunkan atau tidak selama berabad-abad. Tentu saja, beberapa tradisi diturunkan yaitu mengenai cara bagaimana melaksanakan aspek-aspek tertentu dari Hukum secara spesifik. Namun fakta bahwa suatu tradisi bertahan lama tidak membuktikan pengilhaman. Misalnya, perhatikan tradisi yang berkembang mengenai ular tembaga.—Bilangan 21:8, 9; 2 Raja 18:4.
[Kotak di hlm. 4, 5]
EVOLUSI—SUATU FAKTA?
CATATAN kitab Kejadian mengenai penciptaan menyatakan bahwa semua makhluk hidup diciptakan ’menurut jenisnya’, atau kelompok dasarnya. (Kejadian 1:12, 24, 25) Dalam mempromosikan teori mereka, banyak penganut evolusi telah mencemoohkan catatan Alkitab. Namun, apakah ada bukti bahwa suatu jenis baru pernah muncul karena hasil perkawinan silang atau mutasi?e Semenjak catatan paling awal sampai sekarang, anjing masih tetap anjing, kucing terus menjadi kucing. Bahkan kecoa, yang ditemukan di antara fosil serangga yang paling awal, benar-benar identik dengan kecoa zaman modern.
Sebenarnya, bukti apa yang telah dihasilkan oleh masyarakat ilmiah dalam penyelidikan yang intensif selama lebih seratus tahun sejak Origin of Species karya Darwin?f Kesimpulan apa yang telah dicapai oleh para ahli?
CATATAN FOSIL: Ada orang-orang yang menyebut bukti fosil sebagai ’bukti yang paling ampuh’ sebab hal itu merupakan satu-satunya sejarah kehidupan autentik yang ada bagi sains. Apa yang diperlihatkan oleh bukti fosil?
Profesor ilmu pengetahuan alam bernama John Moore melaporkan hasil penelitian besar-besaran yang dilakukan oleh Lembaga Geologi di London dan Perkumpulan Paleontologi di Inggris. ”Kira-kira 120 ilmuwan, semuanya spesialis, menyiapkan 30 pasal dalam suatu karya besar yang terdiri dari 800 halaman lebih untuk menampilkan catatan fosil tumbuh-tumbuhan dan hewan. . . . Setiap bentuk atau jenis utama tumbuh-tumbuhan dan hewan diperlihatkan memiliki sejarah yang terpisah dan berbeda dari semua bentuk dan jenis lainnya! Kelompok-kelompok tumbuh-tumbuhan maupun hewan muncul tiba-tiba dalam catatan fosil. . . . Tidak ada jejak bahwa semuanya punya leluhur yang sama, apalagi dengan reptilia mana pun, yang diduga sebagai nenek moyang, sama sekali tidak ada hubungan.”—Should Evolution Be Taught?, 1970, halaman 9, 14.
DAPATKAH MUTASI MENYEBABKAN EVOLUSI? Karena sifat merusak dari mutasi, Encyclopedia Americana mengakui, ”Kenyataan bahwa kebanyakan mutasi merusak organisme tampaknya mempersulit pandangan bahwa mutasi merupakan sumber bahan mentah bagi evolusi. Memang, mutan-mutan [hasil-hasil mutasi] yang digambarkan dalam buku-buku biologi adalah koleksi makhluk-makhluk yang ganjil dan aneh dan mutasi tampaknya merupakan proses yang merusak, bukan proses yang membangun.”—1977, Jilid 10, halaman 742.
BAGAIMANA DENGAN MANUSIA KERA? Science Digest menyatakan, ”Kenyataan yang sangat menarik bahwa semua bukti fisik yang kita miliki untuk mendukung evolusi manusia masih dapat dimasukkan, dan tidak penuh, dalam sebuah peti mati! . . . Misalnya, kera modern tampaknya muncul tiba-tiba. Kera tidak memiliki sejarah masa lampau, tidak ada catatan fosil. Dan asal mula yang sebenarnya dari manusia modern—makhluk yang tegak, tidak berbulu, pembuat perkakas, berotak besar—jika kita jujur terhadap diri kita sendiri, adalah hal yang sama misteriusnya.”—Mei 1982, halaman 44.
TEORI YANG SEDANG GOYAH: Perhatikan berikut ini komentar Michael Denton, seorang ahli biologi molekul, sebagaimana dikutip dari bukunya Evolution: A Theory in Crisis,
”Tidak ada keraguan bahwa Darwin tidak memiliki cukup bukti untuk menyusun teori evolusinya. . . . Teorinya yang umum, bahwa semua kehidupan di bumi bermula dan berevolusi melalui akumulasi dari mutasi-mutasi kebetulan yang berurutan dan perlahan-lahan, masih seperti dahulu pada masa Darwin, suatu hipotesa sangat spekulatif yang sama sekali tanpa dukungan langsung yang nyata dan sangat jauh dari aksioma yang terbukti sendiri yang dipromosikan oleh pendukung-pendukungnya yang lebih agresif. . . . Kita tentunya mengharapkan bahwa sebuah teori yang begitu penting, yang secara harfiah telah mengubah dunia, akan mempunyai sesuatu yang lebih daripada sekadar metafisika, sesuatu yang lebih daripada sebuah dongeng.”—Edisi 1986, halaman 69, 77, 358.
[Catatan Kaki]
e Harus dibedakan antara apa yang disebut ”evolusi mikro”, atau perkembangan progresif, adaptasi, dan perubahan-perubahan dalam satu jenis, dan ”evolusi makro”, yang mengajarkan bahwa suatu jenis berevolusi menjadi jenis lain. Mereka yang mengajarkan evolusi biasanya menunjuk kepada konsep yang disebutkan belakangan.
f Untuk pembahasan secara terperinci, lihat buku Kehidupan—Bagaimana Asal Mulanya? Melalui Evolusi Atau Melalui Penciptaan? diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.
[Kotak di hlm. 6]
”PADA MULANYA ALLAH MENCIPTAKAN” . . .
. . . ”LANGIT DAN BUMI.” (Kejadian 1:1)—Banyak ilmuwan dewasa ini setuju bahwa alam semesta mempunyai permulaan. Ahli astronomi Robert Jastrow menulis, ”Sekarang kita menyadari bagaimana bukti-bukti astronomi mengarah kepada pandangan Alkitab tentang asal mula dunia ini. Perinciannya berbeda, tetapi unsur-unsur pokok dalam kisah Kejadian secara astronomi dan dalam Alkitab sama: rantai kejadian-kejadian yang mengarah kepada manusia mulai secara tiba-tiba dan mencolok pada suatu saat tertentu dalam waktu, dalam sekilas cahaya dan energi.”—God and the Astronomers, 1978, halaman 14.
. . . ”MAKHLUK YANG HIDUP.” (Kejadian 1:20)—Ahli fisika H. S. Lipson, karena menyadari asal mula kehidupan tidak mungkin secara kebetulan, berkata, ”Satu-satunya penjelasan yang dapat diterima adalah penciptaan. Saya tahu bahwa ini suatu kutukan bagi ahli-ahli fisika, karena memang demikian halnya bagi saya, tetapi kita tidak boleh menolak suatu teori yang tidak kita senangi jika bukti-bukti eksperimen mendukung hal itu.”—Physics Bulletin, Volume 31, 1980, halaman 138.
Bahkan meskipun kemungkinannya hampir tidak ada, tidakkah suatu generasi dapat muncul begitu saja? Ahli fisika dan astronomi Fred Hoyle mengatakan, ”Tidak ada sedikit pun bukti yang objektif untuk mendukung hipotesa bahwa kehidupan bermula dalam suatu sup organik di Bumi ini.” Ia juga menyatakan, ”Seraya para ahli biokimia menemukan semakin banyak kerumitan yang luar biasa dari kehidupan, jelaslah bahwa kemungkinan kehidupan terjadi secara kebetulan begitu kecil sehingga pandangan tersebut dapat dihapuskan sama sekali. Kehidupan tidak mungkin muncul secara kebetulan.” Hoyle menambahkan, ”Para ahli biologi menuruti khayalan-khayalan yang tidak berdasar agar dapat menyangkal apa yang sudah sangat nyata, bahwa 200.000 rantai asam amino, dan kehidupan, tidak terjadi secara kebetulan.” Malahan, ia bertanya, ’Dengan cara bagaimana rangkaian kimia secara kebetulan dalam lumpur organik saja menghasilkan 2.000 enzim yang penting untuk kehidupan?’ Ia berkata bahwa kemungkinannya adalah satu berbanding 1040.000, atau ”kira-kira kemungkinannya sama dengan mendapatkan angka enam sebanyak 50.000 kali berturut-turut sewaktu melemparkan dadu.” (The Intelligent Universe, F. Hoyle, 1983, halaman 11-12, 17, 23) Ia menambahkan, ”Jika seseorang tidak mempunyai prasangka yang ditimbulkan oleh kepercayaan masyarakat atau oleh pendidikan ilmiah sehingga yakin bahwa kehidupan bermula [secara spontan] di Bumi, perhitungan sederhana ini menyingkirkan gagasan itu sama sekali.”—Evolution From Space, Fred Hoyle dan Chandra Wickramasinghe, 1981, halaman 24.
[Kotak di hlm. 7]
ALLAH—’PENYINGKAP RAHASIA’ MELALUI NUBUAT
SEWAKTU berbicara kepada seorang raja zaman purba, nabi Daniel mengatakan, ”Rahasia, yang ditanyakan tuanku raja, tidaklah dapat diberitahukan kepada raja oleh orang bijaksana, ahli jampi, orang berilmu atau ahli nujum. Tetapi di sorga ada Allah yang menyingkapkan rahasia-rahasia.” (Daniel 2:27, 28) Apakah ada bukti bahwa Allah benar-benar Penyingkap rahasia melalui nubuat? Perhatikan beberapa contoh berikut ini.
Kejatuhan Babilon: ”Beginilah firman TUHAN: ’Inilah firmanKu kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresy yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup.’”—Yesaya 45:1, dinubuatkan ± 732 SM. Lihat juga Yeremia 50:35-38; 51:30-32, dinubuatkan sebelum 625 SM.
Penggenapan—539 SM: Sejarawan Herodotus dan Xenophon menceritakan bahwa Kores dari Persia mengalihkan air Sungai Efrat, yang mengalir melalui tengah-tengah Babilon, dan mengirimkan tentaranya melalui dasar sungai, menyergap para penjaga Babilon secara tiba-tiba dan menduduki kota dalam waktu satu malam. Bahkan dengan strategi ini pun, Kores tidak akan dapat memasuki kota itu andai kata gerbang-gerbangnya yang terletak di tepian Sungai Efrat yang menuju ke kota tidak dibiarkan terbuka secara ceroboh. ”Pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup”, tepat seperti dinubuatkan.
Nasib Tirus: ”Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku menjadi lawanmu, hai Tirus. Aku akan menyuruh bangkit banyak bangsa melawan engkau, seperti lautan menimbulkan gelombang-gelombangnya. . . . Debu tanahnya akan Kubuang sampai bersih dari padanya dan akan Kujadikan dia gunung batu yang gundul. . . . Batumu, kayumu, dan tanahmu akan dibuang ke dalam air.”—Yehezkiel 26:3, 4, 12, dinubuatkan ± 613 SM.
Penggenapan—332 SM: Iskandar Agung membangun sebuah jembatan darat, atau jalan lintas, dari daratan utama sampai ke bagian pulau dari Tirus (0,8 kilometer dari pantai) sehingga tentara-tentaranya dapat berjalan menyeberang dan menyerbu kota pulau itu. The Encyclopedia Americana melaporkan, ”Dengan puing-puing dari sebagian tanah daratan kota tersebut, yang sudah dihancurkannya, ia membangun jalan lintas yang besar sekali pada tahun 332 untuk menghubungkan pulau tersebut dengan daratan utama.” Setelah pengepungan yang relatif singkat, kota pulau itu dimusnahkan, dan nubuat Yehezkiel tergenap sampai kepada segala perinciannya. Bahkan ’batu, kayu, dan tanah’ dari Tirus lama (bagian daratan dari kota tersebut) ”dibuang ke dalam air”.
Kehancuran Yerusalem: ”Lalu Yesaya berkata kepada Hizkia: ’Dengarkanlah firman TUHAN semesta alam! Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan.’”—Yesaya 39:5, 6, dinubuatkan ± 732 SM; lihat juga Yesaya 24:1-3; 47:6.
Yeremia sang nabi menyerukan, ”Aku akan mendatangkan mereka [orang-orang Babilon] melawan negeri ini, melawan penduduknya . . . Maka seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh tahun lamanya.”—Yeremia 25:9, 11, dinubuatkan sebelum 625 SM.
Penggenapan—607 SM (586 SM menurut kebanyakan kronologi duniawi): Babilon menghancurkan Yerusalem setelah pengepungan selama satu setengah tahun. Kota dan baitnya diratakan dengan tanah dan orang-orang Yahudi sendiri dibawa ke Babilon. (2 Tawarikh 36:6, 7, 12, 13, 17-21) Seluruh bangsa tinggal sebagai tawanan selama 70 tahun, sebagaimana telah dinubuatkan Yeremia. Pembebasan mereka secara mukjizat pada tahun 537 SM oleh Kores Agung, yang mengalahkan Babilon, menggenapi nubuat Yesaya, yang telah menyebutkan namanya. (Yesaya 44:24-28) Nabi Daniel, dalam penawanan di Babilon, membuat perhitungan yang tepat sehubungan saat pembebasan bangsanya, mendasarkan kesimpulannya atas nubuat Yeremia.—Daniel 9:1, 2.
[Kotak di hlm. 8]
DI MANAKAH HUKUM LISAN ITU . . .
. . . ketika Musa mengulangi semua perintah Allah kepada seluruh bangsa Israel? Pada waktu itu bangsa tersebut setuju untuk melaksanakan apa yang diulanginya, dan kemudian Musa ”menuliskan segala firman TUHAN itu”.—Keluaran 24:3, 4, Cetak miring red.
. . . ketika Yosua mengumpulkan bangsa Israel setelah memasuki Negeri Perjanjian dan sekali lagi membacakan kepada mereka semua perkataan yang telah mereka setujui untuk dijalankan? ”Tidak ada sepatah katapun dari segala apa yang diperintahkan Musa yang tidak dibacakan oleh Yosua kepada seluruh jemaah Israel.”—Yosua 8:35, Cetak miring red.
. . . ketika pada masa Raja Yosia ”kitab Hukum Musa” yang hilang ditemukan sewaktu bait sedang diperbaiki? Pada saat mendengar isi kitab dibacakan kepadanya, Yosia mengoyakkan pakaiannya karena sedih, menyadari bahwa selama beberapa generasi Hukum tidak dilaksanakan menurut apa yang tertulis. Kemudian ia mengatur untuk membuat perayaan Paskah, yang tidak selalu dirayakan dengan sepatutnya selama seluruh zaman raja-raja dan hakim-hakim sebelum mereka. Di manakah hukum lisan yang ’dengan setia diturunkan’ selama ratusan tahun itu? Seandainya itu ada, keterangan ini tidak akan pernah dilupakan. Hanya catatan tertulis yang dipelihara dengan saksama yang dapat membuat bangsa itu kembali melaksanakan kehendak Allah dengan sepatutnya.—2 Raja 22:8-23:25.
. . . ketika nabi Yeremia mengumumkan, ”Dari yang kecil sampai yang besar di antara mereka, semuanya mengejar untung, baik nabi maupun imam semuanya melakukan tipu”? (Yeremia 6:13) Selama sebagian besar sejarah Israel, inilah keadaan rohani dari para pemimpin agama bangsa itu, terutama para imamnya, yang bertanggung jawab untuk mengajarkan Hukum. (Maleakhi 2:7, 8) Catatan tertulis menyatakan yang sebenarnya, tetapi dapatkah orang-orang yang sangat tidak setia diandalkan untuk memelihara tradisi lisan dengan setia?
. . . selama lebih dari seribu tahun sewaktu penulisan Kitab-Kitab Ibrani? Dari Musa hingga Maleakhi, tidak pernah disebutkan adanya hukum lisan demikian. Baru beberapa ratus tahun kemudian, selama masa para rabi, sewaktu sekte-sekte agama yang saling bertikai berjuang memperebutkan kekuasaan dan wewenang atas bangsa Yahudi, konsep ini baru disebutkan. Tidakkah ratusan tahun yang tidak menyinggung hal tersebut dan kesaksian Alkitab yang terilham menghapuskan pernyataan bahwa hukum lisan terilham demikian pernah ada?
[Kotak/Gambar di hlm. 9]
GULUNGAN LAUT MATI
Diberi tanggal sebelum Tarikh Masehi, gulungan tersebut menyingkapkan kesaksamaan penyampaian ayat-ayat Alkitab selama berabad-abad. Gulungan itu juga menegaskan bahwa nubuat-nubuat dicatat sebelum penggenapannya
[Kotak di hlm. 10]
APAKAH TAURAT MEMILIKI ”TUJUH PULUH WAJAH”?
DI Israel dewasa ini, bukannya tidak lazim mendengar orang-orang mengutip ungkapan Yahudi yang terkenal—”Ada tujuh puluh wajah dari Taurat”—yang menunjukkan bahwa mereka percaya Alkitab dapat ditafsirkan dengan berbagai cara, bahkan dengan cara yang bertentangan. Hal ini dipandang benar bagi Hukum tertulis maupun apa yang disebut hukum lisan. The Encyclopedia of Judaism memberi komentar, ”Hukum Lisan bukanlah suatu kaidah yang pasti; di dalamnya terdapat berbagai jenis pendapat dan bahkan yang saling bertentangan. Mengenai pendapat-pendapat ini, orang-orang berhikmat mengatakan, ’Semuanya adalah firman dari Allah yang hidup.’” (Halaman 532) Akan tetapi, apakah masuk akal untuk percaya bahwa Allah akan mengilhamkan banyak pendapat yang bertentangan dan bersifat memecah-belah? Bagaimana asal mula berbagai pertentangan demikian diterima?
Selama masa penulisan Kitab-Kitab Ibrani (± 1513–± 443 SM), Allah menunjuk beberapa wakil untuk membereskan beberapa persoalan yang diperdebatkan, sering kali Allah sendiri mendukung mereka melalui pertunjukan kuasa ilahi atau penggenapan nubuat yang diilhamkan-Nya untuk mereka katakan. (Keluaran 28:30; Bilangan 16:1-50; 27:18-21; Ulangan 18:20-22) Pada waktu itu, jika seseorang mengajarkan penjelasan dan penafsiran yang bertentangan, ia dipandang, bukan sebagai ahli, melainkan sebagai orang murtad. Allah memperingatkan seluruh bangsa, ”Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya.”—Ulangan 12:32.
Namun, setelah selang beberapa waktu suatu perubahan mendasar muncul dalam pemikiran bangsa Israel. Orang-orang Farisi, yang menjadi terkemuka dalam Yudaisme selama abad pertama M, mendukung ajaran ”Taurat Lisan”, yang telah mereka perkembangkan dua abad sebelumnya. Mereka mengajarkan bahwa sebagai tambahan dari Hukum tertulis kepada bangsa Israel di Gunung Sinai, Allah pada waktu yang sama juga memberikan kepada mereka hukum lisan. Menurut kepercayaan tersebut, hukum lisan yang terilham ini menafsirkan dan menjelaskan perincian-perincian dari Hukum tertulis, perincian-perincian yang dengan sengaja Allah katakan kepada Musa untuk tidak dicatat. Hukum lisan tidak dimaksudkan untuk ditulis melainkan untuk diturunkan hanya dari mulut ke mulut, dari guru kepada murid, dari generasi ke generasi. Dengan demikian, hal itu memberikan wewenang kepada orang-orang Farisi, yang menganggap diri mereka sebagai penjaga dari tradisi lisan ini.g
Setelah hancurnya bait yang kedua pada tahun 70 M, pandangan Farisi menang, dan Yudaisme menjadi suatu bentuk agama yang didominasi oleh para rabi, bentuk yang tidak pernah ada sebelumnya.h Dengan diberikannya kedudukan penting kepada para rabi dan bukannya kepada para imam dan nabi, hukum lisan menjadi bagian utama yang baru dari Yudaisme. Sebagaimana The Encyclopedia of Judaism menyatakan, ”Taurat Lisan dianggap menjadi lebih penting daripada Taurat Tertulis dan demikian juga penjelasan dan pengertian dari yang disebutkan belakangan bergantung pada yang disebutkan terdahulu.”—1989, halaman 710.
Seraya pada rabi mendapatkan prestise dan seraya tradisi berlipat ganda, larangan untuk menuliskan hukum lisan ini dihapus. Pada akhir abad kedua dan permulaan abad ketiga M, Judah Ha-Nasi (135-219 M) secara sistematis mencatat tradisi lisan para rabi ini dalam sebuah karya tulis yang disebut Misnah. Tambahan yang dibuat setelahnya disebut Tosefta. Para rabi ini kemudian melihat perlunya memberi komentar-komentar atas Misnah, dan penafsiran tradisi lisan ini mendasari sebuah koleksi berjilid-jilid buku yang disebut Gemara (disusun sejak abad ketiga sampai kelima M). Semua karya tersebut dikenal sebagai Talmud. Komentar-komentar tentang semua pendapat para rabi ini dipelihara sampai zaman kita. Karena tidak mungkin untuk menyelaraskan semua pandangan yang sangat berbeda ini, apakah mengherankan bahwa banyak orang lebih suka melihat ”tujuh puluh wajah dari Taurat”?
[Catatan Kaki]
g Ajaran ini, yang mula-mula dipromosikan oleh orang-orang Farisi, ditolak oleh orang-orang di dalam bangsa yang sezaman dengan mereka. Orang-orang Saduki, banyak dari antara mereka adalah imam, demikian juga orang-orang Essen abad pertama, menolak konsep yang bersifat Farisi ini. Dewasa ini, orang-orang Karait (sejak abad kedelapan M), demikian juga gerakan-gerakan Reformasi dan Konservatif dari Yudaisme, tidak menganggap bahwa tradisi lisan itu diilhamkan Allah. Namun, Yudaisme Ortodoks dewasa ini menganggap tradisi-tradisi ini terilham dan diwajibkan.
h Encyclopaedia Judaica menyatakan, ”Gelar rabi berasal dari kata benda rav, yang dalam bahasa Ibrani Alkitab berarti ’besar’ dan tidak muncul dalam Alkitab [Ibrani].”