Pasal 12
Sumber Hikmat yang Lebih Tinggi
”Betapa banyak perbuatanMu, ya [Yehuwa], sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan [”hikmat”, ”Klinkert”], bumi penuh dengan ciptaanMu.” (Mazmur 104:24) Ya, dari kebesaran alam semesta yang sangat luas sampai pada keindahan bunga yang halus, karya ciptaan memberi kesaksian tentang hikmat yang tak ada bandingnya dari Penciptanya. Teknologi abad ke-20 ini menjadi kurang berarti bila dibandingkan dengan hasil karya Allah. Jika Alkitab adalah Firman dari Allah, kita juga mengharapkan bahwa buku itu akan memberi bukti adanya hikmat yang melebihi kesanggupan manusia. Apakah memang demikian?
1. (Termasuk kata pengantar.) (a) Di mana kita melihat bukti dari hikmat Allah yang tak ada bandingnya? (b) Nasihat apa yang Alkitab berikan mengenai hikmat?
ALKITAB menandaskan pentingnya hikmat. Dikatakan, ”Adapun hikmat itu terutamalah adanya; maka sebab itu tuntutlah akan hikmat dan tuntutlah akan pengetahuan [”pengertian”, TB] akan ganti segala sesuatu yang ada padamu.” (Amsal 4:7, Klinkert) Alkitab juga menyatakan bahwa kita sebagai manusia sering kali kekurangan hikmat dan menganjurkan, ”Apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah,—yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati.”—Yakobus 1:5.
2. Bagaimana seseorang dapat menambah hikmatnya?
2 Bagaimana Allah ’memberikan hikmat dengan murah hati’? Satu cara adalah dengan menganjurkan kita untuk membaca Alkitab dan belajar darinya. Buku Amsal dalam Alkitab berkata, ”Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, sehingga memperhatikan hikmat . . . maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan [Yehuwa] dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena [Yehuwa]lah yang memberikan hikmat.” (Amsal 2:1, 2, 5, 6) Apabila kita menerapkan nasihat dalam Alkitab dan melihat betapa efektifnya hal itu, kita akan menyadari bahwa Alkitab benar-benar mencerminkan hikmat ilahi.
Kata-Kata yang Bijaksana
3, 4. (a) Apa yang Alkitab katakan mengenai kesia-siaan dari cinta akan uang? (b) Keseimbangan yang baik apa yang ditunjukkan Alkitab dalam menasihati kita tentang nilai uang?
3 Agar lebih menghargai hal ini, mari kita perhatikan beberapa ayat Alkitab. Pertimbangkan pepatah yang bijaksana ini, ”Mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan . . . Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.” (1 Timotius 6:9, 10) Bandingkan hal ini dengan pandangan modern—setidak-tidaknya di masyarakat Barat—yang menganjurkan orang untuk mengejar uang sebagai tujuan utama. Menyedihkan sekali, banyak orang akhirnya mendapatkan kekayaan yang mereka kejar tetapi tetap merasa hampa dan tidak puas. Seorang psikolog klinik mengatakan, ”Menjadi No. 1 dan kaya tidak membuat Anda merasa berhasil, puas, sungguh-sungguh dihormati atau dikasihi.”1
4 Ini tidak berarti bahwa orang yang bijaksana dapat sama sekali mengabaikan uang. Alkitab memperlihatkan hikmat yang benar-benar seimbang ketika mengatakan, ”Karena hikmat itu seolah-olah pernaungan, dan uangpun seolah-olah pernaungan, tetapi kelebihan ilmu inilah perinya: Bahwa hikmat memberi kehidupan kepada segala orang yang menaruh dia.” (Pengkhotbah 7:12, Klinkert) Jadi, Alkitab membantu kita melihat bahwa uang, walaupun penting, bukan yang paling penting. Itu hanyalah sarana untuk mencapai tujuan tertentu, dan nilainya terbatas jika kita tidak mempunyai hikmat untuk menggunakannya dengan baik.
5, 6. (a) Mengapa nasihat Alkitab untuk menghindari pergaulan yang buruk itu bijaksana? (b) Bagaimana kita mendapat manfaat dari ”bergaul dengan orang bijak”?
5 Pernyataan Alkitab ini juga benar, ”Siapa yang bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.” (Amsal 13:20) Pernahkah Anda memperhatikan betapa kuatnya pengaruh teman-teman atas diri kita? Tekanan dari teman sebaya menjerumuskan anak muda kepada pemabukan, penyalahgunaan obat bius, dan perbuatan amoral. Jika kita bergaul dengan orang yang menggunakan bahasa kotor, kita sendiri akhirnya menggunakan bahasa yang kotor. Pergaulan dengan orang-orang yang tidak jujur cenderung membuat kita menjadi tidak jujur. Memang, seperti Alkitab juga katakan, ”Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”—1 Korintus 15:33.
6 Sebaliknya, pergaulan yang baik dapat memperbaiki diri kita. ”Bergaul dengan orang bijak”, akan membuat kita menjadi lebih bijak. Kebiasaan yang baik bersifat menular, sama seperti kebiasaan yang buruk. Sekali lagi, Alkitab menunjukkan hikmat dengan menganjurkan kita agar berhati-hati dalam memilih pergaulan.
7. Apa yang membuat Alkitab unik sebagai sumber nasihat?
7 Alkitab memuat banyak petunjuk seperti ini untuk membantu membimbing kehidupan kita. Sebagai sumber nasihat, Alkitab memang unik. Nasihatnya selalu bermanfaat. Tidak pernah sekedar bersifat teori, dan tidak pernah mendatangkan kerugian atas kita. Jangkauan yang luas dari nasihat Alkitab tak ada tandingannya. Orang-orang yang menerapkannya dalam kehidupan mereka, dan melihat betapa nasihatnya selalu menghasilkan kebaikan untuk mereka, sangat menghargai Alkitab sebagai sumber hikmat yang unik.
Prinsip-Prinsip yang Bijaksana
8. Bagaimana Alkitab dapat membantu kita bahkan dalam menghadapi keadaan yang tidak secara spesifik disebutkan di dalamnya?
8 Namun, bagaimana seandainya kita menghadapi suatu masalah yang tidak disebutkan secara spesifik dalam Alkitab? Sering kali, kita mendapati bahwa prinsip-prinsip yang bersifat luas membimbing kita. Misalnya, banyak orang pada suatu waktu dalam kehidupan mereka harus mengambil tindakan tegas sehubungan dengan kebiasaan merokok. Karena tembakau tidak dikenal di Timur Tengah pada zaman Yesus, Alkitab tidak menyebut hal itu. Walaupun demikian, ada prinsip-prinsip Alkitab yang tepat yang membantu kita mengambil keputusan yang bijaksana dalam hal ini.
9-11. Bagaimana prinsip-prinsip Alkitab membantu kita mengambil keputusan yang bijaksana mengenai penggunaan tembakau, dan bagaimana kita mendapat manfaat dengan menaati prinsip-prinsip tersebut?
9 Merokok, meskipun dianggap menyenangkan, sebenarnya berarti menghirup zat pencemar yang pekat ke dalam paru-paru. Seorang perokok mencemari tubuhnya, maupun pakaiannya dan udara di sekitarnya. Selain itu, merokok membuat orang ketagihan. Orang yang ingin berhenti merokok sering merasa hal itu sangat sulit. Mengingat itu, kita dapat bersandar pada Alkitab sebagai bantuan untuk sampai kepada kesimpulan yang bijaksana mengenai merokok.
10 Pertama-tama, pertimbangkan masalah ketagihan. Ketika berbicara tentang makanan, Paulus berkata, ”Aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.” (1 Korintus 6:12) Paulus bebas memakan makanan apapun, tetapi ia mengetahui bahwa pada waktu itu ada beberapa orang yang memiliki hati nurani yang peka. Maka ia berkata bahwa ia tidak begitu ”ketagihan” kepada makanan tertentu sehingga tidak dapat melepaskannya bila perlu agar orang lain tidak tersandung. Jika seseorang tidak dapat berhenti merokok atau mengunyah tembakau, maka pasti ia ’diperhamba oleh hal itu’. Jadi pernyataan Paulus sehubungan dengan makanan merupakan pedoman yang baik untuk penggunaan tembakau. Kita tidak sepatutnya membiarkan diri diperbudak oleh suatu kebiasaan.
11 Kedua, pertimbangkan masalah polusi. Alkitab berkata, ”Marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani.” (2 Korintus 7:1) Merokok tanpa diragukan merupakan pencemaran, atau pengotoran, atas tubuh kita. Seriusnya polusi ini terbukti dari fakta bahwa, menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), hal itu menyebabkan lebih dari satu juta orang meninggal sebelum waktunya setiap tahun. Jika kita mengikuti prinsip Alkitab untuk menghindari segala bentuk pencemaran jasmani, kita akan dilindungi dari bahaya serius yang mengancam kesehatan akibat merokok, maupun obat bius dan pencemaran-pencemaran yang lain.
Nasihat-Nasihat yang Bermanfaat
12. Mengapa nasihat Alkitab selalu berhubungan dengan kesehatan fisik dan emosi kita?
12 Kita tak perlu heran bahwa menaati nasihat Alkitab akan bermanfaat secara jasmani. Nasihat Alkitab berasal dari Allah. Sebagai Pencipta kita, Ia mempunyai pengetahuan yang dalam tentang bagaimana kita diciptakan dan apa yang kita butuhkan. (Mazmur 139:14-16) Nasihat-Nya selalu dikaitkan dengan kesehatan fisik dan emosi kita.
13, 14. Mengapa kita berhikmat jika menaati nasihat Alkitab agar jangan berdusta?
13 Hal ini terlihat dalam nasihat agar jangan berdusta. Berdusta termasuk di antara tujuh perkara yang dibenci Yehuwa, dan buku Wahyu menyebutkan para pendusta di antara orang-orang yang tidak akan mendapat tempat dalam dunia baru Allah. (Amsal 6:19; Wahyu 21:8) Meskipun demikian, berdusta sudah meluas. Sebuah majalah bisnis menyatakan, ”A.S. mengalami wabah yang terburuk dalam penipuan, kecurangan dan praktik-praktik keji sepanjang sejarahnya.”2
14 Meskipun sudah umum, berdusta tetap buruk bagi masyarakat maupun perorangan. Kolumnis Clifford Longley dengan tepat menulis, ”Berdusta menyakiti si pendusta sendiri dan orang yang didustai, pada tingkat yang sangat dalam dari pribadi mereka, dengan merusak hubungan yang penting itu antara pikiran dan kenyataan.”3 The American Journal of Psychiatry (Majalah Psikiatri Amerika) mengatakan, ”Pengaruh psikologis atas orang yang didustai dapat merusak. Keputusan yang besar dalam hidup mungkin akan didasarkan atas informasi yang salah yang disangka benar. Berdusta dapat juga berakibat buruk atas diri si pendusta.”4 Betapa jauh lebih baik untuk mengatakan apa yang benar, seperti nasihat yang bijaksana dari Alkitab!
15, 16. Bagaimana kita mendapat manfaat dengan menaati nasihat Alkitab agar mengasihi orang lain?
15 Dalam nada yang lebih positif, Alkitab memberi tahu kita agar memiliki minat pribadi terhadap orang lain, menunjukkan kasih kepada mereka, dan membantu mereka. Nasihat Yesus sangat terkenal, ”Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.”—Matius 7:12.
16 Betapa jauh lebih baik dunia ini seandainya setiap orang menaati aturan tersebut! Lagi pula, berdasarkan suatu penelitian psikologis yang diadakan di Amerika Serikat, individu-individu akan merasa lebih baik. Ke-1.700 orang yang diteliti melaporkan bahwa membantu orang lain memberi mereka perasaan tenang dan membebaskan mereka dari penyakit yang ada hubungannya dengan stres seperti sakit kepala dan sakit tenggorokan. Laporan tersebut menyimpulkan, ”Dengan demikian, jelaslah bahwa memperhatikan orang lain merupakan bagian dari sifat dasar manusia sama halnya seperti memperhatikan diri sendiri.”5 Hal ini mengingatkan kita akan perintah Alkitab, ”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:39; bandingkan Yohanes 13:34, 35.) Mengasihi diri sendiri adalah hal yang wajar. Namun agar kita sehat secara emosi, Alkitab menasihati kita agar mengimbangi kasih untuk diri sendiri dengan kasih untuk orang lain.
Perkawinan dan Moralitas
17. Mengapa nasihat Alkitab kadang-kadang tampaknya ketinggalan zaman?
17 Meskipun nasihat Alkitab memberikan bukti tentang hikmat yang dalam, ia tidak selalu mengatakan hal-hal yang ingin didengar orang. Sering kali, nasihat Alkitab dianggap kuno. Mengapa demikian? Karena meskipun nasihat Alkitab adalah demi kebaikan kita untuk jangka panjang, penerapannya sering menuntut disiplin dan penyangkalan diri; dan dewasa ini sifat-sifat seperti itu tidak populer.
18, 19. Apa standar-standar Alkitab untuk perkawinan dan moralitas?
18 Ambillah sebagai contoh masalah perkawinan dan moralitas. Standar Alkitab untuk itu sangat tegas. Standar tersebut menetapkan monogami, satu suami untuk satu istri. Dan meskipun Alkitab menyebut keadaan-keadaan ekstrem yang membolehkan perceraian atau perpisahan, pada umumnya dikatakan bahwa ikatan perkawinan berlaku seumur hidup. ”Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”—Matius 19:4-6; 1 Korintus 7:12-15.
19 Selanjutnya, Alkitab mengatakan bahwa satu-satunya tempat bagi hubungan seks adalah dalam ikatan perkawinan. Ia sama sekali melarang hubungan seperti ini di luar pernikahan. Kita membaca, ”Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit [”yang melakukan perbuatan yang memalukan terhadap sesama jenisnya”, BIS] . . . tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”—1 Korintus 6:9, 10.
20. Dengan cara apa standar-standar Alkitab tentang moralitas diabaikan secara luas dewasa ini?
20 Dewasa ini, standar-standar tersebut diabaikan. Professor sosiologi David Mace menulis, ”Pada abad ini peradaban kita telah mengalami perubahan yang sangat besar, dan banyak adat kebiasaan dan lembaga-lembaga lama telah diguncang sampai ke dasarnya. Perkawinan tidak terkecuali.”6 Praktik moral bebas sudah umum. Hubungan seks antara pasangan-pasangan remaja yang berpacaran sering kali dipandang wajar. Hidup bersama sebelum menikah—’hanya untuk memastikan’—sering dilakukan. Dan setelah pasangan itu menikah, hubungan seks gelap adalah hal yang biasa.
21. Apa akibat dari diabaikannya standar-standar Alkitab mengenai perkawinan dan moralitas secara luas?
21 Apakah suasana kebebasan moral ini mendatangkan kebahagiaan? Tidak, ini hanya mendatangkan kekacauan—dan kekacauan yang sangat mahal—mengakibatkan ketidakbahagiaan dan keluarga berantakan. Juga pandemi dari penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks sebagai akibat langsung dari kebebasan moral. Antara lain, meluasnya penyakit-penyakit seperti gonore, sifilis, dan klamidia tak terkendali. Dalam tahun-tahun belakangan ini, praktik-praktik pelacuran dan homoseks telah mempercepat tersebarnya penyakit AIDS. Terdapat epidemi dari gadis-gadis remaja yang melahirkan anak padahal mereka sendiri belum melewati masa kanak-kanak. Majalah Ladies’ Home Journal menulis, ”Penekanan atas seks yang menjadi ciri khas tahun enam puluhan dan tujuh puluhan tidak mendatangkan kebahagiaan besar bagi manusia tapi banyak kesengsaraan yang parah.”7
22. Mengenai moralitas, apa yang mendatangkan kebahagiaan terbesar?
22 Maka, kita sekarang mendengar komentar-komentar seperti berikut ini dari profesor sosiologi Carlfred B. Broderick, ”Mungkin kita sekarang telah cukup dewasa untuk mempertimbangkan apakah tidak lebih baik bagi kita untuk mempromosikan berpantang sebelum menikah sebagai kebijaksanaan yang paling praktis bagi kebutuhan warga-warga kita dan hak kebebasan mereka: bebas dari penyakit, bebas dari kehamilan yang tidak diinginkan.”8 Jelaslah, standar Alkitab tentang moralitas telah terbukti, dalam jangka panjang, mendatangkan kebahagiaan yang paling besar.
Prinsip-Prinsip yang Benar-Benar Jitu
23. (a) Jika suatu perkawinan tidak bahagia, apakah bercerai satu-satunya jalan penyelesaian? (b) Apa dua kunci utama agar perkawinan mantap dan bahagia?
23 Karena perkawinan dimaksudkan untuk berlangsung seumur hidup, maka kita perlu mengetahui bagaimana caranya agar sukses. Beberapa orang mengatakan bahwa lebih baik mengakhiri perkawinan yang tidak bahagia ketimbang terus mempertahankannya tetapi terus sengsara. Namun ada pilihan lain: berusaha mengatasi problem-problem yang menyebabkan ketidakbahagiaan. Ini merupakan segi lain yang Alkitab dapat membantu. Kita telah melihat bagaimana Alkitab menasihati kita agar setia kepada teman hidup kita, dan ini salah satu kunci menuju perkawinan yang bahagia dan mantap. Nasihat lain adalah mengakui bahwa hanya boleh ada satu kepala dalam perkawinan, dan Alkitab mengatakan suamilah yang menjadi kepala keluarga. Istri dinasihati untuk mendukung suami dan tidak menantang kedudukannya. Sebaliknya, laki-laki dinasihati agar menggunakan wewenangnya demi kebaikan istri dan tidak mementingkan diri.—1 Korintus 11:3; 1 Timotius 2:11-14.
24, 25. Bagaimana Alkitab menganjurkan para suami dan istri untuk menjalankan peranan mereka yang benar dalam perkawinan?
24 Kepada kaum suami, Alkitab berkata, ”Suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri.” (Efesus 5:28, 29) Suami yang pengasih menggunakan wewenangnya dengan cara yang penuh timbang rasa. Ia ingat bahwa walaupun ia kepala keluarga, istri harus dipertimbangkan dan diajak berunding. Perkawinan adalah suatu persekutuan, dan bukan kediktatoran.
25 Nasihat Alkitab bagi kaum istri mencakup kata-kata sebagai berikut, ”Isteri hendaklah menghormati suaminya.” (Efesus 5:33) Istri menghormati suami karena kedudukannya, dan ia memperlihatkan respek dengan mendukung suaminya. Demikian pula kasih suami dibuktikan melalui perhatian kepada istrinya. Nasihat seperti ini tidak dapat diterima oleh banyak orang yang berpikiran modern. Namun persekutuan yang didasarkan atas kasih dan respek—seperti nasihat Alkitab—selalu bahagia.
26. Apakah standar-standar dalam Alkitab untuk perkawinan benar-benar ampuh? Jelaskan.
26 Fakta bahwa nasihat Alkitab di bidang ini benar-benar jitu jelas dalam sebuah pengalaman dari Laut Selatan. Sepasang suami istri di sana, setelah sepuluh tahun menikah, merasa yakin bahwa perkawinan mereka telah gagal. Maka mereka mulai merencanakan untuk berpisah. Kemudian sang istri berbicara dengan salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa. Ia dan Saksi tersebut bersama-sama mempelajari nasihat Alkitab bagi pasangan yang sudah menikah. Suaminya melaporkan, ”Sejak istri saya mempelajari prinsip-prinsip Alkitab, ia berupaya menerapkan hal itu dalam hidupnya sehari-hari. Dalam beberapa minggu, saya mulai melihat ada perubahan.” Karena tertarik, ia setuju bergabung bersama istrinya dalam pengajaran Alkitab dan mendengar nasihat Alkitab untuk pria yang sudah menikah. Hasilnya? Ia berkata, ”Sekarang kami telah menemukan dasar untuk kehidupan keluarga yang benar-benar bahagia.”
27. Penerapan prinsip-prinsip Alkitab yang mana dapat membantu umat Kristiani yang mengalami kesulitan ekonomi?
27 Kemiskinan merupakan segi lain lagi yang telah terbukti dapat diatasi dengan bantuan Alkitab. Misalnya, merokok dan pemabukan, yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitab, memboroskan uang yang sudah terbatas. (Amsal 23:19-21) Selanjutnya, Alkitab menganjurkan kerajinan, karena orang yang bekerja keras lebih mudah memperoleh jalan untuk mendapatkan nafkah bagi keluarganya daripada orang yang malas atau yang menyerah dan putus asa. (Amsal 6:6-11; 10:26) Dan juga, dengan mengindahkan nasihat agar jangan ”iri hati kepada orang yang berbuat curang”, seseorang tidak akan melakukan perbuatan seperti kejahatan atau berjudi sebagai cara untuk menghilangkan kemiskinan. (Mazmur 37:1) Praktik-praktik demikian mungkin kelihatannya memberikan penyelesaian yang cepat untuk kesulitan ekonomi, namun hasil akhirnya sangat menyedihkan.
28-30. (a) Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip Alkitab membantu seorang wanita Kristen mengatasi kemiskinan? (b) Pengalaman dari ribuan umat Kristiani yang miskin secara ekonomi membuktikan apa?
28 Apakah nasihat ini benar-benar membantu orang yang sangat miskin, atau hanya sekedar teori yang sangat ideal? Jawabannya adalah, Nasihat ini jitu, seperti dibuktikan oleh banyak pengalaman di seluruh dunia. Sebagai contoh, seorang janda Kristen di Asia, tidak mempunyai penghasilan apapun dan harus memelihara putranya yang masih kecil. Bagaimana nasihat Alkitab membantu dia dan putranya?
29 Ia rajin bekerja, seperti yang dinasihatkan Alkitab, dan mulai menjahit pakaian dan menjualnya. Karena ia jujur dan dapat dipercaya, seperti yang juga dinasihatkan Alkitab, ia segera mempunyai pelanggan-pelanggan tetap. (Kolose 3:23) Kemudian, ia mengubah sebuah ruangan kecil di rumahnya menjadi ruang makan yang kecil dan bangun kira-kira pukul empat setiap pagi untuk mempersiapkan makanan yang akan dijual, dan ini menambah penghasilannya. ”Walaupun begitu,” ia berkata, ”kami harus hidup sederhana.” Tetapi ia mengingat nasihat Alkitab, ”Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.”—1 Timotius 6:8.
30 Ia menambahkan, ”Walaupun saya hidup dalam kemiskinan, saya tidak merasa kesal atau marah. Kebenaran Alkitab memberi saya pandangan yang positif.” Lagi pula, ia mendapati bahwa janji penting yang Yesus berikan benar-benar tergenap atas dirinya. Yesus berkata, ”Tetapi teruslah cari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu [kebutuhan jasmani] akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33, NW) Pengalamannya membuktikan bahwa dengan menaruh pelayanannya kepada Allah di tempat pertama dalam kehidupannya, ia selalu mendapatkan kebutuhan jasmaninya dengan berbagai macam cara. Pengalaman wanita Kristen ini, beserta tak terhitung banyaknya umat Kristiani yang miskin secara ekonomi, menambah kesaksian bahwa nasihat Alkitab benar-benar ampuh.
31. Apa yang terjadi jika kita menaati nasihat Alkitab, dan fakta mengenai hal ini membuktikan apa?
31 Dalam pasal ini, kita hanya membahas sedikit dari perbendaharaan nasihat yang limpah yang terdapat dalam Alkitab, dan kita baru meninjau beberapa keadaan yang membuktikan bahwa nasihat ini telah berhasil. Pengalaman-pengalaman demikian, bila disebutkan semua, jumlahnya ribuan. Berulang kali, jika orang-orang mengikuti nasihat Alkitab, mereka akan mendapat manfaat. Tetapi bila mereka menolaknya, mereka akan menderita. Tidak ada kumpulan nasihat manapun, di zaman dulu maupun sekarang, yang begitu konsisten menghasilkan manfaat dan berlaku bagi semua suku bangsa. Nasihat yang bijaksana seperti ini tidak mungkin sekedar nasihat rakyat. Fakta bahwa Alkitab merupakan sumber yang kaya dari hikmat sedemikian merupakan bukti kuat bahwa buku ini adalah Firman Allah.
[Blurb di hlm. 168]
Sikap suka membantu bermanfaat bagi setiap orang
[Gambar di hlm. 163]
Bergaul dengan orang bijak membuat kita bijak, tetapi bergaul dengan orang bebal membuat kita malang
[Gambar di hlm. 165]
Merokok harus dihindari karena itu bertentangan dengan prinsip Alkitab
[Gambar di hlm. 171]
Mereka yang menaati nasihat Alkitab dalam perkawinan memiliki dasar yang kokoh untuk kebahagiaan
[Gambar di hlm. 173]
Menerapkan nasihat Alkitab membantu orang mengatasi problem kemiskinan yang parah