Tritunggal
Definisi: Doktrin utama agama-agama Susunan Kristen. Menurut Kredo Athanasia, ada tiga Pribadi ilahi (Bapak, Putra, Roh Kudus), masing-masing dikatakan kekal, mahakuasa, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, setiap pribadi dikatakan sebagai Allah, tetapi semuanya adalah satu Allah. Pernyataan lain dari dogma tersebut menandaskan bahwa ketiga ”Pribadi” ini tidak terpisah dan berbeda tetapi merupakan tiga bentuk manifestasi ilahi. Jadi, penganut-penganut Tritunggal menandaskan kepercayaan mereka bahwa Yesus Kristus adalah Allah, atau bahwa Yesus dan Roh Kudus adalah Yehuwa. Bukan ajaran Alkitab.
Apa asal usul doktrin Tritunggal?
The New Encyclopœdia Britannica mengatakan, ”Kata Tritunggal, maupun doktrin Tritunggal yang jelas, tidak terdapat dalam Perjanjian Baru. Yesus dan pengikut-pengikutnya juga tidak bermaksud menentang Syema dalam Perjanjian Lama: ’Dengarkanlah, hai, Israel: Yehuwa adalah Allah kita; Yehuwa itu esa’ (Ul. 6:4). . . . Doktrin ini berkembang secara bertahap selama beberapa abad dan melalui banyak perdebatan. . . . Menjelang akhir abad ke-4 . . . doktrin Tritunggal pada dasarnya mengambil bentuk yang sampai sekarang dipertahankan.”—(1976), Micropædia, Jil. X, hlm. 126.
New Catholic Encyclopedia menyatakan, ”Perumusan ’satu Allah dalam tiga Pribadi’ tidak ditetapkan dengan tegas, dan pasti tidak dilebur sepenuhnya ke dalam kehidupan Kristen dan pengakuan imannya, sebelum akhir abad ke-4. Namun, tepatnya rumus inilah yang pertama-tama mendapat nama dogma Tritunggal. Di antara Bapak-Bapak Rasuli, tidak pernah bahkan sedikit pun ada yang mendekati sikap atau pandangan seperti itu.”—(1967), Jil. XIV, hlm. 299.
Dalam The Encyclopedia Americana kita membaca, ”Kekristenan berasal dari agama Yahudi dan agama Yahudi benar-benar Unitarian [percaya bahwa Allah adalah satu pribadi]. Jalan dari Yerusalem ke Nicea sama sekali tidak mulus. Ajaran Tritunggal abad ke-4 tidak mencerminkan dengan tepat ajaran Kristen masa awal mengenai sifat dasar Allah; sebaliknya, ada penyimpangan dari ajaran ini.”—(1956), Jil. XXVII, hlm. 294L.
Menurut Nouveau Dictionnaire Universel, ”Tritunggal menurut Plato, yang semata-mata suatu penyusunan kembali tritunggal-tritunggal kuno yang berasal dari orang-orang zaman dahulu, tampaknya merupakan ciri-ciri tritunggal yang rasional dan bersifat filsafat yang melahirkan ketiga hypostase (zat) atau pribadi ilahi yang diajarkan oleh gereja-gereja Kristen. . . . Konsep filsuf Yunani [Plato, abad keempat SM] ini mengenai tritunggal ilahi . . . dapat ditemukan dalam semua agama [kafir] kuno.”—(Paris, 1865-1870), diedit oleh M. Lachâtre, Jil. 2, hlm. 1467.
John L. McKenzie, S.J., dalam bukunya Dictionary of the Bible, berkata, ”Tritunggal pribadi-pribadi dalam persatuan alam didefinisikan menurut ’pribadi’ dan ’alam’ yang merupakan istilah-istilah filsafat Yun[ani]; sebenarnya istilah-istilah tersebut tidak ada dalam Alkitab. Definisi-definisi tritunggal muncul sebagai hasil perdebatan yang panjang; dalam perdebatan itu istilah-istilah ini dan istilah-istilah lain seperti ’inti’ dan ’zat’ secara salah diterapkan pada Allah oleh beberapa teolog.”—(New York, 1965), hlm. 899.
Sekalipun para penganut Tritunggal mengakui bahwa kata ”Tritunggal” ataupun pernyataan tentang dogma Tritunggal tidak ditemukan dalam Alkitab, apakah pengertian yang ada dalam dogma tersebut terdapat di sana?
Apakah Alkitab mengajarkan bahwa ”Roh Kudus” adalah suatu pribadi?
Beberapa ayat secara terpisah mungkin tampaknya menunjuk kepada suatu pribadi. Misalnya, roh kudus disebut sebagai penolong (Yunani, pa·raʹkle·tos; ”Penghibur”, TB, KJ, ”Penasihat”, JB, NE) yang ’mengajar’, ’bersaksi’, ”berkata-kata”, dan ’mendengar’. (Yoh. 14:16, 17, 26; 15:26; 16:13, TB) Namun, ayat-ayat lain mengatakan bahwa orang-orang ”dipenuhi” dengan roh kudus, ada yang ’dibaptis’ atau ’diurapi’ dengannya. (Luk. 1:41; Mat. 3:11; Kis. 10:38) Hal-hal ini tentu saja tidak dapat diterapkan pada suatu pribadi. Untuk mengerti apa yang diajarkan Alkitab secara keseluruhan, semua ayat ini perlu dipertimbangkan. Apa kesimpulan yang masuk akal? Bahwa ayat-ayat pertama yang disebutkan di sini menggunakan gaya bahasa yang mempersonifikasikan roh kudus Allah, tenaga aktif-Nya, sebagaimana Alkitab juga mempersonifikasikan hikmat, dosa, kematian, air, dan darah. (Lihat juga halaman 308, di bawah judul ”Roh”.)
Alkitab memberi tahu kita nama pribadi sang Bapak—Yehuwa. Kita diberi tahu bahwa sang Putra adalah Yesus Kristus. Namun, dalam Alkitab roh kudus tidak pernah mendapat nama pribadi.
Kisah 7:55, 56 melaporkan bahwa Stefanus diberi penglihatan mengenai surga dan ia melihat ”Yesus yang berdiri di sebelah kanan Allah”. Namun, ia tidak mengatakan telah melihat roh kudus. (Lihat juga Penyingkapan 7:10; 22:1, 3.)
New Catholic Encyclopedia mengakui, ”Sebagian besar ayat-ayat P[erjanjian] B[aru] menyingkapkan bahwa roh kudus adalah sesuatu, bukan seseorang; ini terutama terlihat dari perbandingan antara roh dan kuasa Allah.” (1967, Jil. XIII, hlm. 575) Juga dilaporkan, ”Para Apologis [penulis-penulis Kristen Yunani pada abad kedua] membicarakan Roh tersebut dengan sangat tidak jelas; dengan sedikit antisipasi, boleh dikata sama sekali tidak menunjuk kepada suatu pribadi.”—Jil. XIV, hlm. 296.
Apakah Alkitab setuju dengan mereka yang mengajarkan bahwa Bapak dan Putra bukan dua pribadi yang terpisah dan berbeda?
Mat. 26:39, TB: ”Ia [Yesus Kristus] maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: ’Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’” (Andai kata Bapak dan Putra bukan dua pribadi yang berbeda, doa seperti ini tidak akan ada artinya. Jika demikian, Yesus berdoa kepada dirinya sendiri, dan kehendaknya sendiri seharusnyalah menjadi kehendak Bapaknya.)
Yoh. 8:17, 18, TB: ”[Yesus menjawab orang-orang Farisi Yahudi:] Dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.” (Jadi, Yesus dengan tegas mengatakan bahwa ia adalah pribadi yang terpisah dan berbeda dengan sang Bapak.)
Lihat juga halaman 425, 426, di bawah judul ”Yehuwa”.
Apakah Alkitab mengatakan bahwa semua yang disebut sebagai bagian dari Tritunggal adalah kekal, dan tidak satu pun mempunyai permulaan?
Kol. 1:15, 16, TB: ”Ia [Yesus Kristus] adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi.” Dalam arti apa Yesus Kristus adalah ’yang sulung dari segala yang diciptakan’? (1) Para penganut Tritunggal mengatakan bahwa ’anak sulung’ di sini berarti yang utama, paling baik, paling terkemuka; maka Kristus diartikan bukan sebagai bagian dari ciptaan, melainkan sebagai yang paling terkemuka dalam hubungan dengan mereka yang diciptakan. Kalau begitu, dan andai kata doktrin Tritunggal benar, mengapa Bapak dan roh kudus tidak dikatakan juga sebagai yang sulung dari semua ciptaan? Namun, Alkitab menerapkan ungkapan ini hanya kepada Anak saja. Berdasarkan arti umum ’anak sulung’, terlihat bahwa Yesus adalah yang tertua dari putra-putra dalam keluarga Allah. (2) Sebelum Kolose 1:15, ungkapan ”yang sulung” muncul lebih dari 30 kali dalam Alkitab, dan setiap kali hal itu diterapkan pada makhluk-makhluk hidup, arti yang samalah yang berlaku—yang sulung adalah bagian dari suatu kelompok. ’Anak sulung Israel’ adalah salah seorang dari putra-putra Israel; ’anak sulung Firaun’ adalah salah seorang dari keluarga Firaun; ’anak sulung binatang’ adalah juga binatang. Kalau begitu, apa sebabnya beberapa orang menerapkan arti yang lain untuk kata itu dalam Kolose 1:15? Apakah memang demikian penggunaannya dalam Alkitab atau itu merupakan suatu kepercayaan yang sudah mereka anut dan yang mereka coba buktikan? (3) Apakah Kolose 1:16, 17 (TB) meniadakan kemungkinan bahwa Yesus diciptakan, ketika dikatakan ”di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu . . . segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia”? Kata Yunani yang di sini diterjemahkan ”segala sesuatu” adalah panʹta, bentuk infleksi [perubahan] dari pas. Dalam Lukas 13:2, TB dan BIS menggunakan ”semua . . . yang lain”; TL menuliskan ”sekalian . . . yang lain”. (Lihat juga Lukas 21:29 dalam TL dan BIS, dan Filipi 2:21.) Selaras dengan hal-hal lain yang dikatakan Alkitab mengenai Putra, NW memberikan arti yang sama pada kata panʹta dalam Kolose 1:16, 17, sehingga sebagian bunyinya, ”melalui dia segala perkara lain diciptakan . . . Segala perkara lain telah diciptakan melalui dia dan untuk dia”. Dengan demikian dia diperlihatkan sebagai makhluk ciptaan, bagian dari karya ciptaan Allah.
Pny. 1:1; 3:14, TB: ”Wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya . . . ’Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan [Yunani, ar·kheʹ] dari ciptaan Allah.’” Apakah terjemahan itu benar? Ada yang berpandangan bahwa yang diartikan di sini adalah bahwa Putra merupakan ’pemula ciptaan Allah’, bahwa dia adalah ’sumber pokoknya’. Namun, Greek-English Lexicon dari Liddell dan Scott menulis arti pertama ar·kheʹ adalah ”permulaan”. (Oxford, 1968, hlm. 252) Kesimpulan yang masuk akal ialah bahwa pribadi yang dikutip dalam Penyingkapan 3:14 adalah suatu ciptaan, ciptaan Allah yang pertama, bahwa ia mempunyai permulaan. Bandingkan Amsal 8:22, yang isinya, seperti disetujui banyak komentator Alkitab, Putra itu disebutkan sebagai hikmat yang dipersonifikasikan. Dalam ayat itu, pribadi yang berbicara dikatakan telah ’diciptakan’.
Secara nubuat, sehubungan dengan Mesias, Mikha 5:1 (TB) mengatakan, ”permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”. Perhatikan bahwa TB tidak mengatakan ”dari kekal”, TL juga mengatakan ”dari pada awal zaman” dan di Mikha 5:2, NW, ”sejak zaman lampau yang tak tertentu”. Ditinjau dari Penyingkapan 3:14 yang dibahas di atas, Mikha 5:1 tidak membuktikan bahwa Yesus tidak mempunyai permulaan.
Apakah Alkitab mengajarkan bahwa tidak satu pun dari mereka yang dikatakan termasuk dalam Tritunggal lebih besar atau lebih kecil dari yang lain, bahwa semua setara, bahwa semua mahakuasa?
Mrk. 13:32, TB: ”Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.” (Tentu tidak akan demikian halnya andai kata Bapak, Putra, dan Roh Kudus setara, membentuk satu Tuhan. Dan andai kata, seperti dikatakan beberapa orang, Putra tidak tahu karena dibatasi oleh sifat manusiawinya, masih timbul pertanyaan, mengapa Roh Kudus tidak tahu?)
Mat. 20:20-23, TB: ”Ibu anak-anak Zebedeus . . . meminta sesuatu kepada-Nya [Yesus]. . . . ’Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.’ Tetapi Yesus menjawab, . . . ’CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.’” (Betapa aneh, jika, seperti anggapan orang, Yesus adalah Allah! Apakah di sini Yesus hanya menjawab sesuai dengan ’sifat manusiawinya’? Andai kata, seperti dikatakan penganut-penganut Tritunggal, Yesus benar-benar ”Manusia-Allah”—Allah dan juga manusia, bukan salah satu—apakah akan benar-benar konsisten untuk memberikan penjelasan demikian? Bukankah Matius 20:23 menunjukkan bahwa Putra tidak setara dengan Bapak, bahwa Bapak mengkhususkan beberapa hak istimewa hanya untuk diri-Nya?)
Mat. 12:31, 32, TB: ”Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.” (Seandainya Roh Kudus adalah suatu pribadi dan adalah Allah, ayat ini jelas bertentangan dengan doktrin Tritunggal, karena itu berarti bahwa dalam beberapa hal Roh Kudus lebih besar daripada Putra. Sebaliknya, apa yang Yesus katakan menunjukkan bahwa Bapak, yang empunya ”Roh” itu, lebih besar daripada Yesus, Putra Manusia.)
Yoh. 14:28, TB: ”[Yesus berkata:] Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.”
1 Kor. 11:3, TB: ”Aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.” (Jadi jelas, Kristus bukan Allah dan Allah lebih tinggi kedudukannya daripada Kristus. Perlu diperhatikan bahwa ini ditulis kira-kira tahun 55 M, sekitar 22 tahun setelah Yesus kembali ke surga. Dengan demikian, kebenaran yang dinyatakan di sini berlaku dalam hubungan antara Allah dan Kristus di surga.)
1 Kor. 15:27, 28, TB: ”Segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya [Allah] di bawah kaki-Nya [Yesus]. Tetapi kalau dikatakan, bahwa ’segala sesuatu telah ditaklukkan’ maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya. Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.”
Kata Ibrani Syad·daiʹ dan kata Yunani Pan·to·kraʹtor, kedua-duanya diterjemahkan ”Mahakuasa”. Kedua kata dari bahasa asli ini berulang kali diterapkan pada Yehuwa, sang Bapak. (Kel. 6:3; Pny. 19:6) Kedua-duanya tidak pernah diterapkan kepada Yesus maupun roh kudus.
Apakah Alkitab mengajarkan bahwa masing-masing yang disebut bagian dari Tritunggal itu Allah?
Yesus berkata dalam doa, ”Bapa, . . . inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh. 17:1-3, TB; cetak miring ditambahkan.) (Kebanyakan terjemahan menggunakan ungkapan ”satu-satunya Allah yang benar” sehubungan dengan Bapak. TL menuliskan, ”Allah yang Esa dan benar”. Ia tidak mungkin menjadi ”satu-satunya Allah yang benar”, ”Allah yang Esa dan benar”, jika ada dua pribadi lain yang juga Allah yang setara dengan Dia, bukan? Yang lain-lain yang disebut ”allah” pasti palsu atau hanya merupakan suatu gambaran dari Allah yang benar.)
1 Kor. 8:5, 6, TB: ”Sungguhpun ada apa yang disebut ’allah’, baik di sorga, maupun di bumi—dan memang benar ada banyak ’allah’ dan banyak ’tuhan’ yang demikian—namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.” (Ayat ini menunjukkan Bapak sebagai ”satu Allah” bagi umat Kristen yang berbeda tingkatnya dengan Yesus Kristus.)
1 Ptr. 1:3, TB: ”Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus.” (Berulang kali, bahkan setelah Yesus naik ke surga, Alkitab menyebut Bapaknya sebagai ”Allah”-nya Yesus Kristus. Dalam Yohanes 20:17 (TB), setelah kebangkitan Yesus, ia sendiri berbicara tentang Bapak sebagai ”Allah-Ku”. Kemudian, di surga, seperti dicatat dalam Wahyu 3:12 (TB), dia sekali lagi menggunakan ungkapan itu. Namun, belum pernah dalam Alkitab dicatat bahwa Bapak menyebut Putra sebagai ”Allah-Ku”, ataupun Bapak dan Putra menyebut roh kudus sebagai ”Allah-Ku”.
Untuk komentar-komentar mengenai ayat-ayat yang digunakan oleh beberapa orang yang berupaya membuktikan bahwa Kristus adalah Allah, lihat halaman 430-434, di bawah judul ”Yesus Kristus”.
Karl Rahner, S.J. dalam Theological Investigations, mengakui bahwa, ”Θεός [Allah] tetap tidak pernah digunakan untuk Roh,” dan ”ὁ θεός [harfiah, sang Allah] tidak pernah digunakan dalam Perjanjian Baru sewaktu berbicara tentang πνεῦμα ἅγιον [roh kudus].”—(Baltimore, Md.; 1961), diterjemahkan dari bahasa Jerman, Jil. I, hlm. 138, 143.
Apakah ayat-ayat yang digunakan oleh para penganut Tritunggal dalam mendukung kepercayaan mereka memberikan dasar yang kuat untuk dogma itu?
Seseorang yang benar-benar mencari kebenaran tentang Allah, tidak akan menyelidiki Alkitab dengan harapan untuk menemukan ayat yang dapat ia tafsirkan sehingga cocok dengan apa yang sudah ia percayai. Ia ingin mengetahui apa yang dikatakan Firman Allah itu sendiri. Mungkin ia akan menemukan beberapa ayat yang ia rasa mempunyai lebih dari satu pengertian, tetapi sewaktu ayat-ayat ini dibandingkan dengan pernyataan-pernyataan Alkitab lainnya mengenai pokok yang sama, artinya akan menjadi jelas. Perlu diperhatikan dari awal bahwa kebanyakan ayat yang digunakan sebagai ”bukti” Tritunggal sebenarnya hanya menyebutkan dua pribadi saja, bukan tiga; maka sekalipun penjelasan penganut Tritunggal mengenai ayat-ayat tersebut benar, ayat-ayat ini tidak membuktikan bahwa Alkitab mengajarkan Tritunggal. Pertimbangkan hal-hal di bawah ini:
(Kecuali disebutkan, semua ayat di bawah ini dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru.)
Ayat-ayat tempat gelar milik Yehuwa diterapkan kepada Yesus Kristus atau dianggap berlaku atas Yesus
Alfa dan Omega: Siapakah yang layak memakai gelar ini? (1) Di Wahyu 1:8, dikatakan bahwa Allah Yang Mahakuasalah yang memakai gelar ini. Dalam ayat 11 menurut KJ, gelar itu berlaku untuk pribadi yang dalam gambaran yang muncul di ayat-ayat berikutnya menunjuk kepada Yesus Kristus. Namun, para ahli mengakui bahwa kata-kata yang menyebutkan Alfa dan Omega di ayat 11 itu palsu, dan karena itu tidak muncul dalam Alkitab RS, NE, JB, NAB, Dy, dan semua Alkitab bahasa Indonesia. (2) Banyak terjemahan Wahyu ke bahasa Ibrani mengakui bahwa pribadi yang dilukiskan dalam ayat 8 ialah Yehuwa, sehingga mereka memulihkan nama pribadi Allah di ayat itu. Lihat NW, edisi Referensi 1984. (3) Wahyu 21:6, 7 menunjukkan bahwa umat Kristen yang adalah pemenang rohani akan menjadi ’anak-anak’ pribadi yang dikenal sebagai Alfa dan Omega. Hal itu tidak pernah dikatakan tentang hubungan antara umat Kristen yang terurap dengan Yesus Kristus. Yesus menyebut mereka sebagai ’saudara-saudaranya’. (Ibr. 2:11; Mat. 12:50; 25:40) Tetapi ’saudara-saudara’ Yesus itu disebut ”anak-anak Allah”. (Gal. 3:26; 4:6) (4) Dalam Wahyu 22:12, TEV menyisipkan nama Yesus, sehingga sebutan kepada Alfa dan Omega di ayat 13 dibuat sedemikian rupa seolah-olah berlaku untuk dia. Namun, nama Yesus tidak ada dalam ayat itu dalam bahasa Yunani, dan terjemahan-terjemahan lain tidak memasukkan namanya. (5) Di Penyingkapan 22:13, Alfa dan Omega juga dikatakan sebagai ”Yang Awal dan Yang Akhir”, yaitu ungkapan yang berlaku untuk Yesus di Penyingkapan 1:17, 18. Demikian pula, ungkapan ”Rasul” berlaku untuk Yesus Kristus maupun pribadi-pribadi tertentu di antara para pengikutnya. Namun, hal itu tidak membuktikan bahwa mereka adalah pribadi yang sama atau setara kedudukannya, bukan? (Ibr. 3:1) Jadi, bukti menunjuk kepada kesimpulan bahwa gelar ”Alfa dan Omega” berlaku untuk Allah Yang Mahakuasa, sang Bapak, bukan untuk sang Putra.
Juru Selamat: Berulang kali Alkitab menyebut Allah sebagai Juru Selamat. Di Yesaya 43:11 Allah bahkan berkata, ”Tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku.” Karena Yesus juga disebut Juru Selamat, apakah Allah dan Yesus sama? Sama sekali tidak. Titus 1:3, 4 berkata tentang ”Allah, Juruselamat kita”, dan kemudian tentang kedua-duanya ”Allah Bapa dan Kristus Yesus, Juruselamat kita”. Jadi, keduanya adalah juru selamat. Yudas 25 menunjukkan hubungannya, demikian, ”Allah yang esa, juruselamat kita oleh [”dengan jalan”, TL; ”melalui”, BIS] Yesus Kristus, Tuhan kita”. (Cetak miring ditambahkan.) (Lihat juga Kisah 13:23.) Di Hakim-Hakim 3:9, kata Ibrani yang sama (moh·syiʹaʽ, yang diterjemahkan ”juruselamat” atau ”penyelamat”) yang digunakan di Yesaya 43:11 diterapkan pada Otniel, hakim di Israel, tetapi tidak menjadikan Otniel sebagai Yehuwa, bukan? Dengan membaca Yesaya 43:1-12 kita melihat bahwa yang dimaksudkan ayat 11 adalah Yehuwa satu-satunya Pribadi yang menyediakan keselamatan, atau pembebasan, bagi Israel; keselamatan itu tidak datang dari ilah-ilah lain mana pun dari bangsa-bangsa sekitarnya.
Allah: Di Yesaya 43:10 Yehuwa berkata, ”Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi.” Apakah ini berarti bahwa, karena Yesus Kristus secara nubuat disebut ”Allah yang Perkasa” di Yesaya 9:5, Yesus pasti Yehuwa? Sekali lagi, ikatan kalimatnya menjawab: Tidak! Tidak satu pun bangsa Kafir penyembah berhala yang membentuk suatu ilah sebelum Yehuwa, karena tidak ada ilah apa pun sebelum Yehuwa. Demikian pula di masa depan, mereka tidak akan membentuk ilah yang nyata dan hidup yang dapat bernubuat. (Yes. 46:9, 10) Namun, ini tidak berarti bahwa Yehuwa tidak pernah membentuk suatu pribadi yang layak disebut suatu allah. (Mz. 82:1, 6; Yoh. 1:1, NW) Dalam Yesaya 10:21 Yehuwa disebut ”Allah yang Perkasa”, seperti Yesus dalam Yesaya 9:5; tetapi hanya Yehuwa saja yang pernah disebut ”Allah Yang Mahakuasa”.—Kej. 17:1.
Jika sebutan tertentu atau frasa yang bersifat menggambarkan ditemukan di lebih dari satu tempat dalam Alkitab, jangan tergesa-gesa menyimpulkan bahwa itu harus selalu ditujukan kepada pribadi yang sama. Pemikiran demikian akan membawa kita kepada kesimpulan bahwa Nebukhadnezar adalah Yesus Kristus, karena keduanya disebut ”raja segala raja”. (Dan. 2:37; Pny. 17:14); dan bahwa murid-murid Yesus sebenarnya ialah Yesus Kristus, karena keduanya disebut ”terang dunia”. (Mat. 5:14; Yoh. 8:12) Kita harus selalu mempertimbangkan ikatan kalimat dan kejadian-kejadian lain dalam Alkitab tempat ungkapan yang sama muncul.
Penulis-penulis Alkitab yang terilham menerapkan ayat-ayat dari Kitab-Kitab Ibrani yang jelas berlaku untuk Yehuwa, kepada Yesus Kristus
Mengapa Yesaya 40:3 dikutip dalam Yohanes 1:23 dan diterapkan pada apa yang dikerjakan Yohanes Pembaptis dalam menyiapkan jalan bagi Yesus Kristus, sedangkan Yesaya 40:3 jelas membahas tentang persiapan jalan di hadapan Yehuwa? Karena Yesus mewakili Bapaknya. Dia datang atas nama Bapaknya dan mempunyai jaminan bahwa Bapaknya selalu menyertai dia karena ia melakukan hal-hal yang menyenangkan Bapaknya.—Yoh. 5:43; 8:29.
Mengapa Mazmur 102:25-27 dikutip dalam Ibrani 1:10-12 dan diterapkan kepada Putra, sedangkan mazmur mengatakan bahwa ayat itu ditujukan kepada Allah? Karena melalui Putra, Allah menghasilkan karya-karya ciptaan-Nya yang digambarkan oleh penulis mazmur. (Lihat Kolose 1:15, 16; Amsal 8:22, 27-30.) Perlu diperhatikan bahwa dalam Ibrani 1:5b ada sebuah kutipan dari 2 Samuel 7:14 dan diterapkan pada Putra Allah. Meskipun ayat itu mula-mula diterapkan pada Salomo, penerapan berikutnya kepada Yesus Kristus tidak berarti bahwa Salomo sama dengan Yesus. Yesus ”lebih daripada Salomo” dan melaksanakan pekerjaan yang digambarkan di muka oleh Salomo.—Luk. 11:31.
Ayat-ayat yang menyebut Bapak, Putra, dan Roh Kudus bersama-sama
Matius 28:19 dan 2 Korintus 13:14 adalah contoh-contoh tentang hal ini. Tidak satu pun dari ayat-ayat ini mengatakan bahwa Bapak, Putra, dan Roh Kudus setara atau sama kekalnya atau bahwa semuanya adalah Allah. Bukti Alkitab yang sudah diberikan di halaman 395-399 membantah adanya buah pikiran demikian dalam ayat-ayat seperti ini.
Cyclopedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical Literature karya McClintock dan Strong, sekalipun mendukung doktrin Tritunggal, mengakui sehubungan dengan Matius 28:18-20, ”Namun, ayat-ayat ini, jika ditinjau tersendiri, tidak dengan tegas membuktikan kepribadian dari ketiga pribadi yang disebutkan, atau persamaan atau pun keilahian mereka.” (Cetak ulang 1981, Jil. X, hlm. 552) Mengenai ayat-ayat lain yang juga menyebutkan ketiganya bersama-sama, Cyclopedia ini mengakui bahwa, jika ditinjau secara tersendiri, ayat-ayat ini ”tidak cukup” untuk membuktikan Tritunggal. (Bandingkan 1 Timotius 5:21, yang menyebut Allah, Kristus, dan malaikat-malaikat bersama-sama.)
Ayat-ayat yang bentuk jamak kata-kata bendanya diterapkan kepada Allah dalam Kitab-Kitab Ibrani
Di Kejadian 1:1 gelar ”Allah” diterjemahkan dari ’Elo·himʹ, yang adalah bentuk jamak dalam bahasa Ibrani. Para penganut Tritunggal menafsirkannya sebagai petunjuk untuk Tritunggal. Mereka juga menerangkan bahwa Ulangan 6:4 (TB) menyatakan kesatuan anggota-anggota Tritunggal ketika dikatakan, ”TUHAN itu Allah [dari ’Elo·himʹ] kita, TUHAN itu esa!”
Bentuk jamak kata benda ini dalam bahasa Ibrani adalah untuk menunjukkan keagungan atau kemuliaan. (Lihat NAB, Edisi St. Joseph, Bible Dictionary, hlm. 330; juga New Catholic Encyclopedia, 1967, Jil. V, hlm. 287.) Jadi, bentuk jamak itu tidak menunjukkan banyaknya pribadi dalam ketuhanan. Demikian pula di Hakim-Hakim 16:23, ketika ilah palsu Dagon disebut, suatu bentuk sebutan ’elo·himʹ digunakan, tetapi kata kerjanya dalam bentuk tunggal; ini menunjukkan bahwa yang dimaksud hanya satu allah saja. Di Kejadian 42:30, Yusuf dikatakan sebagai ”tuan” (’adho·nehʹ, bentuk jamak untuk menunjukkan kemuliaan) di Mesir.
Bahasa Yunani tidak mempunyai ’bentuk jamak untuk menunjukkan keagungan atau kemuliaan’. Oleh karena itu, di Kejadian 1:1 para penerjemah LXX menggunakan ho The·osʹ (Allah, tunggal) sebagai padanan kata untuk ’Elo·himʹ. Di Markus 12:29, jawaban Yesus yang mengutip Ulangan 6:4, adalah bentuk tunggal bahasa Yunani ho The·osʹ yang digunakan dengan cara yang sama.
Di Ulangan 6:4, dalam naskah Ibrani Tetragramaton digunakan dua kali, maka bunyinya lebih tepat, ”Yehuwa adalah Allah kita; Yehuwa itu esa.” Pernyataan ini disampaikan kepada bangsa Israel yang tidak percaya kepada Tritunggal. Orang-orang Babilonia dan Mesir menyembah allah-allah tiga serangkai, tetapi dijelaskan kepada bangsa Israel bahwa Yehuwa berbeda.
Ayat-ayat yang membuat seseorang dapat menarik lebih dari satu kesimpulan, bergantung pada terjemahan Alkitab yang digunakan
Jikalau sebuah ayat secara tata bahasa dapat diterjemahkan dengan lebih dari satu cara, terjemahan manakah yang benar? Yaitu yang selaras dengan bagian-bagian lain dari Alkitab. Jika seseorang mengabaikan bagian-bagian lain dari Alkitab dan membentuk kepercayaannya berdasarkan terjemahan yang ia sukai pada ayat tertentu, apa yang ia percayai sebenarnya tidak mencerminkan Firman Allah, tetapi buah pikirannya sendiri dan mungkin buah pikiran manusia lain yang tidak sempurna.
TB mengatakan, ”Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.” Akan tetapi, NW mengatakan, ”Pada mulanya Firman itu ada, dan Firman itu bersama Allah, dan Firman itu adalah suatu allah. Pribadi ini pada mulanya bersama Allah.”
Yang manakah terjemahan Yohanes 1:1, 2 yang selaras dengan ikatan kalimatnya? Yohanes 1:18 (TB) berkata, ”Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah.” Ayat 14 (TB) dengan jelas mengatakan, ”Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya.” Juga ayat 1, 2 berkata bahwa pada mulanya ia ”bersama-sama dengan Allah”. Dapatkah seseorang bersama-sama dengan orang lain dan pada waktu yang sama adalah orang itu? Di Yohanes 17:3, Yesus menyapa Bapaknya sebagai ”satu-satunya Allah yang benar”; maka, Yesus sebagai ”suatu allah” hanya mencerminkan sifat-sifat ilahi Bapaknya.—Ibr. 1:3.
Apakah terjemahan ”suatu allah” konsisten dengan peraturan tata bahasa Yunani? Beberapa buku referensi berkukuh bahwa teks Yunani tersebut harus diterjemahkan, ”Firman itu adalah Allah.” Namun, tidak semua setuju. Dalam artikelnya ”Kata Benda Kualitatif yang Menjadi Predikat Tanpa Kata Sandang: Markus 15:39 dan Yohanes 1:1”, Philip B. Harner mengatakan bahwa kalimat seperti dalam Yohanes 1:1, ”dengan predikat tanpa kata sandang yang mendahului kata kerja, terutama mengandung arti kualitatif. Kata-kata tersebut menunjukkan bahwa logos mempunyai sifat theos”. Ia menyarankan, ”Mungkin kalimat ini dapat diterjemahkan, ’Firman itu memiliki sifat seperti Allah.’” (Journal of Biblical Literature, 1973, hlm. 85, 87) Dengan demikian, dalam teks ini fakta bahwa kata the·osʹ yang kedua muncul tanpa kata sandang tentu (ho) dan diletakkan sebelum kata kerja dalam kalimat bahasa Yunani menjadi bermakna. Menarik, para penerjemah yang bersikeras akan terjemahan Yohanes 1:1, ”Firman itu adalah Allah”, tidak ragu-ragu menggunakan kata sandang tidak tentu (bahasa Inggris, a, an, atau suatu) dalam terjemahan mereka pada bagian-bagian lain tempat kata benda tunggal yang menjadi predikat tanpa kata sandang muncul sebelum kata kerja. Sebagai contoh, dalam Yohanes 6:70, JB dan KJ keduanya menunjuk kepada Yudas Iskariot sebagai ”suatu iblis”, dan dalam Yohanes 9:17 mereka melukiskan Yesus sebagai ”seorang nabi”.
John McKenzie, S.J., dalam bukunya Dictionary of the Bible, mengatakan, ”Yoh 1:1 dengan tepat harus diterjemahkan ’firman itu bersama-sama dengan Allah [= Bapak], dan firman itu adalah makhluk ilahi’.”—(Kurung patah dari penulis. Diterbitkan dengan nihil obstat dan imprimatur.) (New York, 1965), hlm. 317.
Selaras dengan keterangan di atas, Alkitab AT mengatakan, ”Firman itu ilahi”; Mo, ”Logos itu ilahi”; NTIV, ”firman itu suatu allah”. Dalam terjemahannya ke dalam bahasa Jerman, Ludwig Thimme menyatakannya sebagai berikut, ”Firman itu semacam allah.” Menyebut Firman (yang menjadi Yesus Kristus) sebagai ”suatu allah” selaras dengan penggunaan istilah itu dalam bagian-bagian lain dari Alkitab. Misalnya, di Mazmur 82:1-6 para hakim Israel disebut ”para allah” (Ibrani, ’elo·himʹ; Yunani the·oiʹ, di Yohanes 10:34) karena mereka adalah wakil-wakil Yehuwa dan menyampaikan hukum-hukum-Nya.
Lihat juga apendiks NW, edisi Referensi 1984, hlm. 1579.
RS mengatakan, ”Kata Yesus kepada mereka, ’Sesungguh-sungguhnya, aku berkata kepadamu, sebelum Abraham ada, Aku ada [bhs. Yunani, e·goʹ ei·miʹ].’” (NE, KJ, TEV, JB, NAB semua menyatakan ”Aku ada”, bahkan ada yang menggunakan huruf-huruf besar untuk menyatakan gagasan sebuah gelar. Jadi, mereka berusaha menghubungkan ungkapan itu dengan Keluaran 3:14, yang, menurut terjemahan mereka, Allah menyebut diri-Nya dengan gelar ”Aku ada”.) Tetapi, dalam NW, bagian terakhir Yohanes 8:58 mengatakan, ”Sebelum Abraham ada, aku telah ada.” (Gagasan yang sama dinyatakan dalam AT, Mo, CBW, SE, TL, TB, dan BIS.)
Terjemahan manakah yang sesuai dengan ikatan kalimatnya? Pertanyaan orang-orang Yahudi (ayat 57) yang dijawab Yesus ada hubungannya dengan usia, bukan identitas. Jawaban Yesus secara logis adalah mengenai usianya, lamanya ia telah hidup. Menarik sekali, tidak pernah ada upaya untuk memakai e·goʹ ei·miʹ sebagai gelar untuk roh kudus.
A Grammar of the Greek New Testament in the Light of Historical Research, oleh A. T. Robertson mengatakan, ”Kata kerja [ei·miʹ] . . . Kadang-kadang kata itu memang menyatakan keberadaan sebagai predikat seperti kata kerja lainnya, misalnya dalam [e·goʹ ei·miʹ] (Yoh. 8:58).”—Nashville, Tenn.; 1934, hlm. 394.
Lihat juga apendiks NW, edisi Referensi 1984, hlm. 1582, 1583.
Dalam TL bunyinya, ”Ingatlah akan dirimu sendiri dan akan segenap kawan itu, yang di antaranya kamu ditetapkan menjadi gembala oleh Rohulkudus, akan menggembalakan sidang jemaat Allah, yang sudah ditebusNya dengan darah-Nya sendiri.” (JB, KJ, Dy, NAB menggunakan susunan kata yang mirip.) Tetapi, dalam NW bagian akhir ayat itu bunyinya, ”darah Putranya sendiri”. (TEV bunyinya serupa. TB dan BIS memberikan gagasan yang sama. Meskipun RS cetakan tahun 1953 bunyinya ”dengan darahnya sendiri”, edisi tahun 1971 berbunyi, ”dengan darah Putranya sendiri”. Ro dan Da hanya berbunyi, ”dengan darahnya sendiri”.)
Terjemahan manakah yang selaras dengan 1 Yohanes 1:7 yang berbunyi, ”Darah Yesus, Putranya, membersihkan kita dari semua dosa.” (Lihat juga Penyingkapan 1:4-6.) Seperti dinyatakan dalam Yohanes 3:16, apakah Allah mengutus Putra tunggal-Nya, atau apakah Ia sendiri datang sebagai manusia, agar kita dapat memperoleh kehidupan? Bukan darah Allah, tetapi darah Putra-Nya yang dicurahkan.
Lihat juga apendiks NW, edisi Referensi 1984, hlm. 1580.
TB mengatakan, ”Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!” Namun, bagian terakhir dari ayat ini dalam NW berbunyi, ”yang menurunkan Kristus sebagai manusia: Allah, yang ada di atas segalanya, diagungkanlah untuk selama-lamanya. Amin”. (RS, NE, TEV, NAB, Mo semua menggunakan kata-kata yang serupa dengan NW.)
Apakah ayat ini mengatakan bahwa Kristus ”ada di atas segala sesuatu”, dan karena itu adalah Allah? Atau, apakah ditunjukkan bahwa Allah dan Kristus adalah dua pribadi yang berbeda dan bahwa Allah ”di atas segala sesuatu”? Terjemahan mana untuk Roma 9:5 yang selaras dengan Roma 15:5, 6 (TB), yang mula-mula membedakan Allah dari Yesus Kristus dan kemudian mengajak para pembaca untuk ”memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus”? (Lihat juga 2 Korintus 1:3 dan Efesus 1:3.) Pikirkan apa yang selanjutnya tertulis di Roma pasal 9. Ayat 6-13 menunjukkan bahwa pelaksanaan maksud-tujuan Allah tidak bergantung pada warisan secara jasmani tetapi pada kehendak Allah. Ayat 14-18 membicarakan pesan Allah kepada Firaun, seperti yang tertulis di Keluaran 9:16, untuk menonjolkan kenyataan bahwa Allah ada di atas segalanya. Di ayat 19-24 keunggulan Allah selanjutnya digambarkan dengan suatu kiasan mengenai tukang tembikar dan bejana-bejana tanah liat yang dibuatnya. Jadi, betapa tepat pernyataan di ayat 5, ’Allah, yang ada di atas segalanya, agungkanlah untuk selama-lamanya. Amin!’—NW.
The New International Dictionary of New Testament Theology menyatakan, ”Rm. 9:5 diperdebatkan. . . . Akan lebih mudah dan secara linguistik sangat mungkin untuk menerapkan pernyataan tersebut kepada Kristus. Dengan demikian ayat tersebut akan berbunyi, ’Kristus yang adalah Allah atas segala sesuatu, terpujilah untuk selama-lamanya. Amin.’ Sekalipun demikian, Kristus tidak disamakan dengan Allah secara mutlak, tetapi hanya digambarkan sebagai makhluk yang bersifat ilahi, karena kata theos tidak didahului oleh kata sandang. . . . Penjelasan yang jauh lebih dapat diterima ialah bahwa pernyataan itu adalah kata-kata pujian yang ditujukan kepada Allah.”—(Grand Rapids, Mich.; 1976), diterjemahkan dari bahasa Jerman, Jil. 2, hlm. 80.
Lihat juga apendiks NW, edisi Referensi 1984, hlm. 1580, 1581.
TB mengatakan, ”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan.” Namun dalam NW, bagian yang terakhir dari ayat itu berbunyi, ”yang, walaupun ada dalam wujud Allah, tidak pernah mempertimbangkan untuk merebut kedudukan [Yunani, har·pag·monʹ], yakni agar ia setara dengan Allah”. (RS, NE, TEV, NAB memberikan gagasan yang sama.)
Pemikiran mana yang cocok dengan ikatan kalimatnya? Ayat ke-5 menasihati umat Kristen agar meniru Kristus dalam hal yang dibahas di sini. Dapatkah mereka dianjurkan untuk menganggap ”kesetaraan dengan Allah” itu sebagai hak mereka, dan ”bukan perampokan”? Tentu saja tidak! Namun, mereka dapat meniru dia yang ”tidak pernah mempertimbangkan untuk merebut kedudukan, yakni agar ia setara dengan Allah”. (NW) (Bandingkan Kejadian 3:5.) Terjemahan demikian juga selaras dengan Yesus Kristus sendiri, yang berkata, ”Bapak lebih besar dp Aku.”—Yohanes 14:28.
The Expositor’s Greek Testament mengatakan, ”Kami tidak dapat menemukan satu ayat pun tempat [har·paʹzo] ataupun kata turunannya [termasuk har·pag·monʹ] mempunyai arti ’memiliki’, ’mempertahankan’. Kata itu tampaknya selalu berarti ’merampas’, ’merebut dengan kekerasan’. Jadi, arti yang sebenarnya ’merebut’ tidak dapat diganti dengan arti yang sangat berbeda, ’memegang kuat-kuat’.”—(Grand Rapids, Mich.; 1967), diedit oleh W. Robertson Nicoll, Jil. III, hlm. 436, 437.
TB mengatakan, ”Dalam Dia [Kristus]lah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan [Yunani, the·oʹte·tos].” Namun, NW mengatakan, ”Dalam dialah seluruh kepenuhan sifat ilahi itu berdiam secara jasmani.” (Bandingkan 2 Petrus 1:4.)
Memang, tidak setiap orang memberikan penafsiran yang sama mengenai Kolose 2:9. Namun, apa yang selaras dengan bagian lain dari surat yang terilham kepada orang-orang Kolose? Apakah Kristus mempunyai sesuatu dalam dirinya, milik dia, karena dia adalah Allah, bagian dari Tritunggal? Atau, apakah ”kepenuhan” yang berdiam dalam dirinya adalah sesuatu yang menjadi miliknya karena keputusan dari suatu pribadi lain? Kolose 1:19 (BIS) mengatakan bahwa semua kepenuhan tinggal dalam Kristus karena kehendak ’Allah’. TL mengatakan bahwa itu adalah ”kegemaran Allah”.
Renungkan ikatan kalimat langsung Kolose 2:9: Di ayat 8, para pembaca diperingatkan agar tidak disesatkan oleh mereka yang mendukung filsafat dan ajaran turun-temurun manusia. Mereka juga diberi tahu bahwa di dalam Kristus ”tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan” dan dianjurkan untuk hidup ”tetap di dalam Dia” dan ”berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia”, dan ”bertambah teguh dalam iman”. (Ayat 3, 6, 7, TB) Di dalam dialah, dan bukan di dalam sumber-sumber atau guru-guru filsafat manusia, berdiam ”kepenuhan” tertentu yang berharga. Apakah rasul Paulus di sini mengatakan bahwa ”kepenuhan” yang ada di dalam Kristus membuat Kristus menjadi Allah sendiri? Tidak demikian menurut Kolose 3:1 yang mengatakan bahwa Kristus ”duduk di sebelah kanan Allah”.
Menurut Greek-English Lexicon, oleh Liddell dan Scott, the·oʹtes (bentuk nominatif, asal kata the·oʹte·tos) berarti ”keilahian, sifat ilahi”. (Oxford, 1968, hlm. 792) Benar-benar ”ilahi”, atau ”bersifat ilahi”, tidak membuat Yesus Putra Allah setara atau sama kekalnya dengan Bapak, seperti halnya kenyataan bahwa semua manusia memiliki ”kemanusiaan” atau ”sifat manusia” tidak membuat mereka semua sama atau seumur.
Dalam TB berbunyi, ”Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.” (Gagasan yang sama terdapat dalam terjemahan RS, NE, TEV, JB, TL, BIS.) Namun, NW mengatakan, ”Seraya kita menantikan harapan yang bahagia dan manifestasi yang mulia dari Allah yang besar dan dari Juru Selamat kita, Kristus Yesus.” (NAB terjemahannya serupa.)
Terjemahan manakah yang selaras dengan Titus 1:4 (TB), yang menyebutkan ”Allah Bapa dan Kristus Yesus, Juruselamat kita”? Meskipun Alkitab juga menyebut Allah sebagai Juru Selamat, ayat ini dengan jelas membuat perbedaan antara Dia dan Yesus Kristus, pribadi yang melalui dia Allah menyediakan keselamatan.
Ada yang berpendapat bahwa Titus 2:13 menunjukkan Kristus adalah Allah maupun Juru Selamat. Menarik sekali, TL, TB, BIS, RS, NE, TEV, JB menerjemahkan Titus 2:13 sedemikian rupa sehingga dapat ditafsirkan seperti itu, tetapi mereka tidak mengikuti aturan yang sama dalam menerjemahkan 2 Tesalonika 1:12. Henry Alford, dalam The Greek Testament, mengatakan, ”Saya ingin menyampaikan bahwa [terjemahan yang dengan jelas membedakan Allah dan Kristus, di Titus 2:13] memenuhi semua persyaratan tata bahasa kalimat itu: bahwa terjemahan itu lebih mendekati, baik susunannya maupun ikatan kalimatnya, dan lebih cocok dengan gaya penulisan sang Rasul.”—(Boston, 1877), Jil. III, hlm. 421.
Lihat juga apendiks NW, edisi Referensi 1984, hlm. 1581, 1582.
TB mengatakan, ”Tentang Anak Ia berkata: ’Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya.’” Tetapi, NW mengatakan, ”Namun sehubungan dengan sang Putra, ’Allah adalah takhtamu, kekal selama-lamanya.’”
Terjemahan mana yang selaras dengan ikatan kalimatnya? Ayat-ayat sebelumnya mengatakan bahwa Allah yang sedang berbicara, dan bukan yang diajak bicara; ayat berikutnya menggunakan ungkapan ”Allah, Allah-Mu”, menunjukkan bahwa yang sedang diajak bicara bukanlah Allah Yang Mahatinggi melainkan seorang penyembah Allah itu. Ibrani 1:8 (TB), mengutip Mazmur 45:7 (TB) yang pada mulanya ditujukan kepada seorang raja manusia di Israel. Jelaslah bahwa penulis Mazmur ini tidak berpikir bahwa raja manusia itu adalah Allah Yang Mahatinggi. Sebaliknya, Mazmur 45:7 (TB) mengatakan, ”Takhtamu kepunyaan Allah”. (NE [ayat 6] mengatakan, ”Takhtamu seperti takhta Allah.” JP, ”Takhtamu yang diberikan oleh Allah”.) Salomo, yang mungkin adalah raja yang mula-mula dimaksudkan dalam Mazmur 45 dikatakan duduk ”di atas takhta Yehuwa”. (1 Taw. 29:23, NW) Selaras dengan kenyataan bahwa Allah ialah ”takhta”, atau Sumber dan Pendukung pemerintahan Kristus, Daniel 7:13, 14 dan Lukas 1:32 menunjukkan bahwa Allah menganugerahkan kuasa seperti itu kepadanya.
Ibrani 1:8, 9 (TB) mengutip Mazmur 45:7, 8, dan mengenai ayat ini pakar Alkitab, B. F. Westcott menyatakan, ”LXX. mengakui adanya dua terjemahan: [ho the·osʹ] dapat dianggap sebagai vokatif (bentuk sapaan) dalam kedua hal itu (Takhta-Mu, ya Allah, . . . sebab itu, ya Allah, Allah-Mu . . . ) atau dapat dianggap sebagai subjek (atau predikat) dalam kasus pertama (Allah adalah takhta-Mu, atau takhta-Mu adalah Allah . . .), dan sebagai tambahan kepada [ho the·os΄ sou] dalam kasus kedua (Sebab itu Allah, Allahmu . . . ). . . . Hampir tidak mungkin bahwa [’Elo·himʹ] dalam bahasa aslinya dapat ditujukan kepada sang raja. Anggapan itu bertentangan dengan kepercayaan bahwa [ho the·osʹ] adalah suatu vokatif dalam LXX. Jadi, secara keseluruhan tampaknya yang paling baik adalah untuk menerima, di tempat pertama, terjemahan: Allah adalah takhta-Mu (atau, takhtaMu adalah Allah), artinya ’kerajaan-Mu didirikan di atas Allah, Batu Karang yang teguh’.”—The Epistle to the Hebrews (London, 1889), hlm. 25, 26.
TB mengatakan, ”Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi]: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.” (TL juga memuat kalimat tentang Tritunggal tersebut). Namun NW tidak memuat kata-kata: ”di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi”. Terjemahan BIS, RS, NE, TEV, JB, NAB juga tidak memuat bagian tentang Tritunggal ini.)
Mengenai bagian tentang Tritunggal, pengkritik teks F. H. A. Scrivener menulis, ”Kita tidak perlu ragu-ragu menyatakan keyakinan kita bahwa kata-kata yang diperdebatkan tersebut tidak ditulis oleh Santo Yohanes: bahwa kata-kata itu pada mulanya dimasukkan ke dalam salinan Latin di Afrika dari catatan pinggir, tempat kata-kata itu diletakkan sebagai terjemahan yang saleh dan ortodoks pada ay. 8: bahwa dari salinan Latin kata-kata tersebut menyusup ke dalam dua atau tiga kodeks kuno Yunani yang belakangan, kemudian ke dalam teks Yunani yang dicetak, di tempat yang tidak layak bagi kata-kata tersebut.”—A Plain Introduction to the Criticism of the New Testament (Cambridge, 1883, edisi ketiga), hlm. 654.
Lihat juga catatan kaki ayat-ayat ini dalam JB, dan apendiks NW, edisi Referensi 1984, hlm. 1580.
Ayat-ayat lain yang oleh para penganut Tritunggal dianggap menyatakan unsur-unsur dogma mereka
Perhatikan bahwa bagian pertama dari ayat-ayat ini hanya menunjuk kepada Putra; yang lain menunjuk kepada Bapak dan Putra; tidak satu pun menunjukkan kepada Bapak, Putra, dan Roh Kudus dan mengatakan bahwa mereka membentuk satu Allah.
Berdasarkan apa yang Yesus katakan di sini, apakah ia memaksudkan akan membangkitkan dirinya sendiri dari kematian? Apakah berarti Yesus adalah Allah, karena Kisah 2:32 (TB) berkata, ”Yesus inilah yang dibangkitkan Allah”? Sama sekali tidak. Pandangan seperti itu akan bertentangan dengan Galatia 1:1, yang mengatakan bahwa Yesus dibangkitkan oleh Bapak, bukan oleh Putra. Dengan menggunakan bentuk ungkapan yang sama, di Lukas 8:48 (TB) Yesus mengatakan kepada seorang wanita, ”Imanmu telah menyelamatkan engkau.” Apakah wanita itu menyembuhkan dirinya sendiri? Tidak; kuasa Allah melalui Kristus-lah yang menyembuhkan dia karena ia mempunyai iman. (Luk. 8:46; Kis. 10:38) Demikian juga, dengan ketaatannya yang sempurna sebagai manusia, Yesus memberikan alasan moral kepada Bapaknya untuk membangkitkan dia dari kematian, dengan demikian mengakui Yesus sebagai Putra Allah. Karena haluan hidup Yesus yang setia, dengan sepatutnya dapat dikatakan bahwa Yesus sendiri yang menyebabkan dirinya dibangkitkan.
Dalam Word Pictures in the New Testament, A. T. Robertson berkata, ”Ingat di [Yohanes] 2:19 Yesus berkata, ’Dan dalam tiga hari aku akan mendirikannya kembali.’ Ia tidak memaksudkan bahwa ia akan membangkitkan dirinya sendiri dari kematian terlepas dari Bapaknya sebagai sarana yang aktif (Rm. 8:11).”—(New York, 1932), Jil. V, hlm. 183.
Ketika mengatakan, ”Aku dan Bapak adalah satu”, apakah Yesus memaksudkan bahwa mereka setara? Beberapa penganut Tritunggal berkata bahwa memang begitu. Namun, di Yohanes 17:21, 22, Yesus berdoa untuk para pengikutnya, ”Agar mereka semua dapat menjadi satu,” dan ia menambahkan, ”agar mereka dapat menjadi satu sebagaimana kita adalah satu.” Ia menggunakan kata Yunani yang sama (hen) untuk kata ”satu” dalam semua ayat tersebut. Jelas, tidak berarti bahwa semua murid Yesus menjadi bagian dari Tritunggal. Namun mereka memiliki kesatuan dalam tujuan dengan Bapak dan Putra, kesatuan serupa yang mempersatukan Allah dan Kristus.
Kepercayaan kepada Tritunggal menempatkan para penganutnya pada kedudukan apa?
Kepercayaan itu menempatkan mereka pada kedudukan yang sangat berbahaya. Bukti-bukti tidak dapat disangkal bahwa Tritunggal tidak terdapat dalam Alkitab, juga tidak selaras dengan apa yang diajarkan Alkitab. (Lihat halaman-halaman sebelumnya.) Ajaran itu sangat menyalahgambarkan Allah yang benar. Namun, Yesus Kristus berkata, ”Saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” (Yoh. 4:23, 24, TB) Oleh karena itu, Yesus membuat jelas bahwa mereka yang ibadatnya tidak ’dalam kebenaran’, tidak selaras dengan kebenaran yang dinyatakan dalam Firman Allah sendiri, bukan ’penyembah-penyembah yang benar’. Kepada pemimpin-pemimpin agama Yahudi pada abad pertama, Yesus berkata, ”Firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri. Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.” (Mat. 15:6-9, TB) Kata-kata Yesus ini berlaku sama tegasnya bagi mereka dalam Susunan Kristen dewasa ini yang lebih senang mendukung tradisi manusia dp kebenaran yang jelas dari Alkitab.
Mengenai Tritunggal, Kredo Athanasia (dalam bahasa Inggris) mengatakan bahwa anggota-anggotanya ”tidak dapat dimengerti”. Guru-guru dari doktrin tersebut sering menyatakan bahwa doktrin itu suatu ”misteri”. Jelas bahwa Allah Tritunggal bukanlah Allah yang ada dalam pikiran Yesus ketika ia berkata, ”Kami menyembah apa yang kami kenal.” (Yoh. 4:22, TB) Apakah sdr benar-benar mengenal Allah yang sdr sembah?
Pertanyaan-pertanyaan serius yang harus kita semua hadapi: Apakah kita dengan tulus mengasihi kebenaran? Apakah kita benar-benar menginginkan hubungan yang diperkenan dengan Allah? Tidak semua orang sungguh-sungguh mengasihi kebenaran. Banyak yang lebih mementingkan perkenan sanak sdr dan teman-teman mereka dp kasih akan kebenaran dan Allah. (2 Tes. 2:9-12; Yoh. 5:39-44) Namun, seperti dikatakan Yesus dalam doanya yang tulus kepada Bapak surgawinya, ”Ini berarti kehidupan abadi, bahwa mereka terus memperoleh pengetahuan mengenai dirimu, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenai pribadi yang engkau utus, Yesus Kristus.” (Yoh. 17:3, NW) Dan Mazmur 144:15 dengan tepat menyatakan, ”Berbahagialah bangsa yang Allahnya ialah Yehuwa!”—NW.
Jika Seseorang Mengatakan—
’Apakah Anda percaya Tritunggal?’
Saudara dapat menjawab, ’Kepercayaan itu sangat populer pada zaman kita. Tetapi tahukah Anda bahwa itu tidak diajarkan oleh Yesus dan murid-muridnya? Jadi, kami menyembah Pribadi yang menurut Yesus harus disembah.’ Kemudian mungkin menambahkan: (1) ’Ketika Yesus mengajar, inilah yang ia katakan sebagai hukum yang paling besar . . . (Mrk. 12:28-30).’ (2) ’Yesus tidak pernah mengaku setara dengan Allah. Ia berkata . . . (Yoh. 14:28).’ (3) ’Lalu apa asal usul doktrin Tritunggal? Perhatikan apa yang dikatakan beberapa ensiklopedia yang terkenal mengenai hal itu. (Lihat halaman 392, 393.)’
Atau Saudara dapat berkata, ’Tidak. Karena ada ayat-ayat Alkitab yang tidak selaras dengan kepercayaan itu. Ini salah satunya. (Mat. 24:36) Mungkin Anda dapat menerangkannya kepada saya.’ Kemudian mungkin menambahkan: (1) ’Jika Putra setara dengan Bapak, bagaimana Bapak dapat mengetahui hal-hal yang tidak diketahui Putra?’ Kalau mereka menjawab bahwa ini berlaku hanya pada waktu ia sebagai manusia, Saudara dapat bertanya: (2) ’Namun, mengapa roh kudus tidak mengetahuinya?’ (Jika orang itu menunjukkan minat yang tulus thd kebenaran, tunjukkan kepadanya apa yang dikatakan ayat-ayat Alkitab mengenai Allah. [Mz. 83:19; Yoh. 4:23, 24])
Kemungkinan lain, ’Kami memang percaya kepada Yesus Kristus tetapi tidak kepada Tritunggal. Mengapa? Karena kami percaya apa yang dipercayai rasul Petrus mengenai Kristus. Perhatikan apa ia katakan . . . (Mat. 16:15-17).’
Saran tambahan, ’Saya mendapati bahwa tidak semua orang mempunyai buah pikiran yang sama apabila menyebut tentang Tritunggal. Mungkin saya dapat menjawab pertanyaan Anda lebih baik jika saya tahu apa yang Anda maksudkan.’ Kemudian mungkin menambahkan, ’Saya menghargai penjelasan itu. Tetapi saya hanya mempercayai apa yang Alkitab ajarkan. Pernahkah Anda membaca kata ”Tritunggal” dalam Alkitab? . . . (Perlihatkan konkordansi dalam Alkitab Saudara, jika ada.) Tetapi apakah Kristus disebut dalam Alkitab? . . . Ya, dan kami percaya kepadanya. Perhatikan dalam konkordansi ini di bawah ”Kristus” salah satu acuannya ialah Matius 16:16. (Baca ayat itu.) Itulah yang saya percayai.’
Atau Saudara dapat menjawab (jika orang itu menarik perhatian khusus kepada Yohanes 1:1), ’Saya mengetahui ayat ini dengan baik. Dalam beberapa terjemahan Alkitab dikatakan bahwa Yesus adalah ”Allah”, dan yang lain mengatakan bahwa ia ”suatu allah”. Mengapa demikian?’ (1) ’Apakah mungkin karena ayat berikutnya mengatakan bahwa ia ”bersama-sama dengan Allah”?’ (2) ’Mungkinkah juga karena apa yang ditulis di Yohanes 1:18?’ (3) ’Pernahkah Anda berpikir apakah Yesus sendiri menyembah suatu pribadi sebagai Allah? (Yoh. 20:17)’
’Apakah Anda percaya akan keilahian Kristus?’
Saudara dapat menjawab, ’Ya, tentu saja. Tetapi mungkin pendapat saya tentang ”keilahian Kristus” tidak sama dengan pendapat Anda.’ Lalu mungkin menambahkan: (1) ’Mengapa saya berkata demikian? Di Yesaya 9:5 Yesus Kristus disebut ”Allah yang Perkasa”, tetapi hanya Bapaknya saja yang pernah disebut dalam Alkitab sebagai Allah Yang Mahakuasa.’ (2) ’Dan perhatikan bahwa di Yohanes 17:3 Yesus berkata mengenai Bapaknya sebagai ”satu-satunya Allah yang benar”. Jadi, setinggi-tingginya, Yesus hanya merupakan cerminan Allah yang benar.’ (3) ’Apa yang dituntut dari kita untuk menyenangkan Allah? (Yoh. 4:23, 24)’