PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • jv psl. 22 hlm. 462-501
  • Bagian 4​—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bagian 4​—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi
  • Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Utusan-Utusan Injil Meningkatkan Kesaksian di Hindia Barat
  • Memberi Kesaksian Lebih Dahulu di Kota-Kota Besar
  • Dengan Sabar Mencari Orang-Orang yang Bersifat Domba
  • Memajukan Pendidikan Demi Kehidupan
  • Berhimpun Bersama Meski Dalam Kesulitan
  • Melayani di Tempat yang Lebih Membutuhkan
  • Menjangkau Jauh ke Kepulauan Pasifik
  • Menghadapi Tekanan dari Keluarga dan Lingkungan Masyarakat
  • Bila Ada Tentangan Hebat dari Para Pemimpin Agama
  • Aliran Kebenaran yang Deras di Afrika
  • Bila Rintangan-Rintangan Muncul
  • Murid-Murid yang Sungguh-Sungguh Mengerti
  • Menanggulangi Masalah Buta Huruf
  • Mendidik Dengan Menggunakan Film dan Pertunjukan Slide
  • Mengenali Domba yang Sejati
  • Mematahkan Daya Kekuatan Jimat
  • Lebih Banyak Pekerja Ambil Bagian Dalam Penuaian
  • Memberi Kesaksian Kepada Gubernur dan Raja
  • Negeri-Negeri Timur Menghasilkan Pemuji-Pemuji Yehuwa
  • Bagaimana Situasi di Eropa?
  • Kebaktian-Kebaktian Menyumbang Kepada Kesaksian
  • Sewaktu Orang-Orang Berbicara Bahasa Lain
  • Tuaian yang Limpah Walaupun Menghadapi Rintangan-Rintangan
  • Perhatian ke Daerah yang Belum Ditugaskan
  • Bagian 5​—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
  • Bagian 2​—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
  • Utusan Injil Mendorong Ekspansi Seluas Dunia
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
  • Bagian 3​—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
Lihat Lebih Banyak
Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
jv psl. 22 hlm. 462-501

Pasal 22

Bagian 4​—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi

Sementara Perang Dunia II masih berkecamuk, Saksi-Saksi Yehuwa membuat rencana untuk meningkatkan kegiatan pada masa pascaperang. Laporan di halaman 462 hingga 501 membentangkan perincian yang menakjubkan mengenai apa yang sesungguhnya terjadi dari tahun 1945 sampai 1975 seraya jumlah mereka bertambah, menjangkau lebih banyak negeri lagi, dan mengabarkan dan mengajarkan Firman Allah dengan cara yang lebih cermat daripada sebelumnya.

SEBAGIAN besar pulau-pulau di Hindia Barat dengan berbagai cara telah dicapai dengan berita Kerajaan menjelang tahun 1945. Tetapi kesaksian yang lebih cermat perlu diberikan. Para utusan injil keluaran Sekolah Gilead akan memainkan peranan yang penting.

Utusan-Utusan Injil Meningkatkan Kesaksian di Hindia Barat

Menjelang tahun 1960 para utusan injil ini telah melayani di 27 pulau atau kepulauan di Karibia. Setengah dari tempat-tempat ini belum mempunyai sidang Saksi-Saksi Yehuwa ketika para utusan injil tiba. Para utusan injil mulai memimpin pengajaran Alkitab di rumah dengan orang-orang berminat, dan mereka menyelenggarakan perhimpunan-perhimpunan secara tetap tentu. Apabila sudah ada sidang, mereka memberikan pelatihan yang berharga kepada penyiar-penyiar setempat. Sebagai hasilnya, mutu perhimpunan dan keefektifan dalam pelayanan bertambah baik.

Siswa-Siswa Alkitab masa permulaan telah memberi kesaksian di Trinidad sejak sebelum Perang Dunia I, tetapi sesudah para utusan injil dari Gilead tiba pada tahun 1946, hal memimpin pengajaran Alkitab di rumah dengan orang-orang berminat mendapat dorongan yang lebih kuat. Di Jamaika pemberitaan kabar baik telah berlangsung selama hampir setengah abad, dan ada seribu Saksi setempat menjelang tibanya utusan injil yang pertama; tetapi mereka senang mendapat bantuan untuk mencapai orang-orang yang lebih berpendidikan, khususnya di daerah pinggiran sekitar ibu kota. Di lain pihak, di Aruba sudah banyak kesaksian diberikan di kalangan masyarakat yang berbahasa Inggris, maka para utusan injil memberikan perhatian kepada penduduk pribumi. Setiap orang harus mendengarkan kabar baik.

Untuk memastikan bahwa orang-orang di semua pulau di bagian bumi ini mendapat kesempatan mendengar tentang Kerajaan Allah, maka pada tahun 1948 Lembaga Menara Pengawal memperlengkapi kapal layar Sibia berukuran panjang 18 meter menjadi rumah utusan injil yang mengapung. Awak kapal ditugaskan untuk membawa berita Kerajaan ke setiap pulau di Hindia Barat yang tidak memiliki satu orang pun yang aktif memberitakan kabar baik. Gust Maki adalah nakhodanya, dan bersama dia ada Stanley Carter, Ronald Parkin, dan Arthur Worsley. Mereka mulai dari Kepulauan Out dari grup Bahama, kemudian bekerja di sepanjang jalan ke arah tenggara melalui Kepulauan Leeward dan Kepulauan Windward. Bagaimana dampak dari kunjungan mereka? Di St. Maarten seorang usahawan berkata kepada mereka, ”Masyarakat tidak biasa berbicara tentang Alkitab, tetapi sejak kalian ada di sini setiap orang berbicara tentang Alkitab.” Belakangan, Sibia diganti dengan kapal yang lebih besar, yakni Light. Juga ada perubahan dalam susunan awak kapal. Dalam waktu satu dekade pekerjaan khusus yang dilakukan dengan menggunakan kapal-kapal ini telah terlaksana, dan para pemberita kabar baik yang berpangkalan di darat melakukan tindak lanjut.

Memberi Kesaksian Lebih Dahulu di Kota-Kota Besar

Seperti halnya di Hindia Barat, demikian pula di Amerika Tengah dan Selatan, sudah ada orang-orang di banyak daerah yang telah memiliki beberapa publikasi Lembaga Menara Pengawal sebelum utusan-utusan injil dari Sekolah Gilead tiba. Akan tetapi, agar dapat mencapai setiap orang dengan kabar baik dan membantu mereka yang tulus hati menjadi murid yang sejati, diperlukan organisasi yang lebih baik.

Menjelang berakhirnya perang dunia kedua pada tahun 1945, ada ratusan Saksi-Saksi Yehuwa di Argentina dan Brasil; kira-kira tiga ribu di Meksiko; beberapa sidang yang sangat kecil di Guiana Inggris (kini Guyana), Cile, Guiana Belanda (kini Suriname), Paraguay, dan Uruguay; beberapa penyiar di Kolombia, Guatemala, dan Venezuela. Tetapi mengenai Bolivia, Ekuador, El Salvador, Honduras, dan Nikaragua, kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa baru dimulai secara mantap setelah tibanya para utusan injil keluaran Sekolah Gilead.

Para utusan injil mula-mula mengarahkan perhatian khusus ke pusat-pusat pemukiman utama. Menarik untuk diperhatikan bahwa pada abad pertama, rasul Paulus banyak mengabar di kota-kota sepanjang rute-rute perjalanan yang utama di Asia Kecil dan di Yunani. Di Korintus, salah satu kota yang paling terkemuka di Yunani purba, Paulus membaktikan 18 bulan untuk pengajaran Firman Allah. (Kis. 18:1-11) Di Efesus, yang merupakan persimpangan jalan dan perniagaan dunia purba, ia mengumumkan Kerajaan Allah selama lebih dari dua tahun.​—Kis. 19:8-10; 20:31.

Demikian pula, sewaktu Edward Michalec dan Harold Morris, utusan injil lulusan Sekolah Gilead, tiba di Bolivia pada tahun 1945, mereka tidak mencari-cari lokasi yang beriklim paling enak. Sebaliknya, mereka memberi perhatian pertama-tama kepada La Paz, ibu kota, yang terletak di pegunungan Andes pada ketinggian hampir 3.700 meter. Bagi para pendatang baru, mereka harus berjuang untuk mendaki jalan-jalan yang terjal pada ketinggian ini; jantung mereka sering berdebar-debar. Tetapi para utusan injil menemui banyak orang yang berminat kepada berita Alkitab. Di ibu kota tersebut, bukanlah hal yang aneh bila ada yang mengatakan kepada mereka, ”Saya ini seorang Katolik Roma apostolik, tetapi saya tidak suka kepada para imam.” Hanya dalam jangka waktu dua bulan, kedua utusan injil ini memimpin 41 pengajaran Alkitab di rumah.

Selama dekade berikutnya, seraya lebih banyak utusan injil tiba dan jumlah Saksi setempat meningkat, perhatian diberikan kepada kota-kota lain di Bolivia: Cochabamba, Oruro, Santa Cruz, Sucre, Potosí, dan Tarija. Sesudah itu, lebih banyak perhatian dapat diarahkan ke kota-kota yang lebih kecil dan juga daerah pedesaan.

Sama halnya, di Kolombia para utusan injil mengawali pengabaran yang terorganisasi di ibu kota, Bogotá, pada tahun 1945, dan di kota pinggir pantai, Barranquilla, pada tahun berikutnya. Setelah itu, secara berangsur-angsur perhatian diarahkan ke Cartagena, Santa Marta, Cali, dan Medellín. Lebih banyak orang dapat dicapai dalam waktu singkat dengan mengerjakan kota-kota besar lebih dahulu. Dengan bantuan mereka yang mempelajari kebenaran di sana, berita itu akan segera dibawa ke daerah-daerah sekitarnya.

Jika di sebuah kota didapati sedikit sekali minat maka para utusan injil dipindahkan ke tempat lain. Karena itu, di Ekuador, ketika pekerjaan selama tiga tahun pada pertengahan tahun 1950-an tidak menghasilkan satu orang pun yang berani mengambil pendirian untuk kebenaran di Cuenca yang fanatik agama, maka Carl Dochow dipindahkan ke Machala, sebuah kota yang dihuni oleh orang-orang yang lembut hati dan berpikiran terbuka. Akan tetapi, satu dekade kemudian, orang-orang di Cuenca mendapat kesempatan sekali lagi. Sikap yang berbeda dijumpai, hambatan-hambatan dapat diatasi, dan menjelang tahun 1992 di dalam dan di sekitar Cuenca, lebih dari 1.200 orang telah menjadi Saksi-Saksi Yehuwa dan diorganisasi dalam 25 sidang!

Dengan Sabar Mencari Orang-Orang yang Bersifat Domba

Banyak kesabaran dituntut untuk mencari orang-orang yang benar-benar bersifat domba. Untuk menemukan mereka di Suriname, Saksi-Saksi Yehuwa telah mengabar kepada orang-orang Indian-Amerika, Cina, Indonesia, Yahudi, Lebanon, keturunan dari orang-orang Belanda yang menetap, dan suku-suku di hutan rimba yang terdiri dari orang Negro Bush, yang merupakan keturunan dari budak-budak pelarian. Di antara mereka dijumpai ratusan orang yang betul-betul lapar akan kebenaran. Beberapa harus berjuang untuk melepaskan diri dari keterlibatan yang dalam dengan praktek-praktek animisme dan spiritisme. Salah seorang seperti ini adalah Paitu, seorang dukun, yang mencamkan berita Alkitab dan kemudian membuang berhala-berhala, jimat-jimat, dan obat-obatnya ke dalam sungai. (Bandingkan Ulangan 7:25; 18:9-14; Kis. 19:19, 20.) Pada tahun 1975 ia membaktikan dirinya kepada Yehuwa, Allah yang sejati.

Sejumlah besar penduduk Peru tinggal di desa-desa kecil yang bertebaran di pegunungan Andes dan di dalam hutan rimba sekitar hulu Sungai Amazon. Bagaimana mereka dapat dijangkau? Pada tahun 1971 sebuah keluarga Saksi dari Amerika Serikat bepergian ke Peru untuk mengunjungi putra mereka yang adalah seorang utusan injil, Joe Leydig. Sewaktu mereka memperhatikan banyaknya desa yang terletak di sana sini di lembah-lembah pegunungan, kepedulian mereka akan orang-orang ini menggerakkan mereka untuk berbuat sesuatu. Mula-mula mereka membantu menyediakan sebuah rumah mobil, dan kemudian dua buah lagi, serta sepeda-sepeda khusus untuk jalan setapak yang dapat digunakan dalam ekspedisi pengabaran yang luas ke daerah-daerah yang terpencil ini.

Walaupun berbagai upaya dikerahkan, di banyak tempat agaknya hanya sedikit sekali yang memperlihatkan minat kepada berita Alkitab. Saudara dapat membayangkan bagaimana perasaan kelompok yang terdiri dari enam utusan injil muda di Barquisimeto, Venezuela, pada awal tahun 1950-an ketika, setelah setahun penuh mengabar dengan rajin, mereka hampir tidak melihat adanya kemajuan. Walaupun orang-orang cukup ramah, kebanyakan dari mereka sangat dipengaruhi oleh takhayul dan menganggapnya dosa bahkan untuk membaca sebuah ayat dari Alkitab. Kalaupun ada yang memperlihatkan minat, ia akan segera ditakut-takuti oleh anggota-anggota keluarga atau para tetangga. (Mat. 13:19-21) Tetapi dengan penuh keyakinan bahwa pasti ada beberapa orang yang bersifat domba di Barquisimeto dan bahwa Yehuwa akan mengumpulkan mereka pada waktunya, para utusan injil terus berkunjung dari rumah ke rumah. Maka, betapa menghangatkan hati bagi Penny Gavette ketika suatu hari seorang wanita yang sudah beruban mendengarkan kepadanya dan kemudian mengatakan,

”Senorita, sudah sejak remaja saya menunggu kedatangan seseorang ke rumah saya untuk menerangkan hal-hal yang baru Anda katakan tadi. Begini, waktu saya masih muda, saya biasa membersihkan rumah seorang imam, dan ia mempunyai sebuah Alkitab dalam perpustakaannya. Saya tahu bahwa kami dilarang untuk membacanya, tetapi saya begitu ingin tahu mengenai alasannya hingga pada suatu hari, tanpa ada yang melihat, saya membawanya pulang dan membacanya secara diam-diam. Apa yang saya baca menyadarkan saya bahwa Gereja Katolik tidak mengajarkan kebenaran kepada kami dan karena itu bukanlah agama yang benar. Saya takut mengatakan apa pun kepada siapa pun, tetapi saya yakin bahwa pada suatu hari mereka yang mengajarkan agama yang sejati akan datang ke kota kami. Ketika agama Protestan datang, saya mula-mula mengira bahwa merekalah itu, tetapi saya segera mendapati bahwa mereka mengajarkan banyak kepalsuan yang sama yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Nah, apa yang baru saja Anda katakan kepada saya sama dengan apa yang saya baca dalam Alkitab tersebut bertahun-tahun yang lampau.” Dengan senang sekali ia setuju untuk mempelajari Alkitab dan ia menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa. Meskipun mendapat tentangan dari keluarga, ia melayani Yehuwa dengan setia hingga kematiannya.

Cukup banyak upaya harus dikerahkan untuk mengumpulkan orang-orang yang bersifat domba ini ke dalam sidang-sidang dan melatih mereka untuk ikut serta dalam dinas Yehuwa. Sebagai contoh, di Argentina, Rosendo Ojeda secara tetap tentu menempuh perjalanan kira-kira 60 kilometer dari General San Martín, Chaco, untuk memimpin suatu perhimpunan di rumah Alejandro Sozoñiuk, seorang yang berminat. Perjalanan itu sering kali menghabiskan waktu sepuluh jam, sebagian perjalanan ditempuh dengan sepeda, sebagian berjalan kaki, kadang-kadang mengarungi air setinggi ketiak. Sekali sebulan selama lima tahun ia melakukan perjalanan itu, dan setiap kali ia tinggal selama seminggu untuk memberi kesaksian di daerah tersebut. Sedemikian berhargakah itu? Ia tidak ragu-ragu mengenai hal itu karena hasilnya adalah sebuah sidang yang berbahagia yang terdiri dari pemuji-pemuji Yehuwa.

Memajukan Pendidikan Demi Kehidupan

Di Meksiko, Saksi-Saksi Yehuwa melaksanakan pekerjaan mereka sesuai dengan hukum-hukum yang mengatur organisasi-organisasi kebudayaan di sana. Tujuan Saksi-Saksi adalah lebih daripada sekadar mengadakan perhimpunan untuk menyampaikan khotbah. Mereka ingin agar orang-orang sama seperti orang-orang Berea pada zaman rasul Paulus yang dapat ’dengan saksama menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semua yang diajarkan itu benar-benar demikian’. (Kis. 17:11, NW) Di Meksiko, seperti halnya di banyak negeri lain, sering kali hal ini berarti memberikan bantuan khusus kepada orang-orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah namun ingin dapat membaca sendiri Firman Allah yang terilham.

Kursus-kursus melek huruf yang dipimpin oleh Saksi-Saksi Yehuwa di Meksiko, telah membantu puluhan ribu orang di sana untuk belajar membaca dan menulis. Pekerjaan ini dihargai oleh Departemen Pendidikan Umum Meksiko, dan pada tahun 1974 seorang direktur di Kantor Pusat Pendidikan Orang Dewasa menulis sepucuk surat kepada La Torre del Vigía de México, suatu perkumpulan sipil yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, dengan menyatakan, ”Saya ingin menggunakan kesempatan ini dengan hangat mengucapkan selamat kepada Anda . . . atas kerja sama yang patut dipuji yang diberikan oleh perkumpulan Anda selama tahun ke tahun demi manfaat rakyat kita.”

Seraya menyiapkan orang-orang untuk kehidupan kekal sebagai warga-warga Kerajaan Allah, pendidikan yang diselenggarakan oleh Saksi-Saksi juga mengangkat harkat kehidupan keluarga mereka sekarang. Setelah seorang hakim di El Salto, Durango State, mengadakan upacara perkawinan pada berbagai kesempatan bagi Saksi-Saksi Yehuwa, ia menyatakan pada tahun 1952, ”Kita mengaku diri sebagai patriot dan warga negara yang begitu baik namun kita dipermalukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka adalah teladan bagi kita karena mereka tidak mengizinkan seorang pun dalam organisasi mereka hidup bersama namun belum mensahkan hubungannya. Dan kalian, hai orang-orang Katolik, hampir semua di antara kalian menempuh kehidupan yang amoral dan belum mensahkan perkawinan kalian.”

Program pendidikan ini juga membantu orang untuk belajar hidup bersama dengan damai, untuk saling mengasihi dan bukan membenci dan membunuh. Sewaktu seorang Saksi mulai mengabar di Venado, Guanajuato State, ia mendapati bahwa orang-orang semuanya dipersenjatai dengan bedil dan pistol. Permusuhan membuat keluarga-keluarga mengganyang satu sama lain. Tetapi pengajaran Alkitab menghasilkan perubahan-perubahan besar. Bedil dijual agar dapat membeli Alkitab. Lebih dari 150 orang di daerah itu segera menjadi Saksi-Saksi Yehuwa. Dalam arti kiasan, mereka ’menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak’ dan mulai menempuh jalan damai.—Mi. 4:3.

Banyak orang Meksiko yang takut akan Allah telah mencamkan dalam hati apa yang telah diajarkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa kepada mereka dari Firman Allah. Hasilnya, jumlah penyiar di Meksiko yang hanya beberapa ribu orang itu seusai Perang Dunia II segera melonjak menjadi 10.000, kemudian 20.000, 40.000, 80.000, dan lebih banyak lagi seraya Saksi-Saksi memperlihatkan kepada orang lain cara menerapkan nasihat Firman Allah dan cara mengajarkannya kepada orang lain.

Berhimpun Bersama Meski Dalam Kesulitan

Akan tetapi, seraya jumlah Saksi-Saksi Yehuwa meningkat mereka mendapati bahwa di negeri mana pun, mereka harus mengatasi rintangan-rintangan yang sulit untuk dapat mengadakan kebaktian-kebaktian untuk pengajaran Kristen. Di Argentina mereka dilarang oleh pemerintah pada tahun 1950. Meskipun demikian, karena taat kepada Allah, mereka tidak berhenti mengabar, ataupun lalai berhimpun bersama. Penyelenggaraannya memang lebih rumit, namun kebaktian-kebaktian tetap diadakan.

Misalnya, menjelang akhir tahun 1953, Saudara Knorr dan Saudara Henschel mengunjungi Argentina untuk melayani suatu kebaktian nasional. Saudara Knorr memasuki negeri tersebut dari barat, dan Saudara Henschel memulai kunjungannya di selatan. Mereka berbicara kepada kelompok-kelompok orang di perladangan, di kebun buah, pada kesempatan piknik di tepi sungai kecil di gunung, dan di rumah-rumah pribadi. Sering kali mereka harus melakukan perjalanan jarak jauh dari satu kelompok ke kelompok berikutnya. Setibanya di Buenos Aires, mereka masing-masing melayani pada acara-acara di sembilan lokasi dalam satu hari, dan di sebelas rumah keesokan harinya. Seluruhnya, mereka menyampaikan khotbah kepada 56 kelompok, dengan jumlah total hadirin 2.505 orang. Jadwalnya melelahkan, tetapi mereka senang dapat melayani saudara-saudara mereka dengan cara itu.

Ketika mempersiapkan suatu kebaktian di Kolombia pada tahun 1955, Saksi-Saksi mengontrak sebuah balai di Barranquilla. Akan tetapi, di bawah tekanan dari uskup, campur tangan wali kota dan gubernur, kontrak dibatalkan. Hanya dengan pemberitahuan satu hari sebelumnya, saudara-saudara mengalihkan tempat kebaktian, dan mengatur agar itu diadakan di halaman kantor cabang Lembaga. Meskipun demikian, sewaktu acara malam pertama tengah berlangsung, polisi bersenjata tiba dengan perintah untuk membubarkan kebaktian. Saudara-saudara tetap melanjutkannya. Suatu imbauan kepada wali kota pada keesokan paginya, menyebabkan sekretarisnya meminta maaf, dan hampir 1.000 orang berjejal-jejal di kompleks Lembaga pada hari terakhir acara Kebaktian ”Kerajaan yang Berkemenangan” tersebut. Walaupun mengalami situasi-situasi yang ada pada waktu itu, saudara-saudara dengan demikian dikuatkan oleh nasihat rohani yang dibutuhkan.

Melayani di Tempat yang Lebih Membutuhkan

Ladangnya luas, dan para pekerja sangat dibutuhkan di Amerika Latin, sebagaimana halnya di banyak tempat lain. Pada tahun 1957, di kebaktian-kebaktian di seluruh dunia, Saksi-Saksi Yehuwa yang matang secara perorangan dan secara keluarga dianjurkan untuk mempertimbangkan agar benar-benar pindah dan bermukim di daerah yang lebih membutuhkan dan melaksanakan pelayanan mereka di sana. Sesudah itu anjuran serupa diberikan dengan berbagai cara. Undangan itu mirip dengan undangan yang disampaikan oleh Allah kepada rasul Paulus, yang dalam penglihatan melihat seorang pria yang memohon kepadanya, ”Menyeberanglah ke mari (”ke Makedonia”, NW) dan tolonglah kami!” (Kis. 16:9, 10) Bagaimana sambutan atas undangan zaman modern itu? Hamba-hamba Yehuwa menawarkan diri mereka dengan sukarela.—Mzm. 110:3.

Bagi keluarga yang memiliki anak-anak kecil, dibutuhkan iman yang kuat untuk keluar dari lingkungannya, meninggalkan sanak-saudara dan rumah serta pekerjaan duniawi, dan pindah ke suatu lingkungan yang sama sekali baru. Perpindahan itu mungkin mengharuskan mereka menerima standar kehidupan yang sangat berbeda dan, dalam beberapa situasi, mempelajari suatu bahasa yang baru. Namun, ribuan Saksi secara perorangan dan keluarga telah melakukan perpindahan demikian untuk membantu orang lain belajar tentang persediaan-persediaan Yehuwa yang pengasih untuk kehidupan kekal.

Sebagai tanggapan yang cepat, sejumlah Saksi-Saksi Yehuwa melakukan perpindahan menjelang akhir tahun 1950-an; yang lainnya pada tahun 1960-an; lebih banyak lagi pada tahun 1970-an. Dan perpindahan Saksi-Saksi ke daerah yang lebih membutuhkan terus berlangsung hingga dewasa ini.

Dari manakah mereka datang? Sejumlah besar dari Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan Selandia Baru. Banyak dari Inggris, Jerman, dan Prancis. Antara lain juga dari Austria, Belgia, Denmark, Finlandia, Italia, Jepang, Republik Korea, Norwegia, Spanyol, Swedia, dan Swiss. Seraya jumlah Saksi-Saksi Yehuwa bertambah di Argentina, Brasil, Meksiko, dan negeri-negeri lain di Amerika Latin, negeri-negeri ini juga telah menyediakan pekerja-pekerja yang rela melayani di negeri-negeri lain yang sangat membutuhkan. Serupa pula, di Afrika pekerja-pekerja yang bergairah telah pindah dari satu negeri ke negeri lain untuk membantu memberikan kesaksian.

Ke daerah mana saja mereka itu pindah? Negeri-negeri seperti Afghanistan, Malaysia, dan Senegal, dan pulau-pulau seperti Réunion dan St. Lucia. Kira-kira 1.000 orang pindah ke Irlandia, tempat mereka melayani selama berbagai jangka waktu. Sejumlah besar pergi ke Islandia, meskipun mengalami musim salju yang panjang dan gelap, dan beberapa tetap tinggal, menjadi pilar-pilar dalam sidang dan memberikan bantuan pengasih kepada mereka yang masih baru. Banyak hal baik telah dilakukan teristimewa di Amerika Tengah dan Selatan. Lebih dari 1.000 Saksi pindah ke Kolombia, lebih dari 870 ke Ekuador, lebih dari 110 ke El Salvador.

Harold dan Anne Zimmerman ada di antara mereka yang pindah. Mereka sudah pernah melayani sebagai guru utusan injil di Etiopia. Akan tetapi, pada tahun 1959, sewaktu mereka menyelesaikan urusan untuk pindah dari Amerika Serikat ke Kolombia agar dapat ikut serta menyebarkan berita Kerajaan di sana, mereka juga membesarkan empat orang anak, yang umurnya berkisar antara lima bulan sampai lima tahun. Harold pergi lebih dahulu untuk mencari pekerjaan. Ketika ia tiba di negeri itu, laporan warta berita setempat mengganggu pikirannya. Perang saudara yang tidak dinyatakan dengan resmi sedang berkecamuk, dan terjadi pembantaian besar-besaran di daerah pedalaman. ’Apakah saya benar-benar mau membawa keluarga saya kemari untuk hidup dalam kondisi seperti ini?’ demikian ia bertanya pada diri sendiri. Ia memeriksa ingatannya untuk mendapatkan suatu contoh atau prinsip penuntun dalam Alkitab. Apa yang muncul dalam ingatannya adalah kisah Alkitab tentang para mata-mata penakut yang membawa kembali laporan yang buruk tentang Negeri Perjanjian ke perkemahan Israel. (Bil. 13:25–14:4, 11) Itu membulatkan keputusannya; ia tidak ingin seperti mereka! Ia segera mengatur agar keluarganya datang. Baru setelah dana mereka menciut sampai tinggal tiga dolar saja, ia menemukan pekerjaan duniawi yang dibutuhkan, tetapi mereka memiliki apa yang benar-benar dibutuhkan. Banyaknya pekerjaan demikian yang harus dilakukannya untuk memberi nafkah keluarganya beraneka ragam dari tahun ke tahun, tetapi ia senantiasa berusaha tetap mengutamakan kepentingan Kerajaan. Ketika mereka mula-mula pergi ke Kolombia, ada kira-kira 1.400 Saksi di negeri itu. Betapa pertumbuhan yang menakjubkan telah mereka saksikan sejak itu!

Melayani di tempat yang lebih membutuhkan Saksi-Saksi tidak selalu mengharuskan seseorang pergi ke negeri lain. Ribuan Saksi secara perorangan dan keluarga telah pindah ke daerah-daerah lain di dalam negeri mereka sendiri. Sebuah keluarga di Bahia State, Brasil, pindah ke kota kecil Prado, yang belum ada Saksi-Saksi. Meskipun kaum pemimpin agama keberatan, mereka tetap tinggal dan bekerja di kota tersebut dan daerah sekitarnya selama tiga tahun. Sebuah bangunan gereja yang sudah tidak digunakan lagi dibeli dan diubah menjadi Balai Kerajaan. Tidak lama kemudian ada lebih dari seratus Saksi yang aktif di daerah itu. Dan itu baru permulaan.

Semakin banyak orang yang mengasihi keadilbenaran di Amerika Latin menyambut undangan yang dicatat di Mazmur 148, ’Pujilah Yah, hai orang-orang! Pujilah Yehuwa dari atas bumi, hai semua kelompok bangsa.’ (Ay. 1, 7-11, NW) Sesungguhnya, menjelang tahun 1975 terdapat pemuji-pemuji Yehuwa di setiap negara di Amerika Latin. Laporan untuk tahun tersebut menunjukkan bahwa 80.481 orang yang terorganisasi dalam 2.998 sidang, melayani di Meksiko. Ada 24.703 orang lagi di 462 sidang yang berbicara tentang Kerajaan Yehuwa di Amerika Tengah. Dan di Amerika Selatan terdapat 206.457 orang yang memuji Yehuwa di muka umum di 3.620 sidang.

Menjangkau Jauh ke Kepulauan Pasifik

Sementara perluasan cepat berlangsung di Amerika Selatan, Saksi-Saksi Yehuwa juga mengarahkan perhatian ke Kepulauan Pasifik. Ada ratusan pulau yang bertebaran antara Australia dan benua Amerika, dan banyak di antaranya seakan-akan sekadar menyembulkan kepalanya ke atas permukaan samudera, karena begitu kecilnya. Beberapa di antaranya hanya dihuni oleh beberapa keluarga; yang lain puluhan ribu orang. Pada awal tahun 1950-an, prasangka yang ada di kalangan berwenang tidak memungkinkan Lembaga Menara Pengawal untuk mengutus utusan-utusan injil ke banyak di antara pulau-pulau ini. Namun penduduk di sana juga harus mendengar tentang Yehuwa dan Kerajaan-Nya. Hal ini selaras dengan nubuat yang tercatat di Yesaya 42:10-12, yang berkata, ”Nyanyikanlah nyanyian baru bagi [Yehuwa] dan pujilah Dia dari ujung bumi! . . . Baiklah mereka . . . memberitakan pujian yang kepadaNya di pulau-pulau.” Maka, pada tahun 1951, pada suatu kebaktian di Sydney, Australia, para perintis dan pengawas wilayah yang berminat ambil bagian dalam menyebarkan berita Kerajaan ke pulau-pulau itu diundang untuk bertemu dengan Saudara Knorr. Pada waktu itu kira-kira 30 orang merelakan diri untuk mengabar di kepulauan tropis.

Di antara mereka adalah Tom dan Rowena Kitto, yang segera mendapati diri mereka di Papua, yang pada waktu itu belum ada Saksi-Saksi. Mereka mengawali pekerjaan mereka di kalangan orang-orang Eropa di Port Moresby. Tidak lama kemudian mereka menghabiskan petang dan malam hari di Hanuabada, ”Desa Besar”, dengan suatu kelompok yang terdiri dari 30 hingga 40 orang Papua yang lapar akan kebenaran rohani. Dari mereka, berita menyebar ke desa-desa lain. Dalam waktu singkat, orang-orang Kerema mengutus suatu delegasi yang memohon agar pengajaran Alkitab diadakan dengan mereka. Kemudian seorang kepala kampung dari Haima datang dan memohon, ”Datanglah dan ajar rakyatku tentang kebenaran!” Demikianlah kebenaran menyebar.

Sepasang suami-istri lainnya, John dan Ellen Hubler, pergi ke Kaledonia Baru untuk memulai pekerjaan di sana. Sewaktu mereka tiba pada tahun 1954, mereka hanya mempunyai visa turis untuk satu bulan saja. Tetapi John mendapat pekerjaan duniawi, dan hal ini membantu mereka untuk memperoleh perpanjangan. Menjelang waktu, Saksi-Saksi lain—semuanya ada 31—mengadakan perpindahan serupa. Pada mulanya, mereka melaksanakan pelayanan mereka di daerah-daerah terpencil agar tidak terlalu menarik perhatian. Belakangan, mereka mulai mengabar di ibu kota, Nouméa. Sebuah sidang terbentuk. Kemudian, pada tahun 1959, seorang anggota Aksi Katolik memangku kedudukan penting dalam pemerintahan. Tidak ada lagi perpanjangan visa bagi Saksi-Saksi. Keluarga Hubler harus angkat kaki dari negeri itu. Publikasi Menara Pengawal dilarang. Namun, kabar baik Kerajaan telah tertanam dan jumlah Saksi-Saksi terus bertambah.

Di Tahiti banyak orang memperlihatkan minat kepada pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa ketika saudara-saudara mengadakan kunjungan-kunjungan singkat ke sana. Tetapi pada tahun 1957, belum ada Saksi-Saksi setempat, pekerjaan mereka dilarang, dan utusan-utusan injil Menara Pengawal ditolak masuk ke negeri itu. Akan tetapi, Agnes Schenck, seorang warga negara Tahiti yang pada waktu itu tinggal di Amerika Serikat, telah menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa. Ketika mendengar tentang kebutuhan akan pemberita Kerajaan di Tahiti, ia, suaminya, dan putra mereka berlayar dari Kalifornia pada bulan Mei 1958. Tidak lama sesudah itu dua keluarga lain bergabung dengan mereka, walaupun mereka hanya memperoleh visa turis untuk tiga bulan. Menjelang tahun berikutnya, sebuah sidang terbentuk di Papeete. Dan pada tahun 1960 pemerintah memberikan pengakuan kepada perkumpulan Saksi-Saksi Yehuwa yang diorganisasi secara lokal.

Agar dapat menyebarkan berita Kerajaan, dua saudari utusan injil dalam perjalanan kembali ke daerah penugasan mereka singgah untuk mengunjungi seorang kerabat di Pulau Niue. Satu bulan yang mereka manfaatkan di sana sangat produktif; banyak minat yang ditemukan. Namun ketika kapal antar-pulau berikutnya tiba, mereka harus pergi. Akan tetapi, Seremaia Raibe, seorang Fiji, segera memperoleh kontrak pekerjaan dengan Departemen Pekerjaan Umum di Niue dan kemudian menggunakan seluruh waktu luangnya untuk mengabar. Akan tetapi, sebagai akibat tekanan kaum pemimpin agama, izin menetap Saudara Raibe dibatalkan sesudah beberapa bulan, dan pada bulan September 1961 Dewan Perwakilan Rakyat memutuskan untuk tidak mengizinkan lagi seorang pun dari Saksi-Saksi Yehuwa masuk ke dalam negeri. Meskipun demikian, pemberitaan kabar baik di sana terus berlangsung. Dengan cara bagaimana? Saksi-Saksi setempat, walaupun masih baru, bertekun dalam melayani Yehuwa. Selain itu, pemerintah setempat telah setuju untuk mempekerjakan William Lovini, seorang pribumi Niue yang telah tinggal di Selandia Baru. Mengapa ia ingin sekali pulang ke Niue? Karena ia telah menjadi salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa dan ingin melayani di tempat yang lebih membutuhkan. Menjelang tahun 1964 jumlah Saksi di sana meningkat menjadi 34 orang.

Pada tahun 1973, David Wolfgramm, seorang warga negara Tonga, dengan istrinya dan delapan orang anak, tinggal dalam sebuah rumah yang nyaman di Selandia Baru. Namun mereka meninggalkan semua itu dan pindah ke Tonga untuk memajukan kepentingan Kerajaan. Dari sana mereka ikut membuat pekerjaan masuk sampai jauh ke Kepulauan Tonga, yang 30 pulau di antaranya berpenduduk.

Telah banyak waktu, upaya, dan biaya dikerahkan untuk mencapai pulau-pulau. Namun Saksi-Saksi Yehuwa memandang kehidupan sesama manusia mereka sebagai sesuatu yang berharga dan mereka rela berupaya habis-habisan membantu mereka memperoleh manfaat dari persediaan Yehuwa yang pengasih untuk kehidupan kekal dalam dunia barunya.

Satu keluarga yang menjual perladangan mereka di Australia dan pindah ke salah satu pulau di Pasifik menyatakan perasaan mereka sebagai berikut, ”Mendengar penduduk pulau ini berkata bahwa mereka sekarang mengenal Yehuwa, mendengar mereka memanggil anak-anak kami sebagai anak-anak mereka, semata-mata karena mereka mengasihi anak-anak demi kebenaran, mengamati kemajuan kepentingan Kerajaan dan pertambahan jumlah hadirin, mendengar orang-orang yang menyenangkan ini berkata, ’Anak-anak saya hanya akan menikah di dalam Tuhan,’ dan ini terjadi setelah sekian abad berpaut kepada tradisi pernikahan ala Timur, mengamati mereka meluruskan dan membereskan liku-liku rumah tangga, . . . melihat mereka belajar seraya menjaga ternak di pinggir jalan, setelah bekerja membanting tulang di ladang padi, mengetahui bahwa mereka sedang membahas di warung setempat dan di tempat-tempat lain tentang salahnya penyembahan berhala dan indahnya nama Yehuwa, mendengar seorang ibu berbangsa India menyapa kami sebagai saudara dan saudari dan meminta kami menemaninya guna menceritakan kepada sanak-saudaranya tentang Allah yang sejati . . . Semuanya ini menambah kepada berkat yang tidak ternilai karena kami telah mengambil langkah sebagai sambutan atas panggilan dari Pasifik Selatan.”

Akan tetapi, tidak hanya penduduk pulau-pulau di Pasifik ini yang mendapat perhatian. Mulai tahun 1964 perintis-perintis yang berpengalaman dari Filipina ditugaskan untuk memperkuat barisan utusan injil yang bergairah yang sudah bekerja di Hong Kong, Indonesia, Republik Korea, Laos, Malaysia, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.

Menghadapi Tekanan dari Keluarga dan Lingkungan Masyarakat

Sewaktu seseorang menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa, hal ini tidak selalu diterima semata-mata sebagai keputusan pribadi oleh keluarganya dan lingkungan masyarakat.—Mat. 10:34-36; 1 Ptr. 4:4.

Kebanyakan di antara mereka yang telah menjadi Saksi-Saksi Yehuwa di Hong Kong adalah kaum muda. Namun anak-anak muda ini telah berada di bawah tekanan yang hebat dalam suatu sistem yang memprioritaskan pendidikan tinggi dan pekerjaan dengan gaji besar. Orang-tua memandang anak-anak mereka sebagai investasi yang akan menjamin kehidupan nyaman di hari tua mereka. Maka, sewaktu orang-tua dari seorang pemuda di Kwun Tong menyadari bahwa pengajaran Alkitab, kehadiran di perhimpunan, dan dinas pengabaran dari putra mereka akan mengganggu dia dalam mencari uang, semakin gencar mereka melancarkan tentangan. Ayahnya mengejar dia dengan golok daging; ibunya meludahi dia di depan umum. Ia terus dicaci maki tak henti-hentinya selama berbulan-bulan. Pernah ia bertanya kepada orang-tuanya: ”Bukankah ayah dan ibu membesarkan saya karena kasih?” Dan mereka menjawab: ”Tidak, karena uang!” Meskipun demikian pemuda itu terus mendahulukan ibadatnya kepada Yehuwa; namun tatkala ia meninggalkan rumah, ia juga terus membantu orang-tuanya secara keuangan sebisa-bisanya, sebab ia tahu bahwa hal ini akan menyenangkan Yehuwa.—Mat. 15:3-9; 19:19.

Dalam lingkungan masyarakat yang erat hubungannya, tekanan berat sering datang bukan hanya dari keluarga terdekat. Seseorang yang mengalami ini adalah Fuaiupolu Pele di Samoa Barat. Di kalangan masyarakat Samoa dianggap sangat mustahil untuk menolak adat-istiadat dan agama dari nenek moyang, dan Pele mengetahui bahwa ia akan dimintai pertanggungjawaban. Ia belajar dengan tekun dan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Yehuwa. Sewaktu dipanggil menghadap oleh kepala suku tradisional dalam keluarganya ke suatu pertemuan di Faleasiu, ia berhadapan muka dengan enam orang ketua, tiga ahli pidato, sepuluh pastor, dua guru teologi, kepala suku tradisional yang memimpin pertemuan, dan tua-tua pria dan wanita dalam keluarga. Mereka mencaci maki dan mengutuki dia maupun seorang anggota keluarga lain yang menunjukkan minat kepada Saksi-Saksi Yehuwa. Suatu perdebatan terjadi; itu berlangsung hingga jam empat dini hari. Penggunaan Alkitab oleh Pele menjengkelkan beberapa orang yang hadir, dan mereka berteriak: ”Singkirkan Alkitab itu! Jangan pakai-pakai Alkitab itu!” Tetapi akhirnya kepala suku tradisional dengan suara lemah berkata: ”Engkau menang, Pele.” Tetapi Pele menjawab: ”Maafkan saya, Pak, saya tidak menang. Malam ini Bapak mendengar berita tentang Kerajaan. Saya dengan tulus berharap agar Bapak mau memperhatikannya.”

Bila Ada Tentangan Hebat dari Para Pemimpin Agama

Para misionaris Susunan Kristen telah datang ke Kepulauan Pasifik pada tahun 1800-an. Kedatangan mereka di banyak tempat berlangsung dengan damai; di tempat lain mendapat dukungan kekuatan militer. Di beberapa daerah mereka membagi pulau-pulau itu di antara mereka sendiri dengan ”permufakatan”. Tetapi ada juga perang agama, yang menyebabkan orang Katolik dan orang Protestan saling berperang untuk berkuasa. ”Gembala-gembala” agama ini, para pemimpin agama, kini menggunakan segala sarana yang dapat mereka gunakan untuk mencegah Saksi-Saksi Yehuwa masuk ke tempat yang mereka anggap sebagai daerah kekuasaan mereka. Kadang-kadang mereka menekan para pejabat untuk mengusir Saksi-Saksi dari pulau-pulau tertentu. Pada waktu-waktu lain mereka main hakim sendiri.

Di Pulau New Britain, di desa Vunabal, suatu kelompok dari suku Sulka menunjukkan minat besar kepada kebenaran Alkitab. Akan tetapi, suatu hari Minggu pada tahun 1959, sementara John Davison sedang memimpin pengajaran Alkitab dengan mereka, suatu gerombolan Katolik, di bawah pengarahan seorang pengajar katekismus Katolik, menyerobot masuk ke dalam rumah dan menghentikan pengajaran itu dengan teriakan dan caci maki. Hal ini dilaporkan ke polisi di Kokopo.

Sebaliknya daripada meninggalkan domba-domba, Saksi-Saksi kembali pada minggu berikutnya untuk terus memberikan bantuan rohani kepada orang-orang yang memperlihatkan penghargaan di Vunabal. Sang imam Katolik juga berada di sana, walaupun tidak diundang oleh penduduk desa, dan ia membawa serta beberapa ratus orang Katolik dari suku lain. Sesudah dihasut oleh sang imam, orang-orang dari gerejanya bersumpah-serapah kepada Saksi-Saksi, meludahi mereka, mengacung-acungkan tinju mereka, dan merobek-robek Alkitab penduduk desa itu, sementara imam itu berdiri berlipat tangan dan tersenyum. Polisi yang berusaha mengendalikan keadaan kelihatan gemetar. Banyak di antara penduduk desa juga menjadi takut. Namun sedikitnya salah seorang penduduk desa terbukti berani dan mengambil pendiriannya untuk apa yang diketahuinya sebagai kebenaran. Kini, ratusan orang lain di pulau tersebut telah melakukan hal yang sama.

Akan tetapi, tidak semua guru agama memperlihatkan semangat bermusuhan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa. Shem Irofa’alu, di Kepulauan Solomon, merasakan tanggung jawab yang tulus terhadap mereka yang memandang dia sebagai pemimpin agama mereka. Sesudah membaca buku terbitan Lembaga Menara Pengawal berjudul Dari Firdaus Hilang sampai Firdaus Dipulihkan, ia menyadari bahwa seseorang telah berdusta kepadanya. Ia dan para guru agama yang ada di bawah wewenangnya mendengarkan pembahasan-pembahasan dengan Saksi-Saksi, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan membuka Alkitab untuk membaca ayat-ayatnya. Kemudian mereka setuju untuk menjadi Saksi-Saksi Yehuwa, maka mereka selanjutnya mengubah gereja-gereja di 28 desa mereka menjadi Balai-Balai Kerajaan.

Aliran Kebenaran yang Deras di Afrika

Khususnya mulai awal tahun 1920-an, banyak upaya dikerahkan agar orang-orang di semua bagian Afrika mendapat kesempatan untuk mengenal Yehuwa, Allah yang sejati, dan mendapat manfaat dari persediaan-persediaan-Nya yang pengasih. Sewaktu perang dunia kedua berakhir, terdapat Saksi-Saksi Yehuwa yang aktif di 14 negeri di benua Afrika. Ada 14 negeri lagi di Afrika yang telah dicapai dengan berita Kerajaan, tetapi di negeri-negeri ini tidak ada Saksi-Saksi yang melaporkan kegiatan pada tahun 1945. Selama 30 tahun berikutnya, sampai tahun 1975, pemberitaan kabar kesukaan menembus ke-19 negeri lain lagi di Afrika. Di hampir semua negeri ini, maupun di pulau-pulau sekitarnya, sidang-sidang mulai terbentuk—di beberapa negeri hanya sedikit, di Zambia lebih dari seribu, di Nigeria hampir dua ribu. Bagaimana semua itu terjadi?

Penyebaran berita Kerajaan itu bagaikan aliran air yang deras. Pada umumnya, air mengalir melalui alur-alur sungai, walaupun ada sebagian yang meluap ke tanah yang di sampingnya; dan jika ada rintangan menghalangi arus, air menemukan jalan alternatif atau volume dan tekanannya meningkat sehingga meluap.

Dengan menggunakan saluran-saluran organisasinya yang biasa, Lembaga Menara Pengawal menugaskan rohaniwan-rohaniwan sepenuh waktu—perintis, perintis istimewa, dan utusan injil—ke negeri-negeri yang belum atau baru sedikit mendapat pemberitaan. Ke mana pun mereka pergi, mereka mengundang orang-orang untuk ”mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!” (Why. 22:17) Sebagai contoh, di Afrika bagian utara, empat perintis istimewa dari Prancis menyampaikan undangan tersebut kepada orang-orang di Aljazair pada tahun 1952. Segera seorang wanita peramal di sana menerima kebenaran, mengakui bahwa ia harus meninggalkan profesinya agar dapat menyenangkan Yehuwa, dan mulai memberi kesaksian kepada para bekas langganannya. (Ul. 18:10-12) Para perintis menggunakan buku ”Karena Allah Itu Benar Adanya” secara efektif untuk membantu orang-orang yang tulus hati melihat perbedaan antara Alkitab dan tradisi agama. Begitu berkuasanya buku itu dalam membebaskan orang dari praktek-praktek agama palsu sehingga seorang pemimpin agama memperlihatkan buku itu di mimbar dan melontarkan kutukan atasnya, atas mereka yang menyebarkannya, dan atas mereka yang membacanya.

Pada tahun 1954 seorang utusan injil diusir dari Spanyol Katolik karena mengajarkan Alkitab tanpa persetujuan para pemimpin agama; maka tahun berikutnya, ia dan rekan perintisnya mulai mengabar di Maroko. Segera mereka ditemani oleh satu keluarga yang terdiri dari lima orang Saksi-Saksi Yehuwa yang telah dideportasi dari Tunisia, tempat pernah terjadinya kehebohan besar ketika sepasang suami-istri Yahudi menerima Yesus sebagai Mesias dan segera mulai menyebarkan kepercayaan mereka yang baru kepada orang-orang lain. Lebih jauh ke selatan, perintis-perintis dari Ghana diarahkan ke Mali pada tahun 1962. Belakangan, perintis-perintis dari Prancis yang melayani di Aljazair juga diminta untuk membantu di Mali. Pada gilirannya, cukup banyak dari mereka yang di kemudian hari menjadi Saksi-Saksi di sana terjun dalam barisan dinas sepenuh waktu. Pada tahun 1966 delapan perintis istimewa dari Nigeria memulai penugasan di Niger, negeri yang jarang penduduknya dan yang mencakup bagian Gurun Sahara. Burundi mendapat kesempatan untuk mendengar berita Kerajaan ketika dua perintis istimewa diutus ke sana dari Rhodesia Utara (kini Zambia) pada tahun 1963, disusul oleh empat utusan injil keluaran Sekolah Gilead.

Ada juga utusan-utusan injil di Etiopia pada awal tahun 1950-an. Pemerintah Etiopia menuntut agar mereka mendirikan suatu misi yang permanen dan mengajar di sekolah, dan hal-hal tersebut mereka lakukan. Namun, di samping itu, mereka sibuk mengajarkan Alkitab, dan segera orang-orang terus berdatangan ke rumah utusan injil, orang-orang baru yang setiap hari datang untuk meminta agar seseorang membantu mereka memahami Alkitab. Selama tiga dekade sesudah Perang Dunia II, 39 negeri di benua Afrika mendapat manfaat dari bantuan para utusan injil keluaran Gilead tersebut.

Pada waktu yang sama, air kebenaran meluap ke daerah-daerah yang kering rohani dengan perantaraan Saksi-Saksi Yehuwa yang pekerjaan duniawinya menyebabkan mereka mengadakan kontak dengan orang-orang lain. Demikianlah, Saksi-Saksi dari Mesir yang karena pekerjaannya harus pindah ke Libia pada tahun 1950 mengabar dengan bergairah selama jam-jam mereka tidak bekerja. Pada tahun yang sama seorang Saksi yang adalah saudagar kain wol, bersama keluarganya, pindah dari Mesir ke Khartum, Sudan. Ia membuat kebiasaan untuk memberi kesaksian kepada para pelanggannya sebelum mengadakan bisnis dengan mereka. Salah seorang dari Saksi-Saksi yang pertama di Senegal (pada waktu itu bagian dari Afrika Barat Prancis) pergi ke sana, pada tahun 1951, sebagai wakil sebuah firma niaga. Ia juga menghargai tanggung jawabnya sebagai seorang Saksi dari Yang Mahatinggi. Pada tahun 1959, karena pekerjaan duniawinya, seorang Saksi pergi ke Fort-Lamy (kini N’Djamena), di daerah yang kemudian dikenal sebagai Chad, dan ia menggunakan kesempatan itu untuk menyebarkan berita Kerajaan di negeri tersebut. Di negeri-negeri yang berbatasan dengan Niger terdapat pedagang-pedagang yang adalah Saksi-Saksi Yehuwa; jadi, sementara perintis-perintis istimewa sibuk di Niger sejak tahun 1966 dan seterusnya, pedagang-pedagang ini juga mengabar kepada orang-orang dari Niger yang mengadakan bisnis dengan mereka. Dan dua Saksi yang suami mereka bekerja di Mauritania pada tahun 1966 menggunakan kesempatan untuk memberi kesaksian di daerah tersebut.

Orang-orang yang disegarkan oleh ’air kehidupan’ membagikannya kepada orang-orang lain. Misalnya, pada tahun 1947 seorang yang telah menghadiri beberapa perhimpunan namun ia sendiri belum menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa pindah dari Kamerun ke Ubangi-Shari (kini Republik Afrika Tengah). Ketika ia mendengar tentang seorang pria di Bangui yang sangat berminat kepada Alkitab, ia dengan murah hati mengatur agar kantor Lembaga Menara Pengawal di Swiss mengirim sebuah buku kepadanya. Etienne Nkounkou, si penerima, gembira sekali akan makanan rohani yang sehat yang terkandung di dalamnya, dan setiap minggu ia membacakan isi buku tersebut kepada sekelompok orang lain yang berminat. Mereka menghubungi kantor pusat Lembaga. Seraya pengetahuan mereka bertambah, kelompok belajar tersebut juga menjadi kelompok pengabaran. Walaupun tekanan dari para pemimpin agama mengakibatkan diberlakukannya larangan pemerintah atas lektur Menara Pengawal, Saksi-Saksi yang baru ini terus mengabar dengan Alkitab saja. Orang-orang di negeri itu senang sekali mendengar diskusi-diskusi Alkitab, maka menjelang saat larangan atas beberapa publikasi Lembaga dicabut pada tahun 1957, Saksi-Saksi di sana sudah berjumlah lebih dari 500 orang.

Bila Rintangan-Rintangan Muncul

Bila rintangan-rintangan menghambat arus air yang memberi kehidupan, air itu segera mengalir terus dengan cara tertentu lainnya. Ayité Sessi, seorang perintis dari Dahomey (kini Benin), sudah sempat mengabar di Togo Prancis (kini Togo) selama waktu yang singkat pada tahun 1949 ketika pemerintah memaksa dia untuk angkat kaki dari sana. Namun tahun berikutnya Akakpo Agbetor, seorang bekas petinju yang berasal dari Togo, kembali ke tanah airnya bersama adik laki-lakinya. Karena ini adalah negeri kelahirannya, ia dapat memberi kesaksian dengan agak bebas, bahkan mengadakan perhimpunan. Walaupun perintis-perintis yang telah mendapat penugasan di Fernando Po (kini bagian dari Guinea Ekuatorial) kira-kira pada tahun 1950 dideportasi sesudah waktu yang singkat akibat tidak ada toleransi agama, Saksi-Saksi lain belakangan memperoleh kontrak kerja yang memungkinkan mereka tinggal di daerah tersebut. Dan, tentu saja, selaras dengan perintah Yesus, mereka mengabar.—Mrk. 13:10.

Emmanuel Mama, seorang pengawas wilayah dari Ghana, dikirim ke Volta Hulu (kini disebut Burkina Faso) selama beberapa minggu pada tahun 1959 dan dapat memberikan banyak kesaksian di Ouagadougou, ibu kotanya. Tetapi tidak ada Saksi-Saksi yang tinggal di negeri itu. Empat tahun kemudian, tujuh Saksi yang berasal dari Togo, Dahomey (kini Benin), dan Kongo, pindah ke Ouagadougou dan mencari pekerjaan agar mereka dapat melayani di daerah ini. Beberapa bulan kemudian, mereka ditemani oleh beberapa perintis istimewa dari Ghana. Akan tetapi, akibat tekanan para pemimpin agama atas para pejabat, pada tahun 1964, sesudah Saksi-Saksi berada di sana selama kurang dari setahun, mereka ditangkap, ditahan selama 13 hari, dan kemudian diusir dari negeri itu. Apakah segala upaya mereka itu membawa imbalan? Emmanuel Johnson, seorang penduduk negeri itu, telah mengetahui di mana kebenaran Alkitab dapat ditemukan. Ia terus belajar dengan Saksi-Saksi Yehuwa melalui surat, dan ia dibaptis pada tahun 1969. Ya, pekerjaan Kerajaan telah mendapat tempat berpijak di sebuah negeri lagi.

Ketika diajukan permohonan visa yang memungkinkan utusan-utusan injil keluaran Sekolah Gilead melayani di Pantai Gading (atau Côte d’Ivoire), para pejabat Prancis tidak memberikan izin. Maka, pada tahun 1950, Alfred Shooter, dari Pantai Emas (kini Ghana), dikirim ke ibu kota Pantai Gading sebagai perintis. Setelah ia menetap, istrinya bergabung dengan dia; dan beberapa bulan kemudian, sepasang suami-istri utusan injil, Gabriel dan Florence Paterson, datang. Problem-problem timbul. Suatu hari, lektur mereka disita karena tidak diakui oleh pemerintah, dan saudara-saudara kena denda. Tetapi belakangan mereka mendapati buku-buku mereka dijual di pasar, maka mereka membelinya kembali dan memanfaatkannya dengan baik.

Sementara itu saudara-saudara ini mendatangi sejumlah kantor pemerintah dalam upaya memperoleh visa permanen. Tn. Houphouët-Boigny, yang kemudian menjadi presiden Pantai Gading, menawarkan bantuan. ”Kebenaran,” komentar beliau, ”tidak mengenal rintangan sama sekali. Ia bagaikan sungai yang besar; bila dibendung, air akan meluap dari bendungan itu.” Sewaktu seorang imam Katolik dan seorang rohaniwan Metodis berupaya menghalangi, Ouezzin Coulibaly, seorang wakil pemerintah, berkata, ”Saya mewakili rakyat dari negara ini. Kamilah rakyatnya, dan kami menyukai Saksi-Saksi Yehuwa, maka kami ingin mereka tinggal di negara ini.”

Murid-Murid yang Sungguh-Sungguh Mengerti

Ketika memberikan instruksi untuk ’menjadikan murid dari orang-orang segala bangsa’, Yesus juga memberi petunjuk agar mereka yang akan menjadi muridnya—mereka yang percaya kepada ajaran-ajaran Kristus dan menerapkannya—harus dibaptis. (Mat. 28:19, 20, NW) Selaras dengan ini, penyelenggaraan diadakan untuk pembaptisan murid-murid baru di kebaktian berkala dari Saksi-Saksi Yehuwa. Jumlah yang dibaptis pada suatu kesempatan mungkin relatif sedikit. Akan tetapi, pada suatu kebaktian tahun 1970 di Nigeria, ada 3.775 Saksi baru yang dibaptis. Namun demikian, jumlah yang besar bukan menjadi tujuannya.

Ketika disadari pada tahun 1956 bahwa beberapa orang di Pantai Emas yang dibaptis tidak membangun iman mereka di atas fondasi yang memadai, suatu pengaturan dimulai untuk menyaring calon-calon pembaptisan. Tanggung jawab diberikan kepada para pengawas sidang setempat di Pantai Emas untuk memeriksa secara pribadi setiap calon pembaptisan guna memastikan bahwa ia mempunyai pengetahuan yang benar tentang kebenaran dasar Alkitab, bahwa ia hidup selaras dengan standar-standar Alkitab, dan bahwa ia dengan jelas mengerti kewajiban-kewajiban seorang Saksi-Saksi Yehuwa yang berbakti dan terbaptis. Menjelang waktu, prosedur serupa diberlakukan di seluruh dunia. Suatu rangka terperinci yang digunakan untuk meninjau kembali ajaran dasar Alkitab bersama para calon pembaptisan disediakan pada tahun 1967 di dalam buku ”Firmanmu Adalah Pelita bagi Kakiku”. Setelah bertahun-tahun diterapkan, perbaikan lebih lanjut dari rangka tersebut diterbitkan pada tahun 1983 dalam buku Diorganisir untuk Melaksanakan Pelayanan Kita.

Dengan penyelenggaraan demikian, apakah kebutuhan orang-orang yang tidak atau sedikit mengenyam pendidikan formal ikut diperhatikan?

Menanggulangi Masalah Buta Huruf

Pada tahun 1957 Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa kira-kira 44 persen dari penduduk dunia yang berusia 15 tahun atau lebih tidak bisa membaca atau menulis. Dilaporkan bahwa dalam 42 negeri di Afrika, 2 di benua Amerika, 28 di Asia, dan 4 di Oceania, 75 persen dari orang-orang dewasanya buta huruf. Namun, mereka juga membutuhkan kesempatan untuk belajar tentang hukum Allah sehingga mereka dapat mempersiapkan diri untuk menjadi warga Kerajaan-Nya. Banyak orang yang tidak bisa membaca memiliki pikiran yang tajam dan dapat mengingat banyak dari apa yang mereka dengar, namun mereka tetap tidak bisa membaca sendiri Firman Allah yang sangat berharga itu dan menggunakan alat bantu pengajaran Alkitab yang tercetak.

Selama bertahun-tahun Saksi-Saksi secara perorangan memberikan bantuan pribadi kepada orang-orang yang ingin belajar membaca. Akan tetapi, pada tahun 1949 dan 1950, kursus-kursus melek huruf diresmikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa di setiap sidang mereka di banyak negeri Afrika. Kursus-kursus itu biasanya diadakan di Balai Kerajaan, dan di beberapa tempat seluruh desa diundang untuk mendapat manfaat dari program itu.

Di tempat-tempat yang program melek hurufnya disponsori oleh pemerintah, Saksi-Saksi Yehuwa dengan senang hati bekerja sama. Akan tetapi, di banyak daerah, Saksi-Saksi harus mengembangkan dan menggunakan buku pedoman pengajaran mereka sendiri. Puluhan ribu orang, termasuk ribuan wanita dan orang lanjut usia, telah dibantu menjadi melek huruf melalui kelas-kelas yang dipimpin oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Sebagai hasil dari kurikulum kursus itu, mereka bukan hanya telah belajar membaca dan menulis tetapi pada waktu yang sama mereka juga mengetahui kebenaran-kebenaran dasar dari Firman Allah yang Kudus. Ini telah membantu mereka untuk memenuhi syarat dalam pekerjaan menjadikan murid yang diperintahkan oleh Yesus. Keinginan untuk melakukannya secara efektif telah memberi motivasi kepada banyak orang untuk mengerahkan upaya yang sungguh-sungguh untuk belajar membaca.

Ketika seorang Saksi yang baru di Dahomey (kini Benin), Afrika Barat, ditolak oleh seorang penghuni rumah karena Saksi itu tidak bisa membaca, maka Saksi itu memutuskan untuk mengatasi masalah tersebut. Selain menghadiri kursus-kursus melek huruf, ia secara pribadi mempraktekkannya sendiri. Enam minggu kemudian ia mengunjungi penghuni rumah yang sama; pria itu begitu tercengang mendengar orang ini, yang belum lama berselang masih buta huruf, membacakan kepadanya dari Firman Allah sehingga ia juga menunjukkan minat kepada apa yang diajarkan oleh Saksi itu. Beberapa saudara yang telah diajar dalam kursus-kursus melek huruf ini, menjelang waktu, bahkan menjadi pengawas keliling, dengan mengajar sejumlah sidang. Halnya demikian dengan Ezekiel Ovbiagele di Nigeria.

Mendidik Dengan Menggunakan Film dan Pertunjukan Slide

Untuk membantu mereka yang memperlihatkan minat kepada Alkitab agar menghargai besarnya organisasi Yehuwa yang kelihatan, sebuah film diterbitkan pada tahun 1954. Film ini, Masyarakat Dunia Baru Sedang Beraksi, juga membantu mematahkan prasangka masyarakat ramai.

Di negara yang kini bernama Zambia, sering diperlukan sebuah generator portabel untuk mempertunjukkan film. Sebuah kain kanvas putih yang dibentangkan di antara dua buah pohon digunakan sebagai layar. Di Propinsi Barotse, kepala suku tertinggi menonton film itu dengan keluarga bangsawannya, dan kemudian ia ingin agar film itu dipertunjukkan bagi umum. Hasilnya, pada malam berikut ada 2.500 orang yang menonton film itu. Jumlah hadirin untuk pertunjukan film ini di Zambia selama jangka waktu 17 tahun melebihi satu juta orang. Mereka yang hadir gembira sekali atas apa yang mereka saksikan. Dari daerah yang berdekatan, Tanganyika (kini bagian Tanzania) dilaporkan bahwa seusai pertunjukan film, ruangan dipenuhi dengan seruan orang banyak yang berkata, ”Ndaka, ndaka” (Terima kasih, terima kasih).

Sesudah film Masyarakat Dunia Baru Sedang Beraksi, film-film lain menyusul: Kebahagiaan dari Masyarakat Dunia Baru, Mengumumkan ”Kabar Kesukaan Kekal” di Seluruh Dunia, Allah Tak Dapat Berdusta, dan Warisan. Ada juga berbagai pertunjukan slide, dengan komentar tentang bukti betapa praktisnya Alkitab bagi zaman kita, asal usul kafir dari doktrin-doktrin dan praktek-praktek Susunan Kristen, dan arti keadaan dunia dalam terang nubuat Alkitab, maupun slide yang memperlihatkan Saksi-Saksi Yehuwa sebagai satu organisasi, menyorot kunjungan ke kantor pusat sedunia, kebaktian-kebaktian yang menggetarkan hati di negeri-negeri yang dahulunya melarang mereka, dan tinjauan kembali mengenai sejarah mereka di zaman modern. Semua ini telah membantu orang menyadari bahwa Yehuwa memang memiliki suatu umat di atas bumi dan bahwa Alkitab adalah Firman-Nya yang terilham.

Mengenali Domba yang Sejati

Di negeri-negeri tertentu, orang-orang yang sekadar memiliki beberapa publikasi Menara Pengawal mengaku diri Saksi-Saksi Yehuwa atau menggunakan nama Menara Pengawal. Namun apakah mereka telah mengubah segala kepercayaan dan cara hidup mereka agar diselaraskan dengan standar-standar Alkitab? Ketika diberikan pengajaran yang dibutuhkan, apakah mereka membuktikan diri sebagai orang yang benar-benar bersifat domba yang memperhatikan suara sang Majikan, Yesus Kristus?—Yoh. 10:4, 5.

Sepucuk surat yang mencengangkan diterima oleh kantor cabang Lembaga Menara Pengawal di Afrika Selatan, pada tahun 1954, dari sekelompok orang Afrika di Baía dos Tigres, sebuah perkampungan orang hukuman di selatan Angola. Si penulis, João Mancoca, menyatakan, ”Kelompok Saksi-Saksi Yehuwa di Angola terdiri dari 1.000 anggota. Mereka ini mempunyai pemimpin yang bernama Simão Gonçalves Toco.” Siapa gerangan Toco? Apakah para pengikutnya benar-benar Saksi-Saksi Yehuwa?

Penyelenggaraan dibuat agar John Cooke, seorang utusan injil yang dapat berbicara dalam bahasa Portugis, mengunjungi Angola. Sesudah wawancara panjang dengan seorang pejabat kolonial, Saudara Cooke diizinkan untuk mengunjungi Mancoca. Saudara Cooke mendapati bahwa pada tahun 1940-an, sewaktu Toco bergabung dengan suatu misi Baptis di Kongo Belgia (kini Zaire), ia telah memperoleh sejumlah lektur Menara Pengawal dan membagikan kepada rekan-rekan dekatnya apa yang telah dipelajarinya. Namun kemudian, para penganut spiritisme mempengaruhi kelompok tersebut, dan menjelang waktu Toco sama sekali berhenti menggunakan lektur Menara Pengawal dan Alkitab. Sebaliknya, ia mencari petunjuk melalui medium roh. Para pengikutnya dipulangkan kembali ke Angola oleh pemerintah dan kemudian disebarkan ke berbagai tempat di dalam negeri.

Mancoca pernah menjadi salah seorang rekan Toco, tetapi Mancoca mencoba berupaya membujuk yang lain untuk tidak lagi mempraktekkan spiritisme dan untuk berpaut kepada Alkitab. Beberapa pengikut Toco tidak menyukai ini dan, melancarkan tuduhan-tuduhan palsu, mengadukan Mancoca kepada kalangan berwenang Portugis. Akibatnya, Mancoca dan mereka yang berpandangan sama dengannya dideportasi ke perkampungan orang-orang hukuman. Dari sana ia berhubungan dengan Lembaga Menara Pengawal dan memperoleh lebih banyak lektur Alkitab. Ia seorang yang rendah hati, berpikiran rohani, dan sangat berminat untuk bekerja erat dengan organisasi yang melaluinya ia telah belajar kebenaran. Sesudah Saudara Cooke menggunakan berjam-jam untuk membahas kebenaran-kebenaran Alkitab dengan kelompok ini, ia tidak ragu-ragu lagi bahwa João Mancoca benar-benar salah satu dari domba-domba Tuhan. Dalam keadaan yang sangat sulit, Saudara Mancoca telah membuktikan hal tersebut selama bertahun-tahun hingga sekarang.

Berbagai wawancara juga telah diadakan dengan Toco dan beberapa pengikutnya. Akan tetapi, dengan beberapa perkecualian tertentu, mereka tidak memperlihatkan bukti bahwa mereka memiliki sifat-sifat seperti domba dari para pengikut Kristus. Jadi, pada waktu itu, jumlah Saksi-Saksi Yehuwa di Angola bukan 1.000 orang melainkan hanya kira-kira 25 orang.

Sementara itu, di Kongo Belgia (kini Zaire), telah berkembang suatu pengacauan identitas lainnya. Ada suatu gerakan agama dan politik yang dikenal sebagai Kitawala, yang kadang-kadang juga menggunakan nama Menara Pengawal. Di rumah beberapa anggotanya ditemukan publikasi-publikasi Saksi-Saksi Yehuwa yang telah mereka peroleh melalui pos. Tetapi kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek Kitawala (termasuk rasisme, subversi terhadap kalangan berwenang untuk mengadakan perubahan politik atau sosial, dan percabulan seksual yang mencolok atas nama ibadat) sama sekali tidak mewakili kepercayaan dan praktek Saksi-Saksi Yehuwa. Namun laporan-laporan tertentu yang diterbitkan berupaya untuk melibatkan Lembaga Menara Pengawal dari Saksi-Saksi Yehuwa dengan Kitawala.

Upaya berulang kali dari Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengirim pengawas-pengawas yang terlatih masuk ke dalam negeri ditolak mentah-mentah oleh para pejabat Belgia. Golongan Katolik dan Protestan sangat gembira. Khususnya sejak tahun 1949, tindakan-tindakan menindas yang kejam dilancarkan terhadap mereka di Kongo Belgia yang berupaya keras untuk mempelajari Alkitab dengan bantuan lektur Menara Pengawal. Namun halnya adalah sebagaimana dikatakan oleh salah seorang dari Saksi-Saksi yang setia di sana, ”Kami bagaikan sekarung jagung Afrika. Ke mana pun kami dibawa oleh mereka, Firman itu akan tercecer, satu per satu, sampai saat hujan datang, dan mereka akan melihat kami bertumbuh di mana-mana.” Maka demikianlah halnya bahwa walaupun keadaan sulit, sejak tahun 1949 hingga 1960, jumlah yang melaporkan kegiatan sebagai Saksi-Saksi Yehuwa meningkat dari 48 menjadi 1.528 orang.

Lambat laun para pejabat mulai menyadari bahwa Saksi-Saksi Yehuwa sangat berbeda dengan Kitawala. Ketika Saksi-Saksi mendapat kebebasan terbatas untuk berhimpun, para pengamat dari kalangan pemerintah sering memberi komentar tentang tingkah laku dan ketertiban mereka yang baik. Ketika ada demonstrasi yang disertai kekerasan untuk menuntut kemerdekaan politik, masyarakat mengetahui bahwa Saksi-Saksi Yehuwa tidak terlibat. Pada tahun 1961 seorang pengawas Saksi yang memenuhi syarat, Ernest Heuse, Jr., dari Belgia, akhirnya dapat masuk ke negeri itu. Dengan banyak upaya yang rajin, secara berangsur-angsur saudara-saudara dapat dibantu untuk lebih menyelaraskan sidang-sidang mereka dan kehidupan pribadi mereka dengan Firman Allah. Masih banyak yang harus dipelajari, dan hal itu menuntut banyak kesabaran.

Karena mengira akan menguntungkan kedudukan mereka, kelompok Kitawala dari beberapa daerah mengirimkan daftar panjang dari anggota-anggota mereka yang ingin diakui sebagai Saksi-Saksi Yehuwa. Dengan bijaksana Saudara Heuse mengutus saudara-saudara yang memenuhi syarat ke daerah-daerah ini untuk mencari tahu orang macam apa mereka itu. Sebaliknya daripada menerima kelompok-kelompok yang besar, mereka memimpin pengajaran Alkitab secara perorangan.

Pada waktunya, domba-domba yang sejati, yakni mereka yang benar-benar menganggap Yesus Kristus sebagai Gembala mereka, menjadi nyata. Dan ada banyak orang semacam ini. Pada gilirannya, mereka mengajar orang lain. Selama bertahun-tahun banyak utusan injil Menara Pengawal dari luar negeri datang untuk bekerja berdampingan dengan mereka, untuk membantu mereka agar memperoleh pengetahuan yang lebih saksama dari Firman Allah dan memberikan pelatihan yang dibutuhkan. Menjelang tahun 1975, ada 17.477 Saksi-Saksi Yehuwa di Zaire, yang diorganisasi dalam 526 sidang, sibuk mengabarkan dan mengajarkan Firman Allah kepada orang lain.

Mematahkan Daya Kekuatan Jimat

Di sebelah barat Nigeria terletak negara Benin (dahulu dikenal sebagai Dahomey), dengan penduduk yang terbagi dalam 60 kelompok etnis yang berbicara kurang lebih 50 bahasa dan dialek. Sebagaimana halnya di banyak tempat di Afrika, animisme adalah agama tradisional, dan ini disertai penyembahan kepada nenek moyang. Lingkungan agama semacam ini membuat kehidupan orang-orang menjadi redup karena takhayul dan perasaan takut. Banyak orang yang mengaku diri Kristen juga mempraktekkan animisme.

Sejak akhir tahun 1920-an hingga tahun 1940-an, Saksi-Saksi Yehuwa dari Nigeria menebarkan banyak benih kebenaran Alkitab di Dahomey dengan kunjungan sewaktu-waktu untuk menyebarkan lektur Alkitab. Banyak di antara benih-benih tersebut hanya membutuhkan sedikit penyiraman agar dapat berbuah. Penanganan tersebut diberikan pada tahun 1948 ketika Nouru Akintoundé, seorang pribumi Dahomey yang sebelumnya telah tinggal di Nigeria, kembali ke Dahomey untuk merintis. Dalam waktu empat bulan, 300 orang segera menyambut kebenaran dan ikut serta dengan dia dalam pelayanan pengabaran. Sambutan ini melebihi segala perkiraan yang masuk akal.

Sebagai akibat dari kegiatan ini, hasutan segera timbul bukan saja di antara kaum pemimpin agama Susunan Kristen melainkan juga di antara para animis. Ketika sekretaris dari kumpulan para pemuja jimat di Porto-Novo menunjukkan minat kepada kebenaran, pemimpin pemujaan kepada jimat mengumumkan bahwa sekretaris itu akan mati dalam tujuh hari. Tetapi bekas sekretaris kumpulan itu dengan tegas menyatakan, ”Jika jimat itulah yang menjadikan Yehuwa, saya akan mati; tetapi jika Yehuwa adalah Allah Yang Mahatinggi, maka Ia akan menaklukkan jimat itu.” (Bandingkan Ulangan 4:35; Yohanes 17:3.) Supaya ramalannya tergenap, pada malam yang keenam, pemimpin pemujaan kepada jimat itu mengumbar berbagai macam ilmu sihir dan kemudian mengumumkan bahwa bekas sekretaris kumpulan ini telah mati. Akan tetapi, para penyembah jimat itu dihinggapi ketakutan yang besar keesokan harinya ketika wanita itu datang ke pasar di Cotonou dalam keadaan segar bugar. Kemudian, salah seorang saudara menyewa sebuah mobil dan membawa saudari itu mengelilingi Porto-Novo sehingga semua orang dapat melihat sendiri bahwa ia masih hidup. Sesudah peristiwa ini, banyak penyembah jimat lainnya mengambil pendirian yang teguh demi kebenaran.—Bandingkan Yeremia 10:5.

Tak lama kemudian, sebagai akibat tekanan agama yang hebat, publikasi-publikasi Menara Pengawal dilarang di Dahomey. Tetapi karena taat kepada Allah Yehuwa, Saksi-Saksi terus mengabar, sering kali hanya dengan Alkitab. Kadang-kadang mereka bekerja dari rumah ke rumah sebagai ”pedagang”, dengan membawa berbagai barang. Jika percakapan berlangsung dengan baik, mereka mengalihkan perhatian kepada Alkitab, dan mereka bahkan mengeluarkan dari kantong tempel yang besar di balik baju mereka suatu eksemplar lektur Alkitab yang sangat berharga.

Bila polisi sangat menyulitkan mereka di kota, mereka akan mengabar di daerah pedesaan. (Bandingkan Matius 10:23.) Dan bila mereka dijebloskan ke dalam penjara, mereka mengabar di situ. Pada tahun 1955, Saksi-Saksi di dalam penjara menemukan sedikitnya 18 orang yang berminat di antara para penghuni penjara dan pejabat penjara di Abomey.

Hanya dalam jangka waktu satu dekade sesudah saudara perintis Dahomey itu kembali ke negeri asalnya untuk mengabar, ada 1.426 orang yang ambil bagian dalam pelayanan—dan halnya demikian walaupun pekerjaan mereka dilarang oleh pemerintah!

Lebih Banyak Pekerja Ambil Bagian Dalam Penuaian

Jelas bahwa banyak orang di seluruh Afrika lapar akan kebenaran. Tuaian memang besar, tetapi pekerja sedikit. Oleh karena itu saudara-saudara merasa dianjurkan seraya mereka melihat bagaimana Majikan dari tuaian, yakni Allah Yehuwa, menjawab doa mereka untuk mengirim lebih banyak pekerja guna membantu pengumpulan rohani.—Mat. 9:37, 38.

Banyak lektur telah disiarkan di Kenya pada tahun 1930-an oleh para perintis keliling, tetapi hanya sedikit pekerjaan tindak lanjut dilakukan. Akan tetapi, pada tahun 1949, Mary Whittington, dengan ketiga anaknya yang masih kecil, beremigrasi dari Inggris untuk tinggal di Nairobi bersama suaminya, yang bekerja di sana. Saudari Whittington belum sampai setahun dibaptis, namun ia memiliki semangat merintis. Walaupun ia belum mengenal seorang pun dari Saksi-Saksi di Kenya, ia pergi membantu orang-orang lain di daerah yang luas ini untuk belajar kebenaran. Meskipun adanya berbagai rintangan, ia tidak mundur. Saksi-Saksi lain juga datang—dari Australia, Inggris, Kanada, Afrika Selatan, Swedia, Amerika Serikat, dan Zambia—yang secara pribadi mengatur untuk pindah ke sana guna membagikan harapan Kerajaan kepada orang-orang.

Selain itu, pasangan-pasangan suami-istri utusan injil dikirim untuk membantu penuaian. Mula-mula para suami diwajibkan untuk bekerja duniawi agar dapat tinggal di negeri itu, dan karena itu waktu mereka yang tersedia untuk pelayanan terbatas. Namun istri mereka bebas melayani sebagai perintis. Menjelang waktu lebih dari seratus utusan injil keluaran Sekolah Gilead datang ke Kenya. Sewaktu hari kemerdekaan mendekat, dengan berakhirnya segregasi (pemisahan golongan) yang diberlakukan oleh pemerintahan kolonial Inggris, Saksi-Saksi Eropa mempelajari bahasa Swahili dan dengan cepat memperluas kegiatan mereka untuk mencapai pribumi Afrika. Jumlah Saksi-Saksi meningkat dengan cepat.

Pada tahun 1972, Botswana juga mendapat bantuan dalam menangani tuaian rohaninya sewaktu Saksi-Saksi dari Inggris, Kenya, dan Afrika Selatan pindah ke kota-kota besar negeri itu. Tiga tahun kemudian, utusan-utusan injil keluaran Sekolah Gilead juga datang. Akan tetapi, sebagian besar penduduk bertebaran di desa-desa pedalaman. Untuk mencapai mereka, Saksi-Saksi dari Afrika Selatan telah melakukan perjalanan melintasi kawasan gurun yang dikenal sebagai Kalahari. Di pemukiman-pemukiman terpencil tersebut mereka telah memberi kesaksian kepada kepala-kepala desa, kepada guru-guru sekolah, dan sering kali kepada kelompok-kelompok yang terdiri dari 10 atau 20 orang pendengar yang menghargai. Seorang pria yang lanjut usia berkata, ”Anda datang begitu jauh untuk berbicara dengan kami tentang perkara-perkara ini? Sungguh baik hati, baik hati sekali.”

”Bible Brown” telah menyampaikan khotbah-khotbah Alkitab yang penuh kuasa di Liberia selama tahun 1920-an, tetapi ada tentangan yang cukup kuat. Pekerjaan penuaian rohani di sana sebenarnya baru maju ketika utusan-utusan injil keluaran Sekolah Gilead tiba. Harry Behannan yang datang pada tahun 1946, adalah yang pertama. Lebih banyak lagi yang ambil bagian pada tahun-tahun berikutnya. Pribumi Liberia secara berangsur-angsur ikut serta dengan mereka dalam pekerjaan, dan menjelang tahun 1975 jumlah pemuji Yehuwa melampaui seribu orang.

Bahkan lebih banyak pengabaran telah dilakukan oleh ”Bible Brown” di Nigeria. Ini merupakan suatu negara yang terbagi atas banyak kerajaan, wilayah kota, dan sistem sosial, dengan orang-orang yang berbicara lebih dari 250 bahasa dan dialek. Agama adalah faktor pemecah-belah lebih lanjut. Dengan sedikit kebijaksanaan namun dengan argumentasi ayat-ayat Alkitab yang penuh kuasa, Saksi-Saksi yang mula-mula di sana menelanjangi kaum pemimpin agama dan ajaran-ajaran palsu mereka. Ketika lektur mereka dilarang selama Perang Dunia II, saudara-saudara mengabar hanya dengan Alkitab. Orang-orang yang mengasihi kebenaran menyambut dengan penuh penghargaan. Mereka berhenti dari gereja, kemudian meninggalkan poligami dan menyingkirkan ”juju” (jimat) mereka, yang oleh gereja telah ditoleransi. Menjelang tahun 1950 jumlah Saksi-Saksi Yehuwa yang ikut serta dalam mengumumkan berita Kerajaan di Nigeria ada 8.370. Menjelang tahun 1970 ada lebih dari sepuluh kali jumlah tersebut.

Rintangan-rintangan hukum yang terus berlangsung harus diatasi untuk dapat memberikan bantuan rohani kepada orang-orang yang berminat di Rhodesia Selatan (kini dikenal sebagai Zimbabwe). Upaya untuk memperoleh pengakuan resmi telah dimulai pada pertengahan tahun 1920-an. Pada tahun 1932 perintis-perintis dari Afrika Selatan diperintahkan untuk meninggalkan negeri dan secara sewenang-wenang diberi tahu bahwa mereka tidak bisa naik banding. Namun mereka naik banding juga. Tuduhan-tuduhan bahwa lektur Menara Pengawal bernada menghasut harus dihadapi di meja hijau. Pada awal tahun 1940-an, saudara-saudara meringkuk di penjara karena menyebarkan bacaan-bacaan yang menerangkan tentang Alkitab. Baru pada tahun 1966 Saksi-Saksi Yehuwa mendapat pengakuan resmi sepenuhnya sebagai suatu organisasi agama di Zimbabwe. Selama 40 tahun lebih, pekerjaan penuaian rohani telah berlangsung dengan cukup banyak kesulitan, namun selama masa tersebut pekerja-pekerja yang tabah hati telah membantu 11.000 orang lebih menjadi hamba-hamba Allah Yehuwa.

Memberi Kesaksian Kepada Gubernur dan Raja

Yesus mengetahui bahwa murid-muridnya akan menghadapi perlawanan dalam pelayanan mereka. Ia berkata kepada mereka bahwa mereka akan digugat ke hadapan ”pengadilan setempat”, bahkan ke hadapan ”gubernur-gubernur dan raja-raja”, dan bahwa ini adalah ”sebagai kesaksian kepada mereka dan bangsa-bangsa”. (Mat. 10:17, 18, NW) Saksi-Saksi Yehuwa telah mengalami tepat seperti yang dinubuatkan oleh Yesus, dan selaras dengan apa yang ia katakan, mereka telah berupaya menggunakan kesempatan itu untuk memberi kesaksian.

Beberapa pejabat telah membiarkan perasaan takut menahan diri mereka untuk berbuat baik terhadap pengikut-pengikut Kristus. (Yoh. 12:42, 43) Llewelyn Phillips melihat bukti mengenai hal ini pada tahun 1948 ketika ia mengadakan wawancara pribadi dengan sejumlah pejabat pemerintah di Kongo Belgia, dengan maksud mengupayakan keringanan bagi Saksi-Saksi yang dianiaya di sana. Ia menjelaskan kepada orang-orang ini tentang kepercayaan dan kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa. Namun selama wawancara itu, sang gubernur jenderal dengan prihatin bertanya, ”Lalu kalau saya membantu Anda, apa yang akan terjadi dengan saya?” Ia tahu bahwa Gereja Katolik Roma sangat berpengaruh di negeri itu.

Akan tetapi, kepala tertinggi bangsa Swazi, Raja Sobhuza II, tidak terlalu menghiraukan pendapat kaum pemimpin agama. Ia telah sering berbicara dengan Saksi-Saksi Yehuwa, sudah mempunyai banyak lektur mereka, dan bersikap ramah terhadap mereka. Pada hari ”Jumat Agung” setiap tahun, ia mengundang para pemimpin agama Afrika ke desa kerajaannya. Ia membiarkan mereka berbicara, tetapi ia juga mengundang salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa untuk berbicara. Pada tahun 1956 Saksi itu berbicara tentang doktrin jiwa yang tidak berkematian dan gelar-gelar kehormatan dari para pemimpin agama. Ketika ia selesai, kepala tertinggi bertanya kepada para pemimpin agama, ”Apakah hal-hal yang dikatakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa di sini benar atau salah? Jika salah, nyatakan alasannya.” Mereka tidak dapat membuktikan bahwa hal-hal tersebut salah. Pada satu peristiwa kepala tertinggi itu bahkan tertawa terbahak-bahak ketika para pemimpin agama menjadi takut sekali atas apa yang dikatakan oleh Saksi itu.

Sering kali tugas dilimpahkan kepada polisi untuk meminta alasan dari Saksi-Saksi mengenai apa yang mereka sedang lakukan. Dari sidang di Tangier, Maroko, Saksi-Saksi secara tetap tentu mengadakan perjalanan ke Ceuta, sebuah pelabuhan kapal di bawah pengawasan Spanyol tetapi di pantai Maroko. Pada suatu kesempatan tahun 1967, ketika Saksi-Saksi dihentikan oleh polisi, mereka diinterogasi selama dua jam, yang memungkinkan mereka memberi kesaksian yang bagus sekali. Suatu saat, dua inspektur polisi bertanya apakah Saksi-Saksi percaya kepada ”Perawan Maria”. Ketika diberitahukan bahwa catatan Injil memperlihatkan bahwa Maria mempunyai anak-anak lain sesudah Yesus dilahirkan oleh perawan Maria, dan bahwa mereka ini adalah saudara-saudara tiri laki-laki dan perempuan dari Yesus, petugas-petugas polisi itu berseru keheranan dan berkata bahwa hal demikian mustahil ada di dalam Alkitab. Sewaktu Yohanes 7:3-5 diperlihatkan, salah seorang polisi menatapnya agak lama tanpa berkata sepatah kata pun; maka rekannya berkata, ”Berikan kepada saya Alkitab itu. Saya akan menerangkan ayat itu!” Polisi pertama menjawab, ”Tidak usah. Ayat ini jelas sekali.” Banyak pertanyaan lain diajukan dan dijawab dalam suasana santai. Setelah itu hanya sedikit sekali gangguan dari para pejabat seraya Saksi-Saksi mengabar di daerah tersebut.

Orang-orang terkemuka dalam pemerintahan sudah mengenal baik Saksi-Saksi Yehuwa dan pelayanan mereka. Beberapa di antara mereka menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Saksi-Saksi benar-benar bermanfaat bagi orang-orang. Menjelang akhir tahun 1959, sewaktu dilakukan persiapan kemerdekaan Nigeria, gubernur jenderal, Dr. Nnamdi Azikiwe, memohon agar W. R. Brown hadir sebagai wakil dari Saksi-Saksi Yehuwa. Beliau berkata kepada Dewan Menteri, ”Jika semua aliran agama seperti Saksi-Saksi Yehuwa, tidak akan ada pembunuh, perampok, penjahat, tawanan di penjara dan bom atom. Pintu tidak usah dikunci siang dan malam.”

Tuaian rohani yang benar-benar besar sedang dikumpulkan di Afrika. Menjelang tahun 1975, ada 312.754 Saksi yang mengabarkan kabar baik di 44 negeri di benua Afrika. Di sembilan dari negeri-negeri tersebut, ada kurang dari 50 orang yang mengambil pendirian untuk kebenaran Alkitab dan ambil bagian dalam pekerjaan penginjilan. Namun Saksi-Saksi menganggap kehidupan setiap orang sangat berharga. Di 19 negeri di antaranya, orang-orang yang ambil bagian dalam pelayanan dari rumah ke rumah sebagai Saksi-Saksi Yehuwa berjumlah ribuan. Pertambahan yang dramatis dilaporkan di beberapa daerah. Di Angola misalnya, dari tahun 1970 hingga 1975, jumlah Saksi-Saksi telah bertambah dari 355 menjadi 3.055. Di Nigeria, pada tahun 1975 ada 112.164 Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka ini bukan sekadar orang-orang yang menikmati pembacaan lektur Menara Pengawal, dan mereka juga bukan sekadar orang-orang yang hanya sewaktu-waktu menghadiri perhimpunan di sebuah Balai Kerajaan. Mereka semua adalah pemberita yang aktif dari Kerajaan Allah.

Negeri-Negeri Timur Menghasilkan Pemuji-Pemuji Yehuwa

Sebagaimana halnya di banyak tempat lain, kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di Filipina berkembang dengan cepat seusai Perang Dunia II. Langsung setelah dibebaskan dari penjara pada tanggal 13 Maret 1945, Joseph Dos Santos menghubungi kantor Lembaga Menara Pengawal di New York. Ia ingin memperoleh semua bahan pengajaran Alkitab dan petunjuk-petunjuk organisasi yang tidak diterima oleh saudara-saudara di Filipina selama perang berlangsung. Kemudian ia mengunjungi sidang-sidang secara pribadi untuk mempersatukan dan menguatkan mereka. Pada tahun itu juga suatu kebaktian nasional diadakan di Lingayen, Pangasinan, dan petunjuk-petunjuk disampaikan tentang cara mengajar orang-orang yang lapar akan kebenaran melalui pengajaran Alkitab di rumah. Pada tahun-tahun berikutnya tampak upaya yang sungguh-sungguh dikerahkan untuk menerjemahkan dan menerbitkan lebih banyak bahan dalam bahasa-bahasa setempat—Tagalog, Iloko, dan Cebuano. Fondasi untuk ekspansi dibubuh dan hal itu cepat terjadi.

Dalam satu dekade sesudah perang berakhir, jumlah Saksi di Filipina meningkat dari kira-kira 2.000 menjadi lebih dari 24.000 orang. Setelah 20 tahun berlalu, ada lebih dari 78.000 pemuji Yehuwa di sana.

Di antara Negeri-Negeri Timur yang pertama menerima utusan-utusan injil keluaran Sekolah Gilead adalah Cina. Harold King dan Stanley Jones tiba di Shanghai pada tahun 1947; Lew Ti Himm, pada tahun 1949. Ketiga orang perintis Jerman yang telah memulai pekerjaan di sana pada tahun 1939 datang untuk menyambut mereka. Inilah sebuah negeri dengan mayoritas Budhis yang tidak cepat menanggapi pembahasan Alkitab. Di dalam rumah mereka terdapat tempat sembahyang dan altar. Dengan menaruh kaca cermin di atas pintu, mereka mencoba menakut-nakuti roh-roh jahat. Kertas merah bertuliskan kata-kata ’keberuntungan’ dan gambar yang menakutkan mengenai dewa-dewi Budha menghiasi pintu gerbang. Namun masa itu ditandai oleh perubahan besar di Cina. Di bawah kekuasaan Komunis setiap orang diwajibkan untuk mempelajari ’ajaran Mao Tse-tung’. Sesudah mereka selesai dengan pekerjaan duniawi, mereka harus menghadiri pertemuan-pertemuan yang berlangsung lama yang membahas uraian terperinci mengenai Komunisme. Di tengah berlangsungnya hal ini, saudara-saudara kita tetap sibuk memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah.

Banyak di antara mereka yang ingin belajar dengan Saksi-Saksi Yehuwa dahulunya pernah berhubungan dengan Alkitab melalui gereja-gereja Susunan Kristen. Demikianlah halnya dengan Nancy Yuen, seorang aktivis gereja dan ibu rumah tangga yang bersyukur atas hal-hal yang ditunjukkan kepadanya di dalam Alkitab oleh Saksi-Saksi. Segera ia ikut serta dengan penuh gairah dalam pekerjaan dari rumah ke rumah dan ia sendiri memimpin pengajaran-pengajaran Alkitab di rumah. Orang-orang lain kepada siapa mereka mengabar mempunyai latar belakang Cina dan Budhis yang khas dan sebelumnya tidak mempunyai pengetahuan tentang Alkitab. Pada tahun 1956 puncak 57 penyiar dicapai. Akan tetapi, pada tahun itu juga, sesudah enam kali ditangkap karena mengabar, Nancy Yuen ditahan dalam penjara. Yang lainnya ditangkap atau dipaksa meninggalkan negeri itu. Stanley Jones dan Harold King ditangkap pada tanggal 14 Oktober 1958. Sebelum dibawa ke pengadilan, mereka ditahan selama dua tahun. Selama waktu itu mereka terus-menerus diinterogasi. Ketika akhirnya dibawa ke pengadilan pada tahun 1960, mereka dijatuhi masa hukuman penjara yang panjang. Demikianlah, pada bulan Oktober 1958 kegiatan umum Saksi-Saksi Yehuwa di daratan Cina dihentikan secara paksa. Namun pengabaran mereka tidak pernah berhenti sama sekali. Bahkan di dalam penjara dan di kamp kerja paksa, ada kesempatan untuk memberi kesaksian. Di masa depan, apakah lebih banyak yang akan dilakukan di negeri yang amat luas ini? Hal ini akan diketahui pada waktunya.

Sementara itu, apa yang sedang terjadi di Jepang? Hanya kira-kira seratus Saksi-Saksi Yehuwa yang telah mengabar di sana sebelum perang dunia kedua. Ketika menghadapi tindakan-tindakan menindas yang brutal selama tahun-tahun perang, banyak di antara mereka ini berkompromi. Walaupun beberapa tetap mempertahankan integritas mereka, pengabaran kepada umum secara terorganisasi terhenti. Akan tetapi, pemberitaan Kerajaan Yehuwa dimulai lagi di bagian dunia tersebut ketika Don Haslett, seorang utusan injil keluaran Sekolah Gilead, tiba di Tokyo pada bulan Januari 1949. Dua bulan kemudian, istrinya, Mabel, bisa bergabung dengannya. Ini merupakan ladang yang memiliki banyak orang yang lapar akan kebenaran. Sang kaisar telah membatalkan pengakuannya bahwa ia seorang dewa. Shinto, Budha, Katolik, dan Kyodan (gabungan dari berbagai golongan Protestan di Jepang) semuanya telah kehilangan muka di hadapan orang-orang karena ikut serta dalam upaya perang Jepang, yang berakhir dengan kekalahan.

Menjelang akhir tahun 1949, 13 utusan injil dari Sekolah Gilead sibuk di Jepang. Lebih banyak lagi yang menyusul,—seluruhnya lebih dari 160 orang. Hanya ada sedikit sekali lektur yang digunakan dalam pekerjaan. Beberapa utusan injil bisa berbicara bahasa Jepang kuno di Hawaii, namun mereka masih harus belajar bahasa yang terbaru. Yang lainnya telah menguasai sedikit pelajaran dasar tetapi sering kali harus menggunakan kamus bahasa Jepang-Inggris sampai mereka lebih paham dalam bahasa mereka yang baru. Tidak lama kemudian, keluarga Ishii dan keluarga Miura, yang tidak melepaskan iman mereka selama tahun-tahun perang, mengadakan hubungan dengan organisasi dan mulai lagi ambil bagian dalam pelayanan kepada umum.

Rumah-rumah utusan injil secara berangsur-angsur dibuka di Kobe, Nagoya, Osaka, Yokohama, Kyoto, dan Sendai. Dari tahun 1949 hingga 1957, upaya utama adalah membuka pekerjaan Kerajaan di kota-kota besar yang ada di pulau utama Jepang. Kemudian para pekerja mulai pindah ke kota-kota lain. Ladangnya luas sekali. Jelas, jika seluruh Jepang harus mendapat kesaksian yang saksama, banyak rohaniwan perintis dibutuhkan. Hal ini ditekankan, banyak yang merelakan diri, dan terdapat sambutan yang menakjubkan kepada upaya yang terpadu dari para rohaniwan yang bekerja keras ini! Dekade pertama menghasilkan 1.390 pemuji Yehuwa. Menjelang pertengahan 1970-an, ada 33.480 pemuji Yehuwa yang bergairah tersebar di seluruh Jepang. Dan laju pengumpulan sedang dipercepat.

Pada tahun yang sama ketika Don Haslett tiba di Jepang, yakni tahun 1949, pekerjaan Kerajaan di Republik Korea juga sedang mendapat dorongan yang besar. Korea berada di bawah kekuasaan Jepang selama perang dunia, dan Saksi-Saksi telah dianiaya dengan kejam. Walaupun sesudah perang sudah ada suatu kelompok kecil yang berhimpun bersama untuk belajar, namun hubungan dengan organisasi internasional baru ada sesudah Choi Young-won melihat sebuah laporan tentang Saksi-Saksi Yehuwa pada tahun 1948 di dalam surat kabar Angkatan Darat Amerika Stars and Stripes. Pada tahun berikutnya sebuah sidang yang terdiri dari 12 penyiar terbentuk di Seoul. Belakangan pada tahun tersebut, Don dan Earlene Steele, utusan-utusan injil yang pertama dari Sekolah Gilead, tiba. Tujuh bulan kemudian, enam utusan injil lainnya menyusul.

Mereka mendapat hasil-hasil yang bagus sekali—masing-masing rata-rata 20 pengajaran Alkitab dan hadirin perhimpunan sampai mencapai 336 orang. Kemudian Perang Korea meletus. Belum sampai tiga bulan sesudah kelompok terakhir dari para utusan injil itu tiba, mereka semua sudah diungsikan ke Jepang. Lebih dari setahun telah berlalu sebelum Don Steele dapat kembali ke Seoul, dan baru setahun berikutnya istrinya Earlene dapat bergabung dengan dia. Sementara itu saudara-saudara di Korea tetap teguh dan bergairah mengabar, meskipun menghadapi kenyataan bahwa mereka kehilangan rumah dan banyak di antara mereka menjadi pengungsi. Tetapi sekarang, dengan berlalunya perang, perhatian diarahkan kepada hal menyediakan lebih banyak lektur dalam bahasa Korea. Kebaktian-kebaktian dan gelombang masuknya lebih banyak utusan injil memberikan dorongan kepada pekerjaan. Menjelang tahun 1975, ada 32.693 Saksi-Saksi Yehuwa di Republik Korea—hampir sebanyak di Jepang—dan ada potensi untuk pertumbuhan yang bagus sekali, karena lebih dari 32.000 pengajaran Alkitab di rumah sedang dipimpin.

Bagaimana Situasi di Eropa?

Berakhirnya Perang Dunia II di Eropa tidak mengakibatkan kebebasan penuh bagi Saksi-Saksi Yehuwa di sana untuk melaksanakan pekerjaan pendidikan Alkitab mereka tanpa gangguan. Di beberapa tempat para pejabat menaruh respek karena pendirian mereka yang teguh selama perang. Namun di tempat lain gelombang nasionalisme yang sangat kuat dan permusuhan agama mengakibatkan penindasan lebih lanjut.

Di antara Saksi-Saksi di Belgia ada beberapa yang datang dari Jerman untuk ikut serta dalam pemberitaan kabar baik. Karena mereka tidak mau mendukung rezim Nazi, Gestapo memburu mereka bagaikan binatang buas. Namun kini para pejabat Belgia menuduh beberapa di antara Saksi-Saksi yang sama ini sebagai orang Nazi dan menyuruh mereka dipenjarakan dan kemudian dideportasi. Meskipun segala hal ini, jumlah Saksi-Saksi yang ikut serta dalam pelayanan pengabaran di Belgia meningkat lebih dari tiga kali lipat dalam jangka waktu lima tahun sesudah perang.

Siapa yang menjadi dalang dari banyak penganiayaan tersebut? Gereja Katolik Roma. Bila ia mendapat kekuasaan untuk melakukan hal itu, ia tak henti-hentinya melancarkan perangnya untuk menumpas Saksi-Saksi Yehuwa.

Menyadari bahwa banyak orang di Barat takut pada Komunisme, para imam Katolik di kota Cork di Irlandia, pada tahun 1948, mengobarkan sikap bermusuhan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa dengan senantiasa menyebut mereka sebagai ”iblis-iblis Komunis”. Akibatnya, ketika Fred Metcalfe sedang ikut serta dalam pelayanan di lapangan, ia berhadapan dengan segerombolan orang yang memukul dan menendangnya dan menghamburkan lektur Alkitabnya di jalan. Untung, pada saat itu seorang polisi lewat dan membubarkan gerombolan itu. Menghadapi semua hal ini, Saksi-Saksi tetap tabah. Tidak semua orang Irlandia setuju dengan kekerasan itu. Belakangan bahkan beberapa yang ikut serta di dalamnya menyesalkan keterlibatan mereka. Sebagian besar dari orang-orang Katolik di Irlandia belum pernah melihat Alkitab. Namun, dengan kesabaran yang pengasih, beberapa di antara mereka dibantu untuk berpegang pada kebenaran yang memerdekakan orang.—Yoh. 8:32.

Walaupun Saksi-Saksi di Italia hanya berjumlah kira-kira seratus orang pada tahun 1946, tiga tahun kemudian terdapat 64 sidang—kecil namun bekerja keras. Para imam cemas. Karena tidak dapat menyanggah kebenaran-kebenaran Alkitab yang diberitakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, para imam Katolik menekan kalangan berwenang untuk mengupayakan agar mereka itu disingkirkan. Maka pada tahun 1949, utusan-utusan injil Saksi diperintahkan untuk ke luar dari negeri itu.

Berkali-kali para pemimpin agama Katolik Roma di Italia berupaya membubarkan atau mencegah kebaktian-kebaktian yang diadakan oleh Saksi-Saksi di Italia. Mereka menggunakan para pengejek yang berteriak-teriak untuk berusaha mengacaukan suatu kebaktian di Sulmona pada tahun 1948. Di Milan mereka menekan kepala polisi untuk membatalkan izin untuk kebaktian di Teatro dell’Arte pada tahun 1950. Sekali lagi pada tahun 1951, mereka mempengaruhi polisi untuk membatalkan izin untuk kebaktian di Cerignola. Tetapi pada tahun 1957, ketika polisi memerintahkan agar sebuah kebaktian Saksi di Milan ditutup, pers Italia keberatan, dan pertanyaan-pertanyaan diajukan dalam parlemen. Mingguan di Roma Il Mondo terbitan 30 Juli 1957, tidak segan-segan menyatakan bahwa tindakan itu telah diambil ”untuk memuaskan uskup agung”, Giovanni Battista Montini, yang kemudian menjadi Paus Paulus VI. Selama berabad-abad telah diketahui umum bahwa Gereja Katolik telah melarang penyebaran Alkitab dalam bahasa-bahasa yang digunakan oleh masyarakat umum. Namun Saksi-Saksi Yehuwa bersikeras untuk membiarkan orang-orang Katolik yang jujur melihat sendiri apa yang dikatakan Alkitab. Kontras antara Alkitab dan dogma gereja jelas sekali. Meskipun adanya upaya yang intensif dari Gereja Katolik untuk mencegahnya, ribuan orang meninggalkan gereja, dan menjelang tahun 1975 ada 51.248 Saksi-Saksi Yehuwa di Italia. Mereka semua adalah penginjil-penginjil yang aktif, dan jumlah mereka berlipat ganda dengan cepat.

Di Spanyol Katolik ketika kegiatan terorganisasi dari Saksi-Saksi Yehuwa secara berangsur-angsur dihidupkan kembali sesudah tahun 1946, tidaklah mengherankan bahwa para pemimpin agama di sana juga menekan pejabat-pejabat duniawi untuk mencoba menghentikan mereka. Perhimpunan-perhimpunan sidang dari Saksi-Saksi Yehuwa dikacaukan. Utusan-utusan injil dipaksa untuk ke luar dari negeri itu. Saksi-Saksi ditangkap hanya karena memiliki Alkitab atau lektur Alkitab. Mereka sering ditahan dalam penjara yang kotor sampai tiga hari lamanya, kemudian dibebaskan—lalu ditangkap, diinterogasi, dan dijebloskan lagi ke dalam penjara. Banyak yang menjalani hukuman penjara sebulan atau lebih. Imam-imam mendesak para pejabat duniawi untuk mengejar dan menangkap setiap orang yang belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Bahkan sesudah Undang-Undang Kemerdekaan Beragama disahkan pada tahun 1967, perubahan-perubahan berlangsung lambat. Meskipun demikian, pada waktu Saksi-Saksi Yehuwa diakui secara resmi pada tahun 1970, sudah ada lebih dari 11.000 orang dari antara mereka di Spanyol. Dan lima tahun kemudian, jumlah mereka lebih dari 30.000 orang, masing-masing adalah penginjil yang aktif.

Dan bagaimana dengan Portugal? Di sini juga, utusan-utusan injil diperintahkan untuk ke luar dari negeri itu. Atas hasutan para pemimpin agama Katolik, polisi menggeledah semua rumah Saksi-Saksi Yehuwa, menyita lektur mereka, dan membubarkan perhimpunan mereka. Pada bulan Januari 1963 komandan Polisi Keamanan Umum di Caldas da Rainha bahkan mengeluarkan perintah tertulis yang melarang mereka ’melakukan kegiatan pembacaan Alkitab mereka’. Tetapi Saksi-Saksi tidak melalaikan dinas mereka kepada Allah. Ada lebih dari 13.000 orang pada waktu mereka memperoleh pengakuan resmi di Portugal yaitu pada tahun 1974.

Di bagian-bagian lain dari Eropa, pejabat-pejabat duniawi merintangi pemberitaan kabar baik dengan menggolongkan penyebaran lektur Alkitab sebagai kegiatan komersial, yang berada di bawah undang-undang perdagangan. Di sejumlah wilayah Swiss, peraturan-peraturan mengenai menjaja barang dagangan diberlakukan kepada penyebaran lektur oleh Saksi-Saksi Yehuwa yang didasarkan atas sumbangan sukarela. Seraya Saksi-Saksi melaksanakan kegiatan, mereka sering mengalami penangkapan dan tindakan pengadilan. Namun, sewaktu kasus-kasus diajukan ke pengadilan, beberapa pengadilan, termasuk Mahkamah Tinggi dari wilayah Vaud, pada tahun 1953 memutuskan bahwa kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa tidak patut dianggap sebagai menjajakan barang dagangan. Sementara itu, upaya dilakukan di Denmark untuk membatasi jam-jam penawaran lektur oleh Saksi-Saksi, dengan membatasi kegiatan mereka mengikuti waktu kerja yang ditentukan oleh undang-undang untuk toko-toko komersial. Hal ini juga harus diperjuangkan dalam pengadilan. Meskipun adanya rintangan-rintangan itu, Saksi-Saksi Yehuwa terus mengumumkan Kerajaan Allah sebagai satu-satunya harapan bagi umat manusia.

Masalah lain yang mempengaruhi Saksi-Saksi Yehuwa di Eropa, maupun di tempat-tempat lain di bumi, ialah kenetralan Kristen. Karena hati nurani Kristen mereka tidak mengizinkan mereka untuk ikut terlibat dalam pertikaian-pertikaian antar faksi-faksi di dunia, mereka mendapat hukuman penjara di berbagai negeri satu demi satu. (Yes. 2:2-4) Ini mengakibatkan pemuda-pemuda ditangkap selagi dalam pelayanan tetap tentu mereka dari rumah ke rumah. Tetapi satu hasil yang bermanfaat ialah kesaksian yang intensif dapat diberikan kepada para pengacara, hakim, petugas militer, dan penjaga penjara. Bahkan di dalam penjara Saksi-Saksi menemukan suatu cara untuk mengabar. Walaupun menghadapi perlakuan bengis di beberapa penjara, Saksi-Saksi yang ditahan di penjara Santa Catalina di Cádiz, Spanyol, dapat menggunakan sebagian waktu mereka untuk memberi kesaksian melalui surat. Dan di Swedia banyak pemberitaan diterbitkan mengenai cara kasus-kasus yang menyangkut kenetralan Saksi-Saksi Yehuwa ditangani. Demikianlah, dengan banyak cara orang-orang disadarkan mengenai fakta bahwa Yehuwa memang mempunyai saksi-saksi di bumi dan bahwa mereka berpaut teguh pada prinsip-prinsip Alkitab.

Ada hal lain lagi yang membuat Saksi-Saksi tetap menjadi perhatian masyarakat umum. Hal itu juga memberikan dampak kuat yang menyegarkan kepada pekerjaan penginjilan mereka.

Kebaktian-Kebaktian Menyumbang Kepada Kesaksian

Ketika Saksi-Saksi Yehuwa mengadakan suatu kebaktian internasional di Paris, Prancis, pada tahun 1955, laporan pemberitaan di televisi menayangkan kepada seluruh bangsa cuplikan-cuplikan mengenai apa yang terjadi. Pada tahun 1969 suatu kebaktian lain diadakan dekat Paris, dan nyata di situ bahwa pelayanan dari Saksi-Saksi telah berbuah baik. Mereka yang dibaptis di kebaktian itu berjumlah 3.619 orang, atau kira-kira 10 persen dari rata-rata hadirin. Mengenai hal ini, surat kabar sore yang populer di Paris yakni France-Soir tanggal 6 Agustus 1969, mengatakan, ”Apa yang mencemaskan para pemimpin agama dari agama-agama lain bukanlah cara-cara penyebaran publikasi yang menggemparkan yang digunakan oleh saksi-saksi dari Yehuwa, melainkan, bahwa mereka menobatkan orang-orang. Masing-masing saksi Yehuwa berkewajiban untuk memberi kesaksian atau mengumumkan imannya dengan menggunakan Alkitab dari rumah ke rumah.”

Selama jangka waktu tiga minggu pada musim panas tahun 1969 itu juga, empat kebaktian internasional besar lainnya diadakan di Eropa—di London, Kopenhagen, Roma, dan Nuremberg. Kebaktian di Nuremberg dihadiri oleh 150.645 orang dari 78 negeri. Selain pesawat terbang dan kapal, kira-kira 20.000 mobil, 250 bus, dan 40 kereta api khusus dibutuhkan untuk mengangkut para delegasi ke kebaktian tersebut.

Kebaktian-kebaktian bukan hanya menguatkan dan memperlengkapi Saksi-Saksi Yehuwa untuk pelayanan mereka tetapi juga memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk melihat sendiri orang macam apa Saksi-Saksi Yehuwa itu. Ketika suatu kebaktian internasional dijadwalkan di Dublin, Irlandia, pada tahun 1965, tekanan agama yang hebat dilancarkan untuk memaksa agar penyelenggaraannya dibatalkan. Namun kebaktian itu tetap diadakan, dan banyak rumah tangga di Dublin menyediakan pemondokan bagi para delegasi. Dengan hasil apa? ”Kami tidak diberitahukan hal sebenarnya mengenai kalian,” demikian komentar beberapa nyonya rumah sesudah kebaktian. ”Para imam berdusta kepada kami, tetapi sekarang kami sudah mengenal kalian, kami akan selalu senang menampung kalian lagi.”

Sewaktu Orang-Orang Berbicara Bahasa Lain

Dalam beberapa dekade belum lama berselang Saksi-Saksi Yehuwa di Eropa mendapati bahwa mereka telah dihadapkan kepada suatu tantangan khusus untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang berbangsa lain. Banyak orang telah pindah dari satu negeri ke negeri lain untuk memperoleh manfaat dari peluang-peluang mata pencaharian. Beberapa kota di Eropa telah menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga internasional besar, dengan pegawai-pegawai yang tidak semuanya menggunakan bahasa setempat.

Pasti, daerah dengan banyak bahasa sudah menjadi kenyataan hidup selama berabad-abad di beberapa tempat. Di India misalnya, 14 bahasa utama, dan barangkali ada 1.000 bahasa minoritas dan dialek. Di Papua Nugini terdapat lebih dari 700 bahasa. Namun khususnya selama tahun 1960-an dan 1970-an Saksi-Saksi di Luksemburg mendapati bahwa daerah mereka telah menampung orang-orang yang terdiri dari lebih 30 bangsa yang berlainan—dan sesudah itu sedikitnya 70 bangsa lain tiba. Swedia melaporkan bahwa negeri itu telah berubah dari negeri dengan satu bahasa yang digunakan oleh hampir setiap orang, menjadi masyarakat yang berbicara 100 bahasa yang berlainan. Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa telah menangani hal ini?

Pertama-tama mereka hanya berupaya mencari tahu bahasa dari si penghuni rumah dan kemudian mencoba menyediakan lektur yang dapat dibacanya. Di Denmark, rekaman tape dibuat agar orang-orang Turki yang tulus dapat mendengar berita itu dalam bahasa mereka sendiri. Di Swiss ada sejumlah besar pekerja asing dari Italia dan Spanyol. Pengalaman Rudolf Wiederkehr dalam membantu beberapa di antara mereka ini merupakan sesuatu yang khas sehubungan dengan bagaimana segalanya bermula. Ia mencoba memberi kesaksian kepada seorang pria Italia, tetapi mereka berdua saling tidak mengetahui banyak tentang bahasa dari lawan bicaranya. Apa yang dapat dilakukan? Saudara kita meninggalkan sebuah Watchtower dalam bahasa Italia kepadanya. Meskipun ada masalah bahasa, Saudara Wiederkehr kembali. Suatu pengajaran Alkitab dimulai dengan pria itu, istrinya, dan putra mereka yang berusia 12 tahun. Buku pelajaran Saudara Wiederkehr berbahasa Jerman, tetapi ia menyediakan eksemplar-eksemplar dalam bahasa Italia untuk keluarga itu. Bila kehabisan ’kamus’, maka isyarat digunakan. Kadang-kadang si anak laki-laki, yang belajar bahasa Jerman di sekolah, berlaku sebagai juru bahasa. Seluruh keluarga tersebut memeluk kebenaran dan segera mulai membagikannya kepada orang lain.

Tetapi benar-benar ada jutaan karyawan dari Italia, Portugal, Spanyol, Turki, Yugoslavia, dan Yunani pindah ke Jerman dan negara-negara lain. Bantuan rohani dapat diberikan kepada mereka secara lebih efektif dalam bahasa mereka sendiri. Segera beberapa dari Saksi-Saksi setempat mulai mempelajari bahasa-bahasa dari para pekerja asing. Di Jerman, kantor cabang bahkan menyelenggarakan kelas-kelas bahasa Turki. Saksi-Saksi di negeri-negeri lain yang mengerti bahasa yang dibutuhkan diundang untuk pindah ke tempat-tempat yang khusus membutuhkan bantuan.

Beberapa di antara para pekerja dari luar negeri belum pernah berjumpa dengan Saksi-Saksi Yehuwa dan benar-benar lapar akan perkara-perkara rohani. Mereka bersyukur atas upaya yang dikerahkan untuk membantu mereka. Banyak sidang yang berbahasa asing dibentuk. Akhirnya, beberapa dari antara pekerja-pekerja asing ini pulang kembali ke negeri asal mereka untuk melakukan pelayanan di daerah yang sebelumnya belum pernah mendapat kesaksian yang saksama mengenai Kerajaan Allah.

Tuaian yang Limpah Walaupun Menghadapi Rintangan-Rintangan

Saksi-Saksi Yehuwa menggunakan cara-cara pengabaran yang sama di seluruh bumi. Di Amerika Utara mereka telah aktif menginjil selama lebih dari seabad. Maka, tidaklah mengherankan bahwa ada tuaian rohani yang limpah di sana. Menjelang tahun 1975, ada 624.097 Saksi-Saksi Yehuwa yang aktif di daratan Amerika Serikat dan Kanada. Akan tetapi, ini bukan karena pengabaran mereka di Amerika Utara dilakukan tanpa adanya perlawanan.

Walaupun pemerintah Kanada telah mencabut pelarangannya atas Saksi-Saksi Yehuwa dan badan-badan hukumnya menjelang tahun 1945, manfaat-manfaat dari keputusan tersebut tidak segera terasa di propinsi Quebec. Pada bulan September 1945, gerombolan-gerombolan Katolik menyerang Saksi-Saksi Yehuwa di Châteauguay dan Lachine. Saksi-Saksi ditangkap dan didakwa telah menghasut karena lektur yang mereka sebarkan mengkritik Gereja Katolik Roma. Yang lainnya dijebloskan ke penjara karena mereka menyebarkan lektur Alkitab yang tidak disetujui oleh kepala polisi. Menjelang tahun 1947 ada 1.700 kasus terhadap Saksi-Saksi yang belum ada keputusannya di pengadilan-pengadilan di Quebec.

Sementara kasus-kasus percobaan diajukan ke pengadilan, Saksi-Saksi diinstruksikan untuk mengumumkan berita injil secara lisan, dengan menggunakan Alkitab saja—bila mungkin Alkitab Katolik Douay Version. Rohaniwan-rohaniwan sepenuh waktu dari tempat-tempat lain di Kanada merelakan diri untuk belajar bahasa Prancis dan pindah ke Quebec agar dapat ambil bagian dalam menyebarkan ibadat yang sejati di sana.

Banyak orang Katolik yang tulus mengundang Saksi-Saksi ke rumah mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meskipun mereka sering mengatakan, ’Saya beragama Katolik Roma dan tidak akan pernah berubah.’ Namun ketika mereka melihat sendiri apa yang dikatakan oleh Alkitab, puluhan ribu di antara mereka, karena mengasihi kebenaran dan ingin menyenangkan Allah, ternyata berubah.

Di Amerika Serikat juga, ternyata perlu untuk berargumentasi di hadapan pengadilan demi menegakkan hak Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengabar kepada umum dan dari rumah ke rumah. Dari tahun 1937 hingga 1953, ada 59 kasus menyangkut Saksi-Saksi yang dilimpahkan terus ke atas hingga ke Mahkamah Agung di Washington, DC.

Perhatian ke Daerah yang Belum Ditugaskan

Tujuan Saksi-Saksi Yehuwa bukan sekadar melakukan sesuatu dalam memberitakan kabar baik melainkan mencapai setiap orang sedapat mungkin dengan berita Kerajaan. Untuk maksud itu, Badan Pimpinan dari Saksi-Saksi Yehuwa telah menyerahkan kepada setiap kantor cabang tanggung jawab atas bagian spesifik dari ladang sedunia. Seraya sidang-sidang terbentuk di dalam wilayah kantor cabang, masing-masing sidang itu mendapat sebagian dari daerah tersebut sebagai daerah pengabaran mereka. Sidang kemudian membagi daerah itu menjadi bagian-bagian yang dapat dipercayakan kepada kelompok-kelompok dan rohaniwan-rohaniwan secara pribadi di dalam sidang. Mereka ini berupaya mencapai setiap penghuni rumah secara tetap tentu. Namun bagaimana dengan daerah-daerah yang belum ditugaskan kepada sidang-sidang?

Pada tahun 1951 dibuat suatu tabel mengenai semua kabupaten di Amerika Serikat untuk menentukan kabupaten-kabupaten yang belum menerima kunjungan tetap tentu dari Saksi-Saksi Yehuwa. Pada waktu itu hampir 50 persen belum dikerjakan atau hanya dikerjakan sebagian. Penyelenggaraan dibuat agar Saksi-Saksi melaksanakan pelayanan mereka di daerah-daerah ini selama bulan-bulan musim panas atau pada waktu-waktu lain yang cocok, dengan maksud mengembangkan sidang-sidang. Bilamana tidak ada orang di rumah, sebuah berita tercetak kadang-kadang ditinggalkan, bersama dengan satu eksemplar lektur Alkitab. Pengajaran-pengajaran Alkitab dipimpin melalui surat. Belakangan perintis-perintis istimewa diutus ke daerah-daerah demikian untuk mengadakan tindak lanjut kepada peminat-peminat yang ditemukan.

Kegiatan ini tidak terbatas pada tahun 1950-an. Di seluruh dunia, di negeri-negeri yang kota-kota utamanya telah menerima kesaksian namun terdapat daerah yang belum pernah dikerjakan, upaya yang sungguh-sungguh terus dibuat untuk mencapai orang-orang yang belum dihubungi secara tetap tentu. Di Alaska pada tahun 1970-an kira-kira 20 persen dari penduduk tinggal di desa-desa terpencil. Banyak dari antara orang-orang ini paling cocok ditemui pada musim salju yang merupakan waktu manakala kegiatan menangkap ikan hampir-hampir terhenti. Namun itu merupakan waktu yang berbahaya untuk penerbangan karena adanya lapisan es yang hebat dan badai salju. Meskipun demikian, penduduk Eskimo, Indian, dan Aleut memerlukan kesempatan untuk belajar tentang persediaan berupa hidup kekal di bawah Kerajaan Allah. Untuk mencapai mereka, sekelompok yang terdiri dari 11 Saksi dengan menggunakan pesawat-pesawat terbang kecil mendatangi kira-kira 200 desa yang tersebar di daerah seluas 844.000 kilometer persegi selama jangka waktu dua tahun. Semuanya ini dibiayai oleh sumbangan-sumbangan sukarela yang diberikan oleh Saksi-Saksi setempat.

Di samping ekspedisi-ekspedisi pengabaran demikian, Saksi-Saksi yang matang telah dianjurkan agar mempertimbangkan kemungkinan untuk benar-benar pindah ke daerah-daerah di luar negeri mereka yang lebih memerlukan tenaga pemberita Kerajaan. Ribuan saudara telah menyambut. Di antara mereka di Amerika Serikat yang telah berbuat demikian adalah Eugene dan Delia Shuster, yang meninggalkan Illinois pada tahun 1958 untuk melayani di Hope, Arkansas. Mereka telah menetap selama lebih dari tiga dekade untuk mencari orang-orang berminat, mengorganisasi mereka hingga sidang terbentuk, dan membantu mereka bertumbuh mencapai kematangan Kristen.

Atas anjuran pengawas wilayah mereka, pada tahun 1957, Alexander B. Green dan istrinya meninggalkan Dayton, Ohio, untuk melayani di Mississippi. Mula-mula mereka ditugaskan ke Jackson dan dua tahun kemudian ke Clarksdale. Akhirnya, Saudara Green melayani di lima lokasi lain. Sidang-sidang di semua tempat ini kecil dan membutuhkan bantuan. Mata pencahariannya ialah menjaga dan membersihkan gedung, mengurus kebun, memelitur ulang perabot rumah, memperbaiki mobil, dan sebagainya. Namun upaya utamanya diarahkan kepada pemberitaan kabar baik. Ia membantu Saksi-Saksi setempat untuk bertumbuh secara rohani, bekerja dengan mereka untuk mencapai orang-orang di daerah mereka, dan sering membantu mereka membangun sebuah Balai Kerajaan sebelum ia pindah ke tempat lain.

Pada tahun 1967, ketika Gerald Cain menjadi seorang Saksi di Amerika Serikat bagian barat, ia dan keluarganya sangat merasakan mendesaknya pekerjaan penginjilan. Bahkan sebelum seseorang dari antara mereka dibaptis, mereka membuat penyelenggaraan untuk melayani di tempat yang lebih memerlukan tenaga. Selama empat tahun mereka bekerja dengan Sidang Needles, Kalifornia, yang mempunyai tanggung jawab atas daerah yang mencakup wilayah dari tiga negara bagian di Amerika Serikat sebelah barat. Bila ada yang harus pindah karena alasan kesehatan, mereka sekali lagi memilih sebuah tempat yang khusus membutuhkan bantuan, dan mereka mengubah sebagian dari rumah mereka di sana menjadi Balai Kerajaan. Sesudah itu terjadi beberapa kali perpindahan, tetapi yang selalu menjadi pertimbangan utama ialah tinggal di tempat yang membuat mereka dapat memberikan bantuan yang paling baik dalam memberi kesaksian.

Seraya jumlah sidang berlipat ganda, di beberapa daerah kebutuhan akan penatua-penatua yang memenuhi syarat sangat dirasakan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, ribuan penatua telah merelakan diri untuk pulang pergi bertugas secara tetap tentu (dan dengan biaya sendiri) ke sidang-sidang di luar lingkungan masyarakat mereka. Mereka mengadakan perjalanan itu tiga, empat, lima kali, atau lebih dalam seminggu—untuk ambil bagian dalam perhimpunan-perhimpunan sidang dan pelayanan pengabaran dan juga untuk menggembalakan kawanan. Hal ini telah dilakukan bukan hanya di Amerika Serikat melainkan di Belanda, El Salvador, Jepang, Spanyol, dan di banyak negeri lain. Dalam beberapa pengalaman, para penatua dan keluarga mereka telah pindah, untuk memenuhi kebutuhan ini.

Bagaimana hasil-hasilnya? Pertimbangkan sebuah negeri. Pada tahun 1951, sewaktu penyelenggaraan untuk mengerjakan daerah yang belum ada orang yang ditugaskan ke sana diumumkan untuk pertama kali, terdapat kira-kira 3.000 sidang di Amerika Serikat, dengan rata-rata 45 penyiar per sidang. Menjelang tahun 1975, ada 7.117 sidang, dan rata-rata jumlah Saksi aktif yang tergabung dengan setiap sidang telah meningkat hingga hampir 80 orang.

Kesaksian yang diberikan tentang nama dan Kerajaan Yehuwa sejak tahun 1945 hingga 1975 jauh lebih banyak daripada semua yang telah terlaksana hingga saat itu.

Jumlah Saksi telah meningkat dari 156.299 orang pada tahun 1945 menjadi 2.179.256 orang di seputar bola bumi pada tahun 1975. Mereka masing-masing telah ambil bagian secara pribadi dalam memberitakan kepada umum tentang Kerajaan Allah.

Pada tahun 1975, Saksi-Saksi Yehuwa sibuk di 212 negeri (dihitung berdasarkan cara pembagian peta pada awal tahun 1990-an). Di daratan AS dan Kanada, 624.097 di antara mereka melaksanakan pelayanan mereka. Di Eropa, di luar dari negeri yang ketika itu adalah Uni Soviet, ada 614.826 orang lagi. Afrika mendengar berita kebenaran Alkitab dari 312.754 Saksi yang ikut serta dalam pekerjaan di sana. Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan dilayani oleh 311.641 Saksi; Asia, oleh 161.598 orang; Australia dan banyak pulau di seluruh bumi, oleh 131.707 orang.

Selama 30 tahun hingga tahun 1975, Saksi-Saksi Yehuwa membaktikan 4.635.265.939 jam untuk mengabar dan mengajar kepada umum. Mereka juga menempatkan sejumlah 3.914.971.158 eksemplar buku, buku kecil, dan majalah kepada orang-orang berminat untuk membantu mereka menghargai bagaimana mereka dapat menarik manfaat dari maksud-tujuan Yehuwa yang pengasih. Selaras dengan perintah Yesus untuk menjadikan murid, mereka mengadakan 1.788.147.329 kunjungan kembali kepada orang-orang berminat, dan pada tahun 1975 mereka memimpin rata-rata 1.411.256 pengajaran Alkitab di rumah secara gratis dengan orang perorangan dan keluarga.

Menjelang tahun 1975 pemberitaan kabar baik sesungguhnya telah menjangkau 225 negeri. Di lebih dari 80 negeri yang menjelang tahun 1945 telah dicapai oleh kabar baik namun belum ada sidang pada tahun tersebut, sidang-sidang yang terdiri dari Saksi-Saksi yang bergairah berkembang pesat menjelang tahun 1975. Di antara tempat-tempat ini adalah Republik Korea dengan 470 sidang, Spanyol dengan 513, Zaire dengan 526, Jepang dengan 787, dan Italia dengan 1.031.

Selama jangka waktu dari 1945 hingga 1975, bagian terbesar dari mereka yang menjadi Saksi-Saksi Yehuwa tidak mengaku bahwa mereka diurapi dengan roh Allah dengan prospek hidup di surga. Pada musim semi tahun 1935, jumlah mereka yang ambil bagian dari lambang-lambang pada Perjamuan Malam Tuhan seluruhnya mencapai 93 persen dari mereka yang ikut serta dalam pelayanan pengabaran. (Belakangan pada tahun itu juga, ”kumpulan besar” dari Wahyu 7:9 dipastikan identitasnya sebagai orang-orang yang akan hidup selama-lamanya di bumi.) Menjelang tahun 1945 jumlah Saksi yang menantikan kehidupan di atas bumi firdaus telah meningkat sampai sebanyak 86 persen dari jumlah mereka yang ikut serta dalam pemberitaan kabar baik. Menjelang tahun 1975 mereka yang mengaku sebagai orang Kristen yang diurapi dengan roh berjumlah tidak sampai setengah dari 1 persen jumlah total organisasi Saksi-Saksi Yehuwa sedunia. Walaupun tersebar di 115 negeri pada waktu itu, mereka yang terurap terus melayani sebagai suatu badan yang bersatu-padu di bawah Yesus Kristus.

[Blurb di hlm. 463]

”Sejak kalian ada di sini setiap orang berbicara tentang Alkitab”

[Blurb di hlm. 466]

”Apa yang baru saja Anda katakan kepada saya sama dengan apa yang saya baca dalam Alkitab tersebut bertahun-tahun yang lampau”

[Blurb di hlm. 470]

Ribuan pindah ke daerah-daerah di dalam negeri mereka sendiri yang lebih membutuhkan Saksi-Saksi

[Blurb di hlm. 472]

”Berkat yang tidak ternilai”

[Blurb di hlm. 475]

Saksi-Saksi yang memenuhi syarat dikirim ke negeri-negeri yang memiliki kebutuhan khusus

[Blurb di hlm. 486]

Dengan argumentasi ayat-ayat Alkitab yang penuh kuasa, Saksi-Saksi yang mula-mula di Nigeria menelanjangi kaum pemimpin agama dan ajaran-ajaran palsu mereka

[Blurb di hlm. 497]

Bila kehabisan ’kamus’, maka isyarat digunakan

[Blurb di hlm. 499]

Tujuannya? Mencapai setiap orang sedapat mungkin dengan berita Kerajaan

[Kotak/Gambar di hlm. 489]

Banyak upaya dikerahkan untuk mencapai orang-orang di daratan Cina dengan kabar baik tentang Kerajaan Yehuwa

Dari Chefoo ribuan surat, risalah, dan buku dikirimkan antara tahun 1891 dan 1900

C. T. Russell berkhotbah di Shanghai dan mengunjungi 15 kota dan desa, tahun 1912

Para kolportir menyebarkan banyak lektur sewaktu menyusuri pantai Cina, dengan perjalanan ke pedalaman, tahun 1912-18

Kolportir-kolportir Jepang melayani di sini, tahun 1930-31

Siaran-siaran radio diadakan dalam bahasa Cina dari Shanghai, Peking, Tientsin, selama tahun 1930-an; hasilnya, surat-surat yang meminta lektur datang dari banyak bagian di Cina

Perintis-perintis dari Australia dan Eropa memberi kesaksian di Shanghai, Peking, Tientsin, Tsingtao, Pei-tai-ho, Chefoo, Weihaiwei, Canton, Swatow, Amoy, Foochow, Hankow, dan Nanking selama tahun 1930-an dan 1940-an. Yang lain datang melalui Jalan Birma dan bersaksi di Pao-shan, Chungking, Ch’eng-tu. Perintis-perintis setempat melayani di Shensi dan Ningpo

[Foto]

Utusan-utusan injil keluaran Sekolah Gilead, seperti Stanley Jones (kiri) dan Harold King (kanan), melayani di sini dari tahun 1947 hingga 1958, bersama Saksi-Saksi setempat yang bergairah

[Peta]

CINA

[Peta/Gambar di hlm. 462]

”Sibia” berfungsi sebagai rumah utusan injil terapung di Hindia Barat

G. Maki

S. Carter

R. Parkin

A. Worsley

[Peta]

(Untuk keterangan lebih lengkap, lihat publikasi)

BAHAMA

KEPULAUAN LEEWARD

KEPULAUAN VIRGIN (A.S.)

KEPULAUAN VIRGIN (INGGRIS)

KEPULAUAN WINWARD

[Peta di hlm. 477]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Air kebenaran yang memberi kehidupan meluap melintasi batas-batas nasional ke banyak jurusan di Afrika

MESIR

SENEGAL

KENYA

AFRIKA SELATAN

GHANA

KENYA

MALAWI

NIGERIA

SIERRA LEONE

ZAMBIA

[Gambar di hlm. 464]

Sebagai utusan injil di Bolivia, Edward Michalec (kiri) dan Harold Morris (kanan) mula-mula mengabar di sini di La Paz

[Gambar di hlm. 465]

Kapal ”El Refugio”, yang dibangun oleh Saksi-Saksi di Peru, digunakan untuk membawa berita Kerajaan kepada orang-orang di sepanjang sungai-sungai di daerah hulu Sungai Amazon

[Gambar di hlm. 467]

Kursus-kursus pemberantasan buta huruf yang dipimpin oleh Saksi-Saksi di Meksiko telah memungkinkan puluhan ribu orang membaca Firman Allah

[Gambar di hlm. 468]

Saudara Knorr (depan kanan) bertemu dengan Saksi-Saksi di kebaktian-kebaktian kecil di perladangan dan pegunungan di Argentina sewaktu mereka tidak mendapat kebebasan untuk berhimpun secara lebih terbuka

[Gambar di hlm. 469]

Di antara ribuan Saksi yang pindah ke negeri-negeri lain untuk melayani di tempat-tempat yang lebih membutuhkan terdapat keluarga-keluarga, seperti misalnya Harold dan Anne Zimmerman bersama empat anak mereka yang masih kecil (Kolombia)

[Gambar di hlm. 471]

Sebagai sambutan atas panggilan untuk menjadi sukarelawan, Tom dan Rowena Kitto pindah ke Papua untuk mengajar kebenaran Alkitab

[Gambar di hlm. 471]

John dan Ellen Hubler, diikuti oleh 31 Saksi lain, pindah ke Kaledonia Baru. Sebelum mereka terpaksa harus pergi, sebuah sidang telah berdiri dengan teguh di sana

[Gambar di hlm. 473]

Sebagai seorang pemuda di Samoa Barat, Fuaiupolu Pele menghadapi tekanan hebat dari keluarga dan lingkungan masyarakat ketika ia memutuskan untuk menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa

[Gambar di hlm. 474]

Setelah Shem Irofa’alu dan rekan-rekannya yakin bahwa apa yang diajarkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa sungguh-sungguh merupakan kebenaran, gereja-gereja di 28 desa di Kepulauan Solomon diubah menjadi Balai-Balai Kerajaan

[Gambar di hlm. 476]

Untuk mengabar di Etiopia pada awal tahun 1950-an, Saksi-Saksi dituntut untuk mendirikan suatu misi dan mengajar di sekolah

[Gambar di hlm. 478]

Sewaktu terancam deportasi, Gabriel Paterson (tampak di sini) diyakinkan oleh seorang pejabat terkemuka, ’Kebenaran bagaikan sungai yang besar; bila dibendung, air akan meluap dari bendungan itu’

[Gambar di hlm. 479]

Pada tahun 1970 di suatu kebaktian di Nigeria, 3.775 Saksi baru dibaptis; perhatian diberikan untuk memastikan agar setiap orang benar-benar memenuhi syarat

[Gambar di hlm. 481]

Pertunjukan-pertunjukan film (di Afrika dan di seluruh dunia) memberikan gambaran sekilas kepada hadirin tentang besarnya organisasi Yehuwa yang kelihatan

[Gambar di hlm. 482]

João Mancoca (tampak di sini bersama istrinya, Mary) telah melayani Yehuwa dengan loyal selama beberapa dekade seraya menghadapi keadaan-keadaan yang sukar

[Gambar di hlm. 483]

Pada tahun 1961, Ernest Heuse, Jr., dengan keluarganya, dapat memasuki Zaire (ketika itu disebut Kongo) untuk membantu memberi pengajaran rohani bagi mereka yang benar-benar ingin melayani Yehuwa

[Gambar di hlm. 485]

Walaupun baru setahun dibaptis dan belum mengenal Saksi-Saksi lain di Kenya, Mary Whittington siap pergi membantu orang-orang lain belajar kebenaran

[Gambar di hlm. 487]

Mary Nisbet (front center), flanked by her sons Robert and George, who pioneered in East Africa in the 1930’s, and (in the rear) her son William and his wife Muriel, who served in East Africa from 1956 to 1973

[Gambar di hlm. 488]

Pada suatu kebaktian di Filipina pada tahun 1945, petunjuk-petunjuk diberikan tentang cara mengajar melalui pengajaran Alkitab di rumah

[Gambar di hlm. 490]

Don dan Mabel Haslett, utusan-utusan injil pascaperang yang pertama di Jepang, sedang melakukan pekerjaan kesaksian di jalan

[Gambar di hlm. 491]

Selama 25 tahun Lloyd Barry (kanan) melayani di Jepang, mula-mula sebagai utusan injil dan kemudian sebagai pengawas cabang

[Gambar di hlm. 491]

Don dan Earlene Steele, yang pertama di antara banyak utusan injil yang melayani di Republik Korea

[Gambar di hlm. 492]

Pada tahun-tahun yang lampau, gerombolan kadang-kadang mengejar Fred Metcalfe ketika ia mencoba untuk memberi pengajaran dari Alkitab di Irlandia; tetapi belakangan sewaktu orang-orang menyempatkan diri untuk mendengarkan, ribuan orang menjadi Saksi-Saksi Yehuwa

[Gambar di hlm. 493]

Meskipun adanya tentangan para pemimpin agama, ribuan orang berduyun-duyun menghadiri kebaktian-kebaktian yang diselenggarakan oleh Saksi-Saksi di Italia (Roma, 1969)

[Gambar di hlm. 494]

Selama adanya pelarangan, perhimpunan sidang sering diadakan di luar kota, bergaya piknik, seperti di Portugal ini

[Gambar di hlm. 495]

Saksi-Saksi dalam penjara di Cádiz, Spanyol, terus mengabar dengan cara menulis surat

[Gambar di hlm. 496]

Kebaktian-kebaktian besar memberi kesempatan kepada masyarakat umum untuk melihat dan mendengar sendiri orang macam apa Saksi-Saksi itu

Paris, Prancis (1955)

Nuremberg, Jerman (1955)

[Gambar di hlm. 498]

Untuk mencapai setiap orang di Luksemburg dengan kabar baik, Saksi-Saksi Yehuwa harus menggunakan lektur sedikitnya dalam seratus bahasa

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan